Bab 13 : Naluri

19 6 0
                                    

"Kalau begitu, lantai atas pasti akan menjawabnya. Ayo kita kesana," John berlari duluan menaiki tangga, "kenapa kau jadi yang mengajak?" Tanya Dylan sambil mengikuti John dari belakang.

Mereka menemukan ruang yang sekali lagi cukup luas, dan terdapat 2 ruangan di depan mereka, "mana yang kau pilih?" Tanya John. Dylan berjalan ke ruangan kiri, "hei! Kenapa kau selalu berpikir kiri yang lebih baik?" Tanya John.

"Terserah aku! Kau bisa cek ruangan kanan," ucap Dylan.

Setelah keduanya memasuki ruangan tersebut, tidak ada tanda - tanda ruangan dibobol ataupun mayat. John yang tidak menemukan apa - apa menuju ke ruangan sebelah. Dia masuk dan melihat rekannya sedang memakai jam tangan petunjuk yang diberikannya tadi, "hei! Kau tidak boleh memakainya, bagaimana jika sidik jarinya tercampur denganmu. Jika kau ingin menyentuhnya, pakailah sarung tangan khusus," Dylan melirik dan membalas, "kau pikir hanya kau yang menemukan jam seperti ini," ucap Dylan sambil menepuk - nepuk saku celananya yang di dalamnya terdapat jam tangan petunjuk.

"Ayo, kita ke bawah. Tidak ada apa - apa disini," ajak Dylan. Mereka berdua menuruni tangga dan mulai mencari di kamar Paul. John mencari detail di kamar Paul, dan Dylan mencari di ruang tamu.

Saat itu Dylan mulai mencium bau - bau amis yang tidak terlalu kuat dekat situ. Lalu dia menemukan banyak percikan darah di dekat sofa dan pintu depan yang sudah mengering. Tapi dia juga berpikir, apakah Paul melawan saat dia mau dibunuh karena beberapa barang termasuk sofa rusak seperti terkena timpahan benda atau tubuh manusia.

Karena Dylan vampir dan masih mengenali bau darah Paul ketika pertama kali bertemu, dia mencoba untuk mengendus lebih dalam percikan darah yang mengering tersebut untuk memastikan, "sial! Darahnya sudah terlalu kering. Pasti kasus ini sudah terjadi beberapa hari yang lalu.

Sementara John masih mencari dan belum menemukan apa - apa. Lalu dia melihat keluar lewat jendela yang pecah itu tadi, dan menemukan serigala yang mengejarnya berkeliaran disitu. Tiba - tiba seseorang menepuk pundaknya, "ssst! Jangan bergerak ataupun bernafas," bisik Dylan, "apa maksudmu? Jika aku tidak..."

Dylan segera membekap John, dan melihat dari jendela apa yang dicari serigala liar tersebut. Dylan sempat berpikir yang membunuh Paul adalah serigala tersebut, tapi itu tidak mungkin karena serigala tidak bisa mendobrak pintu. Kemudian serigala itu agak berjalan jauh dan sepertinya menemukan sesuatu. Serigala itu menggigit sesuatu dari semak - semak dan ternyata adalah kaki manusia.

"John, kau harus melihat ini," mata Dylan terbelalak tak percaya, "itu manekin kan? Aku tahu soalnya aku bisa membedakan mana manekin dan tubuh manusia," ucap John dengan bodohnya.

"Manekin apa maksudmu?!" Kemudian serigala itu menyeret keluar dan ternyata benar - benar tubuh manusia dan bukan manekin, "John itu Paul! Siapkan pistolmu!"

John segera berlari keluar, "ayo Dylan! Kau lambat sekali jika menuruni tangga!" Saat John menengok ke belakang, dia sadar rekannya sudah melompat dari jendela tadi dan bergerak duluan.

Dorr!

John melanjutkan larinya dengan lebih cepat saat mendengar suara pistol di tembakan.

Serigala itu masih menatap tajam mata Dylan. Langkahnya tidak mundur sedikitpun, "pergilah! Pergilah!" Ucap Dylan sambil menodongkan pistol.

Serigala itu menggeram dan tiba - tiba mundur secara perlahan dan melolong dengan kencang dan pergi. John datang dengan terlambat dan hanya bisa mengomel, "aku tahu, dia takut dengan kedatanganku," sementara Dylan masih berpikir kenapa serigala tadi bersikap seperti itu. Kelakuannya lebih mirip menolong daripada menyerang.

"Ya Tuhan, ini benar - benar pak Paul. Kita harus menghubungi markas. Tidak salah lagi, ini pasti perbuatan dari geng - geng tersebut," John menyarankan dengan benar kali ini, "ide bagus, aku akan menelpon tim," ucap Dylan.

DYLAN JACKSON AND THE CURSE OF THE MALGOUDWhere stories live. Discover now