I Think I'm Ugly | 29. i luv u

27.3K 2.8K 144
                                    

Kupikir aku sudah mati.

Mungkin aku terlalu mendramatisir. Tapi ketika aku tenggelam dan kesulitan untuk bernapas. Satu-satunya yang ada di otakku adalah aku akan mati. Seperti roll film, orang-orang yang aku sayang muncul di benakku. Memainkan adegan kebersamaan kami ketika bahagia bersama. Tak kusangka aku akan mati muda. Mencecap nikmatnya berumah tangga aja belum. Tapi Tuhan sudah ingin mengambil nyawaku duluan. Aku hanya bisa pasrah . Mengikhlaskan nyawaku yang memang sudah waktunya untuk dicabut.

Oke, lagi-lagi aku bersikap drama queen.

Tapi seriusan, aku mikir aku benaran akan mati.

Sebab itu, ketika aku membuka mata lalu mendapati diriku berada di sebuah ruangan yang didominasi oleh warna putih keningku mengernyit heran. Akan tetapi, begitu bau obat-obatan memasuki indera penciumanku. Baru kusadari kalau aku nggak sedang ada di alam baka. Melainkan rumah sakit.

Aku mengerang saat merasakan kepalaku berdenyut. Mengawasi keadaan sekitar hingga mataku berhenti pada sosok cowok yang tertidur di sampingku dengan posisi duduk. Kepalanya terkulai di dekat lenganku. Marasakan sebuah genggaman erat tangannya yang membalut tanganku.

Jantungku mencelos untuk beberapa detik. Menatap wajah Lando yang kelihatan lelah. Tanganku bergerak membelai rambutnya pelan dan lembut. Tak kusangka sentuhan kecil dariku dapat membangunkannya. Padahal niatku melakukan itu untuk membuatnya tidur lebih nyenyak.

Matanya mengerjap-ngerjap sembari mengangkat kepala. Ketika pandangan berlabuh padaku. Dia menatapku dalam, tapi ada sorot sedih disana.

Akhirnya kuberanikan untuk angkat bicara.

"Lan,"

"Jangan gitu lagi, Ra." Potongnya yang bikin aku terdiam. "Jangan buat gue hampir mati karena takut kehilangan lo."

Bibirku terbungkam. Rasanya seolah ada sesuatu yang menusuk dadaku yang membuat aku kehilangan kata-kata.

Lando menghela napas. Membuang pandangannya dariku. Dia bangkit berdiri. Melepaskan genggaman tangannya dariku. "Gue panggilan Kevin kesini."

Tanpa meliriku lagi. Lando memutar badannya. Membuka pintu dan menutupnya kembali hingga sosoknya benar-benar hilang dari pandanganku. Aku menahan diri untuk nggak menumpahkan tangisan. Sayangnya gagal, diabaikan Lando ternyata lebih menyakitkan daripada putus dari pacar.

***

"Lo beneran mau pulang? Nggak mau nginep di rumah sakit aja?" Kevin bertanya sekali lagi saat aku akan turun dari ranjang rumah sakit.

"Nggak. Gue nggak apa-apa."

Kevin nggak mendebat lagi. Tumben banget bocah ini bersedia mengalah denganku. Bahkan dia kini mengambil lenganku untuk membantuku berjalan yang langsung kuhadiahi tatapan aneh.

"Kenapa lo? Kesambet?"

Cowok itu memutar bola matanya. "Nggak usah bikin tensi gue naik deh. Mumpung gue lagi baik nih, Nin."

Aku mendengus. Membiarkannya membantuku berjalan keluar dari ruang inap padahal aku baik-baik aja makannya minta pulang ke hotel. Lagian besok juga aku harus balik ke Jakarta karena aku cuma mengambil cuti selama tiga hari.

"Lo nggak kasih tahu Ibu, kan?"

"Hm. Rahasia lo aman sama gue."

"Nggak usah mengambil keuntungan dalam kemalangan gue deh." Delikku.

Bibir Kevin tercebik. Ia menghela napas panjang. "Gue nggak sejahat itu ya."

"Lo emang sejahat itu. Nggak inget lo ngancem gue pakek foto gue cipokkan sama cowok?!" sahutku kesal.

I Think I'm UglyWhere stories live. Discover now