I Think I'm Ugly | 25. Holiday

24.6K 2.5K 61
                                    

"Ibu, Dira pergi liburan, boleh?" tanyaku dengan nada manis pada Ibu yang sedang menyulam di ruang tamu.

"Liburan terus." Cetus Ibu sambil mengganti benang. "Seharusnya kamu ngumpulin uang buat modal nikah, Nin."

Aku cemberut. "Anin kan belum ada kepikiran buat nikah, Bu."

Ibu langsung menyipitkan matanya padaku. "Terus tujuan kamu pacaran sama Adrian apa kalau arahnya nggak kesitu?"

Aku diam. Melipat kaki diatas sofa. Dari dulu aku memang nggak pernah cerita pada Ibu tentang masalah asmaraku. Malu dong buat cerita, ketahuan banget aku bego dalam mencari pasangan. Bisa-bisa Ibu benaran nekat buat cariin aku jodoh terus langsung dinikahin. Kalaupun Ibu tahu tentang pacarku, itu karena mereka yang menjemputku ke rumah terus kenalan. Tapi hanya sekedar itu. Nggak sampai akrab banget kayak Lando.

"Jangan bilang kamu pacaran sama Adrian cuma main-main doang? Putus aja kalau nggak serius. Kamu itu udah dua puluh empat tahun, Anin. Bukan waktunya lagi buat main-main."

Tuh, kan. Mau minta izin pergi liburan aja malah merepet ke persoalan lain.

"Anin nggak main-main, Bu. Lagian kan sama Adrian masih baru. Kenapa harus buru-buru?" balasku beralasan. Lalu memutar badan menghadap Ibu dan memeluk lengannya. "Anin izin liburan ya, Bu? Anin stres banget karena kerjaan. Ibu nggak mau kan, Anin jadi depresi terus gila?"

Sontak kepalaku langsung dijitak sama Ibu. "Hush, ngomong kok ngasal banget. Kalau malaikat lewat terus diamini gimana?"

Bibirku mengerucut. Mengusap kepalaku yang habis kena jitak. "Anin serius, Bu. Sekarang ini banyak lho pegawai kantoran yang bunuh diri gara-gara stres masalah kerjaaan."

Ibu menoleh dengan wajah penasaran. "Emang iya?"

Aku mengangguk. "Cek aja artikelnya di google."

Wanita yang melahirkan itu bergeming. Nampak berpikir. "Kamu perginya sama siapa?"

"Lando."

"Terus?"

Melihat dari sorot mata Ibu, aku nggak yakin bakal diizinkan pergi jikalau Ibu mendengar jawabanku. "Berdua aja sih."

"Kalau gitu Ibu nggak ngizinin." Ibu menukas lalu kembali pada kegiatan merajutnya.

Bahuku kontan merosot turun, menggoyangkan lengan Ibu merajuk. "Yah, kok gitu sih, Bu?"

"Kok gitu gimana? Jelas Ibu nggak bakal izinin kalau kalian perginya cuma berdua." Tukas Ibu. "Anin, ingat. Kamu sama Orlan itu berlawanan jenis. Nggak peduli mau dibilang sahabat juga tetap aja kalau pergi berdua nggak akan Ibu izinin."

"Anin sama Lando nggak akan aneh-aneh Ibu. Lagian Ibu kan udah kenal Lando. Liat sendiri dia anaknya gimana. Nggak mungkinlah kita berbuat yang 'iya-iya' disana."

"Tetap Ibu nggak kasih izin."

"Ibuuuuu."

"Ajak siapalah gitu biar kalian nggak cuma berdua." Saran Ibu lalu matanya memandangku penuh selidik. "Emangnya Adrian nggak marah kamu pergi liburan berdua aja sama Orlan?"

"Hng...itu..." aku menggaruk leher. "Adrian lagi sibuk dan dia nggak keberatan kok. Udah Anin jelasin juga. Dianya ngerti."

Mata Ibu menyipit. "Baik banget."

"Iya gitu, pokoknya." Kataku lalu kembali membujuk Ibu. "Please, Bu. Anin kemarin udah ngajak Irene tapi dianya nggak bisa ninggalin kerjaannya di kantor. Tari juga udah ada acara keluarga. Lagian Anin sama Lando nggak tidur satu kamar kok. Bakal pisah kamar."

Ibu tetap menggeleng tegas. "Selama perginya cuma berdua nggak akan Ibu izinkan."

"Terus Anin harus ajak siapa lagi coba?" tanyaku kehabisan akal.

I Think I'm UglyOù les histoires vivent. Découvrez maintenant