Chapter 15

3 1 0
                                    

Hal yang menyebalkan saat tahu gadis incarannya gagal diraih adalah bersama dengan pria lain. Setelah pulang mengirimkan sejumlah paket ganja ke sejumlah tempat, Michael membanting pintu kasar. Orang-orang yang ada di dalam markas panik akan kedatangannya. Bos gembong narkoba berhenti memeriksa sejumlah paketan ekstasi dan sabu-sabu untuk di kirim ke lapas juga tekejut. Mereka berpikir jika ada segerombolan polisi dan agen rahasia yang melakukan penggrebekan seperti kejadian beberapa bulan lalu.

Michael menggerutu kesal lantaran tidak mendapatkan sasaran seperti wanita pekerja di klub malam sebelumnya. Dibantinglah berbagai lembaran uang dari puluhan hingga ratusan ribu di depan wajah para kurir narkoba dan pemiliknya. Mata gembong narkoba membelalak saat anak buahnya bersikap tidak sopan. Bukannya diberikan secara baik seperti anak buah yang lain. Pria dengan penampilan janggut yang tipis seolah tidak menghormatinya.

"Apaan ini?" tanyanya kesal. "Bisakah kau tidak bertingkah seenaknya?"

"Itu yang kau minta, 'kan? Sekarang aku memberimu sebagian uang hasil penjualan narkoba pada pelanggan klub malam," ujar Michael melengos pergi.

"Hey! Urusan memberi upah jangan asal ngambil sendiri dong!" Teriakan gembong narkoba tidak digubris Michael.

Michael menaiki tangga markas dan berjalan menuju sebuah kamar di pojok. Pintu terbuka, menampakkan seorang wanita berambut sepunggung dan pakaian ketat. Gadis itu duduk termenung di pojok kamar, memikirkan nasib keluarganya di kampung. Niat untuk mengubah perekonomian keluarga malah terjebak di markas gembong narkoba. Apalagi sekarang dikurung oleh salah satu anak buahnya.

Tangan Michael meraih vas bunga yang terletak di atas meja rias. Dibantinglah benda tak bersalah itu ke arah luar jendela. Selanjutnya pria itu menggebrak cermin hingga mengalirkan darah di tangan. Wanita yang duduk termenung di pojok kamar terperanjat akan suara pecahan kaca. Buru-buru dia makin mundur ke pojok ruangan yang pastinya tidak mundur sama sekali.

"Tai memang cewek jago taekwondo itu! Tidak mau dianggap bitch tapi kelakuannya sama saja. Apa-apaan dia sampai ciuman dengan pria lain di pinggir jalan," gertak Michael.

"Memangnya ada apa dengan gadis yang bernama Angel? Kamu masih belum puas mengincarnya setelah dua temannya yang lain?" Suara seseorang dari arah pintu kamar mengagetkannya.

"Memohon dengan cara halus atau kasar, gadis itu masih saja bertingkah sok jual mahal. Aku membayarnya saat dia terlilit hutang pun malah menolak. Temannya sudah ku celakakan lewat kasus prostitusi online juga sama saja. Aku bingung ingin merampas hak yang jadi miliknya saat ini."

"Michael, masih saja kamu bersikap seperti itu pada setiap wanita yang ada di klub malam." Orang itu menggeleng. "Kan masih ada si Luna itu? Bosan kah? Atau suda jatuh cinta pada gadis jago berkelahi itu?"

Buru-buru Michael meludah ke lantai, jijik pada tuduhan temannya. "Aku hanya memanfaatkannya dengan dijadikan budak seperti gadis desa itu. Atau lebih rendah dari bitch. Tapi.... Dengan mudahnya pria menyedihkan yang kehilangan sahabatnya waktu memata-matai kita ke markas bos mengambil apa yang seharusnya aku dapatkan dari gadis itu."

"Se-semoga saja orang yang kalian maksud bisa bersatu tanpa ada gangguan seperti kalian yang memanfaatkanku, Bajingan!" Walaupun gemetar, gadis yang terpojok di kamar memaki pria yang telah beberapa kali menyiksa tanpa rasa ampun.

Michael dibuat naik pitam dengan penuturan gadis yang selalu disiksanya secara batin. Diambillah pisau lipat dari saku celana, pria itu menghampirinya dan menyentuhkannya ke leher si gadis. Pria itu tidak terima jika ada orang yang berani mengolok-ngoloknya. Ujung pisau yang ditodongkan seakan-akan ingin menembus permukaan kulit leher. Gadis berambut panjang dibuat tiarap lantaran tidak bisa melakukan perlawanan.

Mission Attack (Complete)Where stories live. Discover now