I Think I'm Ugly | 5. Remember

39.1K 4.3K 180
                                    

Penyeselan itu memang datangnya belakangan. Kalau awal, ya namanya pendaftaran.

Aku yakin, saat pembagian otak dulu. Aku datangnya belakangan hingga aku jadi manusia paling bego sedunia kayak gini.

Bagaimana bisa aku nggak menyadari kalau Adrian adalah cowok itu. Seharusnya aku sudah mulai mikir dong dengan sikap Adrian yang kelewat ramah padaku. Dari awal saja pertemuan kami sudah terasa ganjil. Dia yang tiba-tiba menyapaku; meminta saran dan pendapat padahal jelas-jelas ada Mbak-mbak Sephora yang bisa dia tanyai. Tapi begonya, aku malah nggak curiga sama dia. Dengan antusiasnya mulutku ini menjelaskan segala tetek bengek liptint pada Adrian.

Damn, Dira! Kalau punya otak ya dipake dong!

Lagian kok aku bisa nggak ingat sih sama kejadian di kelab waktu itu? Dan sialnya, aku mengingat kejadian itu setelah Lando memberitahuku siapa Adrian sebenarnya.

Seperti roll film; adegan demi adegan terbayang jelas di otakku. Lando yang menyuruhku untuk berhenti minum tapi aku malah ngeyel. Sampai Lando bosan dengan tingkahku dan mengancam akan meninggalkanku. Lagi-lagi aku bodo amat, sehingga Lando benar-benar pergi. Membuatku malah semakin kalap minum karena nggak ada yang kontrol.

Lalu mataku tak sengaja menangkap sosok Adrian. Dimana meja bar disana berbentuk lingkaran. Cowok itu berdiri di seberang mejaku.

Dia tersenyum padaku di bawah cahaya lampu kerlab-kerlib. Dan aku membalas senyumannya.

Entah siapa yang menggoda lebih dulu, potongan adegannya melompat pada kejadian inti. Tanganku melingkar di leher Adrian, mata kami yang saling menatap intens. Hollyshit Dira! Kamu benar-benar gadis jalang! Gimana bisa aku cium Adrian lebih dulu dengan penuh nafsu kayak gitu?!

Somebody, please, kill me now!

"Dira? Are you, okay?"

Aku mengangkat kepala. Beberapa menit yang lalu Kevin Babik mengirimkan foto yang menjadi senjatanya untuk mengancamku. Dan dilihat lebih seksama, cowok itu memang Adrian.

Stupid Dira!

"Dira?"

Orang itu semakin mendekat lantas mengambil tempat di sebelahku. Pancaran khawatir jelas terlihat dimatanya. Membuat hatiku jadi menghangat oleh tatapan teduh itu. Dira! Sadar! Nggak boleh terpesona!

"Yaaa, I'm fine. Gue...cuma capek aja." balasku memaksa tersenyum.

Randu masih menatapku dengan pandangan yang sama. "Are you sure?"

Kepalaku mengangguk mantap. "Oh iya, Irene nggak dikantor hari ini. Dari pagi dia udah diluar meeting sama klien. Mungkin sampai sore dia nggak akan balik ke kantor." Kataku mengalihkan pembicaraan.

Hari ini aku dan Irene memang ada meeting di luar dengan klien yang berbeda. Tapi aku tak sampai harus berada di luar kantor seharian. Karena masih banyak pekerjaan di kantor yang harus aku selesaikan. Jadilah setelah meeting, aku balik ke kantor lagi, duduk di lobi sejenak sebelum berurusan dengan si perut buncit. Sampai pesan yang aku kirim kan pada Kevin di balasnya. Membuat aku lagi-lagi kepikiran sama kebegoanku yang sudah nggak tertolong.

"Iya, dia chat gue tadi. Ini gue mau nyusul dia buat lunch bareng. Yuk, sekalian lunch bareng kita!" ajak Randu.

"Dan jadi obat nyamuk? Nggak deh, makasih." tolakku.

Randu terkekeh. "Nggak mungkinlah, Ra. Lo udah banyak banget bantuin gue buat dekat sama Irene. Mana tega gue jadiin lo obat nyamuk ntar." Jawabnya.

Andai dia tahu gimana terlukanya hatiku setiap kali membantunya memperjuangkan Irene. Ibaratnya, hatiku ini udah penuh sama handsaplast untuk menutupi setiap luka disana.

I Think I'm UglyWhere stories live. Discover now