I Think I'm Ugly | 39. Camping

34.9K 3.1K 226
                                    

Sedari tadi aku terus bertanya-tanya, kemana Lando akan membawaku?

Cowok itu jadi sok misterius dengan merahasiakan tujuannya. Tapi rute perjalanan yang diambil bikin aku cukup bisa menebak, walaupun tidak tahu pasti dimana tempatnya. Sudah lebih dua jam mobil Lando melaju melewati beberapa tol. Hingga akhirnya udara dingin dan hawa sejuk Bogor mulai kurasakan. Apalagi pemandangan indah alam yang disuguhi cukup memanjakan mata dan menanangkan hati serta pikiranku. Bikin aku jadi mengantuk dan jatuh terlelap tanpa sadar.

Saat terbangun, mobil Lando sudah berhenti. Samar-samar kudengar suara Lando yang tengah bicara dengan seseorang. Kutolehkan kepala sambil membuka mata, menemukan cowok itu tengah bertelpon dengan seseorang. Menyadari kalau aku udah bangun, dia pun tersenyum. Menyudahi panggilannya.

"Yuk, turun." Lando mematikan mesin mobilnya. Turun lebih dulu. Mengambil tas besar di jok belakang.

Aku pun ikut turun dari mobil. Memperhatikan pemandangan sekitar yang dikelilingi oleh pohon-pohon pinus. Ada satu pos yang ditempati oleh penduduk lokal. Lando berpamitan padaku sebentar dan bicara dengan bapak-bapak tersebut. Setelah selesai, dia kembali mendatangiku.

"Mereka udah pasang tenda buat kita." Beritahunya. Seakan tahu kalau aku akan bertanya.

"Tenda? Kita mau camping?" aku bertanya memastikan.

Lando mengangguk enteng. "Lokasinya deket kok. Yaudah, yuk." Ajaknya seraya menarik tanganku untuk mengikutinya.

Aku hanya bisa membuka mulut terpana dengan ide Lando. Pantesan dia melarangku memakai dress atau rok dan menyuruhku mengganti flatshoes yang kupakai di awal dengan sepatu sport. Ternyata jalan-jalan versinya adalah tracking ke bukit untuk berkemah yang pastinya bakal menguras tenaga bagi orang yang males olahraga kayak aku.

Bahkan baru sepuluh menit, napasku sudah ngos-ngosan. Lututku yang lemah bergetar karena lelah. Berbanding terbalik denganku, Lando malah santai-santai saja, padahal cowok itu membawa tas besar yang kalau aku yang membawanya sudah dipastikan tubuhku akan nyoblos ke dalam tanah.

"Lan, capek." Rengekku. Berhenti berjalan yang otomatis bikin Lando juga ikut berhenti. Memandangku.

"Bentar lagi nyampek kok. Tahan ya." Dia menyemangati.

Aku membuang napas. Sedikit cemberut. Membenarkan ikatan rambutku yang longgar.
Melihat itu, Lando mengambil botol air minum di tasnya.

"Mau minum?" tawarnya.

Aku menggeleng.

"Mau aku gendong?"

Aku meliriknya. "Kamu kan udah bawa tas segede karung itu. Gimana mau gendong coba?"

"Kan bisa gendong ala bridal style."

"Ih, alay tahu." Cercaku.

Lando ketawa. Mengusap puncak kepalaku.

"Yaudah, aku gandeng aja ya." Ucapnya seraya mengaitkan jari-jari tangannya dengan punyaku.

Kami pun kembali menempuh perjalanan. Supaya rasa capekku teralih, Lando banyak bicara. Sekali-kali dia akan menunjuk pemandangan yang cukup menarik mataku. Membantuku saat melewati bebatuan licin yang dialiri oleh arus air sungai. Hingga akhirnya kami sampai di lokasi. Mataku membelalak takjub. Tempatnya menghadap langsung pada pemandangan perkebunan teh dan indahnya pohon pinus. Dua buah tenda telah terpasang. Serta sudah ada meja serta kursi lipat yang tersedia disana.

Aku masih terpana di tempat sementara Lando yang mungkin sudah biasa ngeliat pemandangan ini pun meletakkan tas lantas membongkar isinya. Aku nggak terlalu tahu apa yang sedang ia lakukan karena aku sibuk mengabadikan bersejarah ini melaui ponselku. Memandangi kagum panorama di depan mataku.

I Think I'm UglyWhere stories live. Discover now