I Think I'm Ugly | 15. Goodbye kiss

26.9K 2.8K 124
                                    

Aku meringis pelan. Menggigit bibir saat perawat itu mengoleskan antibiotik ke kening Lando yang terluka. Padahal bukan aku yang sedang diobati. Tapi malah aku yang ngilu. Nggak sanggup melihatnya, kualihkan perhatian ke anggota tubuh Lando yang lain. Mendapati ada luka serupa. Bukan hanya di kening. Sikut serta lututnya pun lecet. Bahkan tangan kirinya harus di gips karena terkilir.

"Sus, pelan-pelan dong." Aku langsung berujar sewot saat Lando merintih kecil akibat si perawat yang menyapukan kapas di luka Lando tidak secara hati-hati.

"Maaf, Mbak. Bukannya saya dari tadi sudah meminta Mbak menunggu di luar? Kalau Mbak terus-terusan protes kayak gini, saya nggak bisa berkonsentrasi mengobati luka Masnya." Perawat itu membalas sengit. Menatapku tajam.

Aku mendengus. Memalingkan muka. Sedangkan Lando hanya terkekeh pelan. Nggak tahu apa kalau aku lagi bete sama dia.

"Maaf ya, Sus. Teman saya cuma khawatir aja sama saya." Ucapnya yang membuatku langsung menatapnya sebal.

"Oh, cuma teman ternyata. Kirain pacar. Habisnya posesif banget." Balas perawat itu datar. Kembali mengobati luka Lando.

Sialan. Kalau nggak lagi di rumah sakit. Sudah aku ajakkin barantem perawat satu ini. Gini-gini setiap kali adu jambak-jambakan sama cewek. Aku selalu keluar sebagai sang juara. Lando mengambil tanganku. Lalu ia genggam. Menatapku dengan tatapan agar aku nggak terbawa emosi dan membuatku keributan.

Aku membuang napas. Menyugar rambut ke belakang sebal.

Setelah si perawat itu mengobati luka Lando. Aku nggak mau repot-repot melirik atau mengucapkan terima kasih. Bersikap seolah tidak ada orang di sana lantas mendaratkan bokong di kursi di sebelah ranjang Lando.

"Elo itu bikin gue jantungan tau nggak!" semburku. "Lagian kenapa sih pakek gaya-gayaan naik motor? Berasa Boy ya biar kelihatan keren gitu?!" berangku seraya memukul pelan lengannya kerena kebiasaan.

"Aw, Ra!" Lando langsung protes. "Elo nyenggol tangan gue yang keseleo!"

"Eh, Sorry," aku panik. "Gue nggak sengaja. Sakit?" tanyaku mencoba meyentuh lengannya yang di gips.

"Lumayan,"

Aku menghela napas. Memandangnya lekat-lekat. Sudah banyak skenario di kepalaku saat mendapatkan telpon yang memberitahu bila Lando jatuh dari motor dan dibawa ke rumah sakit. Pikiranku sudah negatif duluan mendengar kabar itu. Bahkan aku meninggalkan kantor di jam kerja. Sempat menangis di dalam taksi memikirkan nasib Lando yang dibayanganku sudah berdarah-darah dan nggak sadarkan diri.

"Eh, kok lo yang nangis? Yang sakit kan gue," ucapnya seraya mengusap air mataku yang sudah melintasi pipi.

Alih-alih berhenti. Tangisanku malah menjadi-jadi.

Lando panik. Menggeser badannya berhadapan denganku. Tangannya yang baik-baik saja bergerak menghapus air mataku.

"Udah, udah, jangan nangis dong. Maskara lo udah luntur tuh," ledeknya mencoba untuk menghentikan tangisanku.

Aku cemberut. Memukul dadanya pelan yang malah membuat cowok itu terkekeh. Terdiam sambil menatap keadaanya yang nggak bisa dibilang baik-baik aja. Kendati Lando nggak separah imajinasiku. Melihat luka di kening, tangan, serta lututnya, tetap membuat hatiku sakit. Semenyebalkan apapun Lando, aku tetap menyayanginya. Dia teman terbaik yang pernah aku miliki.

Dilingkupi oleh perasaan gloomy. Aku mendekat dan memeluk Lando. Melingkarkan tangan di pinggangnya. Kusandarkan kepala di dadanya hingga aku bisa mendengar detak jantung cowok itu.

"Gue sayang sama lo, Lan. Jangan buat gue takut kayak gini lagi. Gue nggak mau lo ninggalin gue." Kataku kembali menangis.

Lando bergeming. Namun tangannya tetap mengusap kepalaku. Sesaat kemudian, kurasakan cowok itu mengecup kepalaku lembut.

I Think I'm UglyWhere stories live. Discover now