I Think I'm Ugly | 37. Stay with me

36.4K 3.2K 253
                                    

Sampai kapan ini akan terus berlanjut?

Pikiran warasku meminta agar aku menghentikan ini segera. Namun tubuhku justru berkata sebaliknya. Aku nggak akan bersikap munafik dengan ngomong kalau aku nggak menikmati ini. Justru aku terlalu menikmatinya hingga lupa diri. Prinsip untuk no having sex sampai aku nikah sudah berada di dalam mode waspada. Kalau sampai Ibu tahu, aku yakin, rambutku akan digunduli dan aku akan ditendang dari rumah.

Tidak, tidak, tidak, aku harus waras.

Dengan jantung masih berdetak cepat. Kucoba untuk menurunkan tanganku dari leher Lando, melewati bahunya, lantas mencoba mendorong cowok itu. Namun gerakkanku langsung terhenti saat Lando malah menangkap kedua tanganku. Menganggamnya, kemudian menariknya hingga berada di atas kepalaku. Sementara bibirnya dengan ahli masih mengekspoiltasi bibirku. Bikin aku terlena dan membalasnya dengan cara yang sama.

Kenapa dia bisa jago banget sih?

Aku pusing. Beneran pusing.

Bisa-bisanya Lando menciumku dengan begitu hebatnya padahal status kami pun belum jelas. Even, aku nyosor duluan. Tetap aja, aku kan cuma kecup manja tapi dia malah dibalas brutal kayak gini.

Lando bukan tandinganku. Bagaimana bisa aku baru mengetahui kalau Lando udah pro masalah ginian. Atau jangan-jangan dia udah sering ngelakuin ini? Masa sih? Dia kan udah lama sendiri. Terakhir pacaran juga sama Irene. Jangan-jangan dia juga pernah mencium Irene kayak gini?

Gara-gara dugaan itu, entah mendapat kekuatan dari mana, aku segera menarik tanganku dari kukungannya. Mendorong dada cowok itu hingga ciuman kami terlepas dan terciptalah jarak pendek. Mataku langsung bertubrukkan dengan matanya. Alih-alih bicara, aku malah terdiam kaget saat melihat rambut Lando yang berantakkan akibat ulahku dan juga bibirnya yang memerah dan sedikit bengkak. Seliar itukah aku?

Aku menelan saliva disuguhi pemandangan ini.

"Kenapa?" bisik Lando dengan wajah bingung.

Kutipiskan bibir, masih bisa merasakan jejak-jejak ciuman Lando di bibirku. Apalagi ketika mataku turun pada bibirnya, otakku mesumku malah berteriak ingin kembali merasakan bibir itu. Aku meringis malu dengan isi kepalaku. Wajahku terasa panas dan sudah pasti sudah seperti kepeting rebus.

Aku menggeleng pelan, bertepatan dengan ponselku yang berdering di saku celana. Mensyukuri hal tersebut karena dengan begitu aku bisa lolos dari situasi ini.

Aku pun segera mendorong tubuh Lando hingga benar-benar menjauh. Bangkit berdiri seraya meraih ponselku. Dan mataku langsung melotot kaget dengan pekikkan tertahan saat tahu kalau yang menelponku itu adalah Ibu.

Wow. Aku jadi curiga, Ibu punya indera keenam hingga bisa selalu tepat waktu menelponku disaat aku lagi berbuat maksiat.

Kugigit bibir, lalu mengangkat panggilan itu ragu-ragu. Lando mengernyitkan dahinya melihat tampangku. Bersiap untuk bertanya. Tapi segera kubekap mulutnya saat mendengar suara Ibu yang berujar panik diujung sana.

"Assalamulaikum." Salam Ibu. "Anin. Kamu dimana, toh, Nduk? Kok pergi gak ada pamitan!"

Kakiku bergerak gelisah. Sementara Lando melepaskan bekapan tanganku dari mulutnya lantas bertanya tanpa suara.

"Siapa?"

Aku pun menjawab dengan gerakan mulut. "Ibu."

Lando mengangguk. Bukannya mengerti kepanikanku, cowok itu malah tersenyum geli. Menarik tanganku hingga duduk di sebelahnya. Kemudian memangku dagu dan memperhatikanku yang sedang berpikir keras mencari alasan. Memang nggak membantu banget cowok ini.

I Think I'm UglyWhere stories live. Discover now