BAB 1

7.1K 240 2
                                    


"Aku akan menikah"
"Nanti sore aku akan memperkenalkan dia kepadamu,"

Tatang. 08.01

Lama terdiam membaca deretan huruf yang tetera di layar. Seketika air mata jatuh dengan sendirinya, ada perasaan sedih, marah, dan kecewa. Sakit dan penuh kecewa adalah suatu luka yang tidak bisa tertahankan.

Persahabatan mereka sudah berlangsung sejak lama. Ia pikir Tatang menaruh harapan lebih, ketika dia memberikan kalung permata tepat di hari ulang tahunya. Ternyata laki-laki itu hanya menganggap sahabat tidak lebih. Ia akhirnya tahu bahwa cintanya ini bertepuk sebelah tangan.

Ini bukan kisah romance, teman tapi menikah yang ia baca beberapa bulan lalu. Tapi semua di luar ekspetasinya, teman di tinggal menikah lebih tepatnya. Jika Tatang sudah menikah pastilah ada batasannya, status itu tidak lagi sama. Ia tidak bisa sebebas dulu, ia bahkan sempat stalking media sosial Tatang, sepertinya dia sedang berbahagia bersama sang kekasih.

Suara hantaman cukup jelas terdengar, Ajeng dengan cepat mengerem seketika. Ia memandang lampu merah menyala. Ia bahkan tidak tahu bahwa ini ada perempatan lampu merah.

"Mampus !" Ucap Ajeng, ia menggigit bibir bawa, ia melihat kondisi mobil itu dari belakang. Kap mobil penyok dan lampu stoplamp sebelah kiri pecah.

Oke, kecelakaan ini tidak terlalu parah, karena tidak memakan korban jiwa ataupun luka-luka. Tapi kerusakan fisik mobil itulah yang menjadi permasalahannya. Oh Tuhan, mobil yang ditabraknya itu bukanlah mobil murah seperti kabanyakan. Ia terlalu banyak memikirkan Tatang sehingga menyebabkan seperti ini.

Ajeng hanya diam, ketika para pengguna jalan mulai memperhatikan dan mulai menyelidikinya. Sial, bahkan orang yang melintas di jalan ada yang berhenti dan menonton.

Ajeng mendengar suara ketokan dari balik jendela, ia lalu segera membuka kaca. Ia memandang laki-laki berperawakan tinggi besar, rambutnya panjang sebahu, rahang itu di tumbuhi bulu-bulu lebat, menggunakan kaca mata hitam. Lihatlah penampilan laki-laki begitu urakkan, kalung rantai terpasang di lehernya. Dengan tatapan di balik kaca mata hitam itu, menyuruhnya keluar.

Ajeng menggigit bibir bawah dan lalu keluar. Oke, ia akan bertanggung jawab atas kejadian ini. Ajeng memperhatikan orang-orang yang mulai berdatangan menonton dirinya. Ia menatap laki-laki berkaca mata itu, dengan perasaan takut. Ajeng lalu menyelipkan rambut di telinga,

"Kamu tahu kan itu lampu merah," ucapnya datar. Suara berat dan terdengar begitu sexy. Lalu sambil membuka kaca mata diselipkan di sisi kaos hitam yang di kenakannya.

Ternyata laki-laki itu memiliki mata tajam dan alis yang tebal. Ia melihat kilatan mata tajam berapi-api, terlebih cuaca sedang panas-panasnya.

"Lihat apa yang kamu lakukan, kap mobil saya penyok, dan lampu stoplamp saya pecah," ucapnya lagi, menunjuk body mobil.

"Kamu tahu, kap penyok bukanlah hal yang bisa di lakukan dengan mudah, harus orang profesional. Setelah itu harus di filler dan pengecatan ulang sesuai dengan warna yang sama,"

"Jangan karena kamu seorang wanita, maka saya tidak bisa memarahi kamu dan meminta pertanggung jawaban," ucapnya lagi penuh penekanan.

Ajeng menarik nafas, siapa bilang ia tidak bisa bertanggung jawab.

"Saya tahu saya salah dan saya akan tanggung jawab atas kejadian ini,"

Sumpah ini adalah hal yang paling memalukan, selama hidupnya. Ia berharap tidak ada polisi dan merekam kejadian ini. Ia tidak ingin menjadi viral di media sosial karena menyebar di akun lambe murah.

MY LOVE MY CEO (SELESAI)Where stories live. Discover now