I Think I'm Ugly | 36. I love you so bad

35.4K 3.1K 223
                                    

Aku nggak ngerti Lando itu maunya apa?

Daripada memberitahu apa yang ia mau. Lando malah diam seribu bahasa. Pun pada akhirnya dia lebih memilih untuk makan makanan yang aku bawakan dari pada lunch bareng Mara. Lando tetap cuek padaku. Tak kusangka, sikap agresifku sama sekali nggak bikin cowok itu luluh. Padahal aku udah nahan malu banget ngelakuin itu.

"Makasih makanannya. Lo langsung balik aja, gue masih ada kerjaan." Dia berkata setelah selesai menyatap makanannya. Memundurkan kursi lantas bangkit berdiri bersiap meninggalkanku yang sedari tadi sangat sabar menunggunya selesai makan di kantin kantornya.

Napasku terhela, menahan tangannya. "Lan, jangan gini dong." Cowok itu berbalik dan menatapku. "Kalau lo masih marah sama gue, bilang aja. Tapi jangan cuekin gue kayak gini."

Lando diam beberapa detik sebelum akhirnya kembali menarik kursi dan duduk dihadapanku. Matanya langsung menangkap mataku. Bikin aku jadi salah tingkah karena dipandang selekat itu. Aku menarik kepala, menghindari tatapannya.

"Gue nggak marah sama lo, Ra." Lando tiba-tiba bicara hingga aku memberikan perhatian padanya. "Gue...cuma kecewa."

Ouch, itu malah lebih menyakitikan ketimbang dia marah padaku.

Bahuku merosot turun. Nggak tahu harus berkata apa. Rasanya pembelaan pun nggak pantas aku ucapkan.

Kita berdua kembali terjebak dalam kebisuan dengan waktu cukup lama. Hingga suara ponsel Lando memecah hening. Diangkatnya panggilan itu—dengan percakapan singkat yang pada intinya, orang menelpon meminta Lando untuk segera menemuinya.

Cowok itu menatapku setelah menyudahi panggilannya. "Gue balik kerja dulu. Lo hati-hati pulangnya."

Aku mengangguk pasrah. Memperhatikan punggung Lando dengan pandangan nanar.

Kalau kayak gini, aku harus gimana?

**

Aku sedang melamun di dalam kamar saat pintu kamarku diketok lalu menemukan wajah cantik Irene yang menyembul di balik pintu. Dia tersenyum padaku, meski kelihatan capek karena habis pulang ngantor, kecantikannya sama sekali nggak berkurang. Kayaknya meski wajah Irene belepotan lumpur pun, dia akan tetap kelihatan cantik.

"Kata Ibu lo, dari tadi siang lo nggak ada keluar kamar." Irene berkata seraya mengambil tempat di pinggir kasurku. "Kenapa? Lando masih ngambek sama lo?"

Kepalaku berpaling padanya. Menghela napas lantas bangkit duduk sambil bersandar di kepala ranjang. "Lando yang cerita, ya?"

Irene menggeleng. "Nope. Gue emang sempet nanya. Tapi dia cuma bilang nggak ada apa-apa. Jadi, gue berkesimpulan, pembicaaan kalian nggak berjalan baik."

Bibirku mengatup, menunduk lemas.

"Gue yang ngasih tahu Lando kalau lo mau pergi." Irene mengaku yang bikin mataku menatapnya setengah terkejut. "Sorry, kalau gue lancang. Gue hanya takut kalau malam itu lo nggak jadi ngomong sama Lando. Maaf, Ra."

Melihat wajah Irene yang penuh gurat penyesalan, aku nggak bisa marah sama dia.

"Nggak apa-apa, Ren."

Irene menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Membasahi tenggorakannya. "Lando...gimana responnya?"

"Huh?"

"Responnya setelah lo bilang kalau lo mau pergi ke Semarang?"

Aku menggigit bibir. "Seperti yang lo duga, dia bilang dia nggak marah tapi kecewa sama gue. Gue bingung harus gimana, Ren."

"Ra," panggilnya dengan nada serius. Membuatku kembali memberikan atensi padanya dengan alis menungkit. Cewek itu menatapku gusar. Kelihatan ragu untuk berkata. "Sebenarnya, gue masih sayang sama Lando."

I Think I'm UglyWhere stories live. Discover now