Bab 15 : Tersangka atau saksi

22 7 0
                                    

Kedua detektif tersebut sudah berada di ruangan teknologi forensik, dan mereka menunggu di luar, "emm... kenapa mereka lama sekali?" Tanya John dengan bosan. Sementara Dylan yang sibuk bermain ponselnya, membuat John mengeluh kesal, "hey, bisakah kau jawab pertanyaanku?"

"Ini baru sebentar, kau belum merasakan lamanya duduk disini sendirian sejak kau juga masuk kedalam," John tersadar karena dirinya benar - benar tidak tahu diri. Dylan yang sudah puas bermain ponselnya segera mengajukan pertanyaan, "menurutmu, siapa pemilik sidik jari itu?"

John bingung sebentar dan menjawab, "maksudmu jam tangan?" Dylan yang langsung mengerti kalimatnya salah segera mengangguk malu, "oh, kau benar," John tertawa mendengarnya, "Dylan kau tahu? Kau itu kadang - kadang saat bertingkah keren, hampir tidak ada yang memujimu. Tapi disaat kau bertingkah konyol, aku akan jadi orang pertama yang akan memujimu," Ucap John sambil tertawa keras.

Dylan ikut tertawa kecil lalu dia segera berdiri dan menepuk - nepuk pantatnya, "kenapa lama sekali?" ucapnya, "hey, kursi ini bersih, mengapa kau membersihkan pantat mu seperti itu? Dan mengapa kau ikut - ikutan mengeluh?" Tanya John sambil tertawa keras.

"Aku hanya merasa ada yang aneh dengan tubuhku," ucap Dylan.

Tiba - tiba telepon Dylan berdering, Dylan mengangkatnya dan ternyata itu adalah kopral Tony, " halo, ada petunjuk yang kalian temukan?"

"Ya, kami menemukan 4 tersangka lewat cctv di jalan depan rumah korban. Dan, kami menemukan sepasang pakaian yang robek dan terdapat darah di pakaian tersebut. Bisakah kau datang, dan meneliti barang - barang ini?" Ucap Kopral Tony.

"Lalu, bagaimana dengan detektif muda yang jenius disana?" Tanya Dylan menyinggung.

"Hahh, dia sangat menjengkelkan. Dia pikir, karena dia yang menemukan tersangka dan barang - barang ini, dia merasa hebat dan selalu minta dilayani. Memangnya dia pikir TKP adalah sebuah hotel," umpat kopral Tony.

Dylan yang mendengarnya sambil tertawa segera bergegas kesana, "ada petunjuk yang harus kuambil. Dan kau tunggu disini, oke?"

"Tapi... tapi?" Apa boleh buat, Dylan sudah berlari kencang menuju mobil dan pergi ke TKP.

***

Setelah beberapa menit, Dylan akhirnya sampai ke TKP. Dylan langsung berlari kecil menuju kopral Tony yang sedang berbincang - bincang dengan beberapa polisi disana.

"Dia datang," ucap Felix.

"Dimana barangnya?" Tanya Dylan dengan tergesa - gesa. Felix mencoba menghalangi dan menyela pembicaraan, "kau tahu, kau itu..."

Dylan hanya mendorongnya dengan ringan sambil berkata, "minggirlah," kopral Tony yang mengetahui kedatangan Dylan langsung menunjukkan sepasang pakaian yang robek, "kami menemukan pakaian dan cctv itu di tempat sampah," ucap kopral Tony, "kau bilang cctv nya berada di depan jalan sana?" Sahut Dylan.

"Kami menemukan satu lagi dan belum memeriksanya, dan 3 orang tersangka sedang diinterogasi disana, dan satunya lagi belum kami temukan," jelas kopral Tony.

Dylan dengan muka liciknya, berkata, "bisa berikan tempat yang nyaman? Karena ini tempat yang ini dekat dengan tumpukan sampah," kopral Tony memutar mata malas, dan berkata, "kau tidak ada bedanya dengannya, ucapnya sambil melirik Felix.

Kopral Tony segera memerintahkan beberapa polisi untuk menyiapkan satu meja dan kursi untuk Dylan meneliti pakaian - pakaian tersebut. Dylan akhirnya duduk di kursi yang nyaman dan menghirup nafas segar sambil mendengarkan Felix mengumpat, kenapa pelayanannya tidak senikmat pelayanan Dylan.

"Baiklah, ayo kita mulai," ucapnya.

Dylan merangkai pakaian hitam itu dengan cepat, seperti mencocokkan kepingan puzzle. Dalam 2 menit dia akhirnya menyelesaikan pakaian tersebut, dan mengetahui bahwa, "ini kan jubah," tiba - tiba kopral Tony dan beberapa polisi Seattle menghampirinya, "wow, kau sudah menyelesaikannya, cepat sekali," pujinya.

DYLAN JACKSON AND THE CURSE OF THE MALGOUDWhere stories live. Discover now