I Think I'm Ugly | 42. Before married

32.4K 2.9K 139
                                    

Menikah itu nggak segampang kelihatannya.

Setelah pertemuan kedua keluarga berlangsung. Tanggal pernikahan pun sudah ditetapkan.

Nggak ada perdebatan dalam proses tersebut, Bunda menyerahkan keputusan tersebut pada Ibu dan Ayah. Aku lega, karena Bunda dan Ibu langsung akrab di pertemuan pertama. Lika juga memberikan warna baru untuk keluargaku. Bahkan Lika sering menginap di rumahku selama berada di Jakarta atas bujukkan Ibu.

Oh, tentu aja. Kevin yang nggak tahu mengenai hal ini. Langsung kaget saat tahu Lando datang bersama keluarganya ke rumah untuk melamarku. Selama proses lamaran, cowok itu menatapku dengan pandangan penuh curiga dan mata yang disipitkan. Dia bahkan masuk ke dalam kamarku, menguncinya, kemudian langsung bertanya dengan bisikkan.

"Lo hamil ya, Nin?"

Aku yang tengah membersihkan makeup hanya mengeram, menahan kesal. "Maksud lo?"

"Waktu lo nginep di tempat Bang Lando, kalian nggak ngapa-ngapain, kan?"

Sudah habis batas kesambaran. Aku pun melemparkan kapas lantas bangkit berdiri. "Heh! Lo pikir gue cewek apaan?"

"Cewek bego?" Dia menyahut enteng.

"Kepin!"

"Logika aja deh, gue pernah mergokkin lo ciuman sama Bang Lando waktu di Bali. Terus tiga minggu yang lalu lo nginep di apartnya Bang Lando. Dan sekarang lo malah dilamar?"

"Terus korelasi gue hamil apaan?"

Kevin menghela napas. "Cewek dan cowok berada di ruang sama semalaman, lo pikir mereka ngapain kalau nggak having sex?"

"Otak lo itu isi selakangan doang ya!" cercaku. "Gue nggak hamil. Dan gue juga nggak ngapa-ngapain sama Lando. Puas?!"

Pun gitu. Kevin masih curiga kalau aku hamil. Bahkan dia bertanya langsung pada Lando saking penasarannya. Lando cuma ketawa dan membantahkan asumsi Kevin. Sama sekali nggak tersinggung dengan tuduhan adikku. Malah dia mengatakan kalau itu tanda Kevin peduli padaku. Nggak secuek kelihatannya.

Lupakan soal Kevin dan mari membahas apa yang membuat kepalaku pusing tujuh keliling sekarang.

Mempersiapkan pernikahan tidak semudah yang aku bayangkan. Banyak hal yang harus dipersiapkan. Seperti mendaftar ke KUA, urus gedung, catering, undangan, baju pengantin. Semuanya aku yang urus sendiri tanpa memakai jasa WO. Aku tahu, akan lebih mudah kalau kalau aku pakai jasa mereka. Bahkan Lando sudah menawarkannya diawal. Tapi kupikir, aku bisa mengurus semuanya.

Lagian sekarang aku punya banyak waktu luang, daripada membuang uang, lebih baik aku gunakan uang itu untuk hal yang lebih penting nanti. Meski yah, Lando sama sekali nggak keberatan menghabiskan uangnya untuk itu. Tetap saja, jiwa-jiwa pengiritanku memberontak.

Tak kusangka, persiapan pernikahan malah membuatku stres. Ditambah lagi, aku merasa Lando terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Sikapnya yang menuruti semua pendapatku malah bikin aku kesal karena terlihat hanya aku yang peduli sedangkan dia cuek bebek. Memang ada Ibu yang membantuku, bahkan untuk urusan catering Ibu mengambil alih mengurusnya. Bunda, meskipun jauh, dia sering menelponku untuk memberi masukkan atau saran.

Hanya saja, aku butuh Lando. Yang aku butuhkan sekarang adalah Lando.

"Besok aku temenin ya, Ra. Aku janji. Sekarang aku beneran nggak bisa."

Aku menggigit bibir. Menahan air mataku yang mendesak keluar. Sudah hampir dua minggu aku nggak ketemu Lando. Proses syuting-nya sudah berjalan setelah acara lamaran, semenjak itu, Lando jadi super sibuk. Saat lokasi syuting-nya masih di Jakarta, aku lumayan sering datang ke lokasi. Tapi sekarang, pengambilan scene dilakukan di Bandung. Mau tak mau, Lando memang harus di sana sampai semua pekerjaannya beres.

I Think I'm UglyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang