I Think I'm Ugly | 19. I know you

22.4K 2.7K 169
                                    

Sudah seminggu berlalu sejak Lando mengantarku pulang dengan sikap anehnya. Sekarang aku merasa sudah ada jarak yang terbentang antara aku dan juga Lando. Aku nggak tahu kenapa, hanya saja, aku merasa jauh dari cowok itu akhir-akhir ini. Pun selalu ada Adrian di sampingku tapi tanpa Lando rasanya...berbeda.

Apa mungkin karena aku lagi menstruasi? Makannya jadi baperan?

Sekali-kali aku bertemu dengannya saat ia menjemput Gigi di kantor. Tapi kita malah canggung seakan nggak pernah kenal sebelumnya. Padahal sudah banyak kenangan yang aku buat dengan Lando pada tiap-tiap tahun yang kami habiskan bersama.

"Oke. Kalau gitu kita pakek rancangan yang pertama. Gimana menurut kamu, Dira?"

Gimana bisa kami yang dulunya begitu dekat jadi kayak orang asing gini? Aku nggak bisa mengerti. Kenapa keadaan membuatku dengan Lando harus canggung? Ya, biar aja Lando mau pedekatean sama cewek lain. Tapi kan dia sudah jadi temanku lebih dulu. Pas Lando masih pacaran sama Irene pun, pertemanan kami baik-baik aja tuh.

"Dira?"

Dimana letak salahnya hubungan kami? Apa perlu aku mengadakan sidang dengan Lando? Mungkin saja selama berteman denganku, Lando punya keluh kesah yang nggak bisa dia katakan.

Secara gitu kan, Anindira ini hanya manusia yang tak luput dari kesalahan.

"Anindira?"

Benar. Aku harus bicara pada Lando. Mana bisa persahabatan kami berakhir sampai disini. Kalau ada kesalahpahaman sudah sewajarnya diluruskan dong. Nggak—

"ANINDIRAAA!"

Aku tersentak kaget. Menyadari jiwa dan ragaku ternyata sedari tadi tak menyatu. Tatapan semua orang kini tertuju padaku. Ada yang menyembunyikan tawa—tersangkanya adalah Johnny. Ada yang meringis pelan sambil menunduk dalam otaknya sambil berkata 'bukan temen gue, bukan temen gue'—tersangkanya adalah Tari. Selebihnya terlihat bodo amat.

Lagian berani banget sih aku ngelamun disaat lagi rapat gini?

Apalagi kini si perut bunci melototkan matanya padaku. Siap menelanku hidup-hidup.

"Kamu berani ngelamun di tengah rapat, Dira?"

"Siap. Enggak Pak!"

"Kita gak lagi apel di lapangan!"

Kudengar semua orang tersedak menahan tawa. Nggak tahu kalau aku udah panas dingin saking takutnya sama tatapan si perut buncit.

"Kamu ngelamunin apa?"

"Land—" aku berhenti sebelum keceplosan. "Maksud saya laporan, Pak. Saya ngelamunin laporan saya yang harus dikasih sama Bapak siang ini." Kataku beralibi.

"Lain kali fokus kalau lagi rapat."

Aku mengganguk. "Iya, maaf, Pak."

"Jangan mikiran pacarmu terus. Bedakan urusan pekerjaan sama kehidupan pribadi."

"Nggak gitu, Pak...Sa—"

"Halah." Dia memotong cepat. "Saya itu tau apa yang ada di kepalamu. Maupun kalian semua. Kalian itu kalau kerja harus fokus. Jangan kecewakan orang-orang yang udah percaya sama jasa kita..."

I Think I'm UglyWhere stories live. Discover now