BAB 2

6.3K 256 4
                                    


Laki-laki dewasa seperti dirinya, tahu apa yang harus ia lakukan. Terlebih melihat wanita itu cantik dan menarik di matanya. Sehingga adanya pergerakkan signifikan yang mendorong perilaku impulsif. Ini bukanlah pikiran pendek melainkan dorongan alamiah bagi laki-laki.

Aru bertolak pinggang, memandang iris mata bening itu. Alis itu terukir sempurna dan bibir tipisnya begitu menggoda untuk di cicipi.

"Selama mobil saya dibengkel, saya memakai mobil kamu," ucap Aru pada akhrinya.

Ajeng mengerutkan dahi, ia tidak terima begitu saja jika mobilnya beralih ketangan laki-laki itu,

"Loh bukannya saya sudah bertanggung jawab," ucap Ajeng.

"Ini bukan tentang masalah tanggung jawab. Jika mobil saya sudah seperti ini, saya menggunakan apa? Berpikirlah secara logis," ucap Aru datar.

Jika dia sudah berbicara sepertu itu ia tidak bisa membantah lagi. Berdebat mempermasalahkan mobil ini, pastilah tidak ada habisnya. Terlebih dirinyalah yang bersalah atas kasus ini.

"Jadi kamu maunya gimana?" Tanya Ajeng, mencoba berpikir jernih.

"Tentu saja mobil kamu,"

Oh Tuhan, laki-laki ini memang gila, andai dia tidak semenyeramkan ini. Ia pasti lebih mempertahankan mobilnya mati-matian. Lihatlah tampangnya aja lebih mirip pereman kelas kakap. Tangan kokoh itu pasti begitu terlatih,

"Mana kunci mobil kamu,"

Ajeng manarik nafas, ia juga bingung akan berbuat apa. Andai saja ada Tatang pasti permasalahan ini akan cepat selesai. Inginnya sih menelfon Tatang saat ini juga, emang dia aja yang memiliki body kekar. Ia menggenggam erat kunci itu,

"Mobil saya lebih mahal dari kamu, setelah mobil saya selesai. Saya akan mengembalikannya,"

"Ya enggak bisa gitu lah, emang saya bisa percaya begitu saja kepada kamu,"

"Kenapa mesti tidak percaya," ucap Aru datar.

Aru masih menatap wanita itu secara intens, mata bening itu membalas pandangannya.

"Karena saya belum mengenal siapa kamu,"

Aru lalu tersenyum culas, sepertinya umpan dirinya di makan mentah-mentah oleh wanita cantik itu. Ia tidak perlu bersusah payah mengajaknya kenalan. Aru mengeluarkan dompet dari saku calana, ia mengambil KTP dan kartu nama. Menyerahkan kartu itu,

"Ini KTP dan ini kartu nama saya. Di sana ada alamat rumah dan kantor saya. Atau kamu tanyakan langsung kepada pemilik bengkel ini. Dia kenal betul siapa saya," Aru mencoba menjelaskan, melirik Jo yang tersenyum penuh kemenangan.

Ajeng mengambil kartu nama dan KTP. Ia mulai membaca setiap huruf yang tertera di kartu. Keren gila, ternyata namanya ENDARU JANGGALA. Nama dan tampang sangat lah tidak sesuai menurutnya.

Ajeng mengalihkan pandanganya ke arah kartu nama berwarna hitam "Aru Fitness Center". Ia melirik laki-laki itu sekilas. Jujur ia sering ke tempat fitness ini bersama Tatang. Aru fitness center adalah salah satu tempat gym hitz, pengunjungnya juga cukup banyak dan dia merupakan salah satu pelanggan tetap di sana.

Ajeng tahu bahwa tempat Gym merupakan salah satu tempat alternatif untuk kaum urban. Terlebih di kota besar seperti Jakarta dengan tingkat kesibukan tinggi. Kesadaran untuk kesehatan tubuh di tengah padatnya aktivitas. Berolahraga ditempat gym tempat yang lengkap. Alat-alat yang tersedia cukup banyak dari membentuk tubuh hingga mengecilkan perut juga ada. Di tempat fitness juga menyediakan yoga, zumba, dan pilates. Sehingga dirinya biasa betah berlama-lama di sana. Oke, itu hanya sekilas tentang tempat fitness yang ia ketahui.

MY LOVE MY CEO (SELESAI)Where stories live. Discover now