Cerita Tambahan: Bang Jae Galau

852 67 7
                                    

Jehan Alfandi

Di suatu hari ketika Bang Jae kelihatan lagi galau, segalau-galaunya......

"Bang..." Tidak ada jawaban.

"Bang Jae..." Masih, tidak ada jawaban.

"Woy Jaeris Abimana."

"Eh, eh, iya, kenapa Je?" Akhirnya Bang Jae menyahut setelah gue panggil berulang-ulang kali.

"Itu, Bunda sama Ayah ngajakin makan. Hayuk!" Ucap gue pada Bang Jae yang matanya terlihat kosong.

"Ehm, gue nanti aja Je. Lo duluan aja sama Ayah-Bunda." Balas Bang Jae.

"Yakin nih? Lauknya kesukaaan lo loh ini." Tanya gue lagi, berusaha meyakinkan Bang Jae.

"Iya nggak apa-apa. Lo makan aja, Je." Balas  Bang Jae lagi.

Hmm, ada yang nggak beres nih.

"Ohh oke. Bentar Bang." Sahut gue. Gue kemudian berjalan ke ruang makan, menghampiri kedua orangtua gue yang duduk di meja makan.

"Yah, Bun, Bang Jae belum laper katanya. Jeje juga makannya nanti aja ya, bareng Bang Jae aja." Dan gue kembali berjalan, menghampiri Bang Jae yang masih termenung.

*****

"Bang..." Gue mengetuk pintu pelan, perlahan membuka pintu kamar Bang Jae.

"Masuk aja Je." Sahut Bang Jae dari dalam. Terlihat Bang Jae yang tengah termenung memangku gitarnya. Tak berapa lama kemudian, tampaknya ia baru sadar, lalu bertanya, "loh, lo nggak jadi makan Je?"

"Entar, nanti aja. Gue bareng lo aja." Gue lantas membaringkan diri di ranjang milik Bang Jae, menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih. "Nape lo Bang?"

"Hmm, nggak apa-apa Je." Balas Bang Jae, tapi tindakannya jelas terasa berbeda dari omongannya barusan.

"Bang, nggak apa-apa, kalo mau cerita ya cerita aja." Gue menarik napas sebentar, sebelum kembali melanjutkan, "gue adek lo dari orok. Jadi gue tau whether you're okay or not." Gue bangun, lalu duduk menyender di pinggir ranjang. "Ya tapi kalo lo nggak mau cerita, gue juga nggak bisa maksa sih."

Bang Jae masih belum menjawab. Jarinya tampak mengetuk-ngetuk pelan pinggiran gitar yang ia pangku. Wajah Bang Jae jelas sekali terlihat gusar, seperti ada beban yang mengganggu pikirannya.

Hmm, gimana ya? Ini nih yang nggak gue suka dari Bang Jae, suka over thingking. Berbanding terbalik sama gue yang nggak pernah mikirin apa-apa. Dibalik keberisikan dan ke-alay-annya, yang kadang bikin gue pengen ngejorokin dia ke sumur saking ngeselinnya, tapi sebenernya dia ini sering think too much, bikin gue tambah pengen ngejorokin dia ke sumur. Kalau dia udah galau dan lesu kayak ini nih, artinya jelas ada sesuatu yang nggak beres.

Ya walaupun sering menghina-dina Bang Jae, gini-gini kan gue masih adik yang baik. Khawatir juga gue liat Bang Jae diem aja kayak ayam sakit gini. Lantas gue kembali berucap pada Bang Jae, "Bang, gue nggak tau masalah lo apa, tapi yang gue tau kalo lo diem galau gini juga masalah nggak bakal selesai dengan sendirinya." Nada suara gue kemudian melunak, "my ears are all yours, kalo lo butuh buat cerita, kuping gue siap buat ngedengerin. Lagian, that's what brother are for, right?"

*****

Perlahan tapi pasti, mulut Bang Jae mulai terbuka. Cerita Bang Jae yang belum pernah gue dengar sebelumnya, perlahan terbuka dari mulutnya sendiri. Hmm, masalah cewek ya? Ribet juga masalah si cewek. Eh by the way, jarang-jarang nih Bang Jae cerita tentang cewek. Biasanya kayaknya Abang nggak pernah mikirin yang gitu-gitu deh. Baguslah, artinya Bang Jae ada kemajuan.

First Sight | Jae Day6Where stories live. Discover now