Bab 7 : Klan Nestle

24 7 0
                                    

Dylan membuka pintu gerbang yang sepertinya dialiri aliran jahat. Tapi, akhirnya dengan gugupnya tangan gemetarnya bisa membuka pintu gerbang itu. Dylan memasuki taman yang suram penuh dengan pohon mati, dan tengkorak - tengkorak digantung di dekat situ. Lalu, ada 2 penjaga berbaju zirah tebal berwarna putih mendekatinya.

2 penjaga itu membuka helm zirahnya memperlihatkan mata merah mengkilap, dan wajah pucat bahkan warna kulitnya lebih putih dan pucat dari baju zirahnya.

"Wahai pengembara, apa yang kau butuhkan sampai datang kesini?" Tanya salah satu penjaga dengan nada dingin. "Hah pengembara, kau tidak lihat pakaian yang sedang kukenakan?" Jawab Dylan dengan nada tak sopan.

Salah satu penjaga lain menggeram dan mendekati Dylan, tapi penjaga yang berbicara tadi segera menghentikannya. "Baiklah, apa yang kau mau?" Tanyanya.

"Aku ingin bertemu dengan pemimpin kalian. Apakah boleh?" Tanya Dylan dengan nada yang lebih sopan.

Kedua penjaga itu saling menatap dan tersenyum. "Tentu saja, mari silahkan masuk. Tapi lepas dulu pakaian dan celanamu itu. Kami tidak mau kesalahpahaman datang," ucap penjaga itu.

"Ahh, ada - ada saja," ucap Dylan melepas seragam dan celananya dengan mengeluh.

Setelah Dylan melepas seragam dan celananya, dan sekarang dia hanya bertelanjang dada dan hanya memakai celana boxer miliknya. "Apakah ini sudah memenuhi syarat?" Tanya Dylan.

"Baiklah, ikuti aku. Kau jaga disini, aku mencium aroma kebohongan," kata penjaga tadi.

Dylan mengikuti penjaga yang jalannya lurus, memotong jalan yang gelap. Jujur saja, Dylan agak merinding di tempat itu. Meskipun dia vampir, bukan berarti dia tak takut apapun.

Mereka berhenti di depan gerbang kedua, penjaga itu membuka gerbangnya. Seketika, Dylan yang daritadi memasang wajah kesal dan takut berubah menjadi terkesan saat melihat pemandangan yang indah di balik gerbang kedua tersebut.

"Hei, apakah ini gerbang teleportasi?" Tanya Dylan.

"Seperti yang kau pikirkan," kata penjaga itu. Dylan melangkah melihat sebuah desa yang berwarna - warni terdapat puluhan vampir - vampir yang kehidupannya seperti manusia.

Dylan melangkah menuju ke tempat yang lebih terang tapi dia terhenti karena matahari tepat di atas mereka, "tenang saja, para Abigail masih bekerja disini," ucap penjaga itu lagi. "Dan aku hanya bisa menunggu sampai disini, kau tahu kan harus kemana?" Dylan dengan senang hati mengangguk dan berjalan menuju istana yang berada di belakang desa tersebut.

Jika kalian tidak tahu maksud kata atau nama Abigail disini akan kujelaskan. Abigail bukan nama orang melainkan salah satu jenis setengah vampir yang mempunyai kekuatan untuk mengendalikan sinar matahari. Biasanya hanya kerajaan vampir kuat yang memilikinya, karena para Abigail hanya mau dibayar oleh nyawa.

Para vampir sangat beda dengan manusia, biasanya para manusia akan bertanya - tanya dan menjauhi orang baru yang bertelanjang dada berjalan di kerumunan mereka tapi para vampir sangatlah acuh tak acuh mereka hanya fokus pada pekerjaan mereka. Dylan pun juga terlihat percaya diri dengan tubuhnya yang kurus - tinggi.

"Hanya selangkah saja sudah sampai di Italia. Bagaimana jika 10 langkah?" Candanya dengan dirinya sendiri.

Dylan berjalan sangat santai meskipun dia tidak memakai pakaian yang memadai karena ditinggalkan di tangan penjaga tadi. Meskipun badan Dylan agak kurus dan tidak seperti yang diharapkan wanita pada umumnya tapi para vampir wanita itu tetap terpesona melihat Dylan yang datang dengan mendekati dan melewati mereka.

Dylan mencium aroma kebebasan artinya tidak ada aroma darah sedikitpun, "aku rindu suasana seperti ini," entah mengapa Dylan teringat hal yang sebenarnya tidak ingin dia ingat.

DYLAN JACKSON AND THE CURSE OF THE MALGOUDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang