BAB 36

3.1K 139 1
                                    

"Pemanasan terlebih dahulu," ucap Aru, ia tidak ingin kekasihnya keram otot, cepat lelah, dan sakit kepala.

"Iya," ucap Ajeng. Ajeng lalu membaringkan tubuh di matras. Setelah merenggangkan otot ia akan melakukan sit-up.

Ajeng menahan nafas hingga lima belas detik secara perlahan. Ia lalu menghembuskan nafas secara perlahan, mengangkat dada menjauhi lantai. Aru tersenyum menatap sang pujaan hati. Ia berjongkok memegangi kakinya.

Aru suka melihat betis Ajeng. Wanita itu pasti selalu merawatnya dengan baik. Pantas saja wanita ini selalu memamerkan tungkai kaki yang indah ini.

Ajeng melakukan sit-up, setiap ia menjauhi lantai ia memandang wajah Aru secara dekat. Laki-laki itu seakan siap menjaganya dengan baik. Ajeng mendekatkan wajah dan lalu mencium bibir Aru sekilas, sambil mengedipkan mata.

Sementara Aru tertawa atas prilaku Ajeng, dengan penuh semangat mengambil posisi terbaik di kaki Ajeng, tentu saja ia ingin mendapatkan ciuman lebih dari sang pujaan hati. Betapa bahagianya ia bisa bersama Ajeng melakukan kegiatan rutin seperti ini. Rasanya begitu romantis dan hangat.

Setelah melakukan sit-up, Ajeng merentangkan tangan. Kaki kiri ia angkat bersamaan pada tubuh bagian bawah. Ia melihat Aru membantunya menahan kaki, sambil menghitung beberapa detik. Lihatlah tangan laki-laki itu mulai nakal, meraba perut ratanya.

Ajeng membiarkan Aru melakukan itu, karena ia ingin melihat sampai sejauh mana Aru itu tidak tergoda oleh tubuh ini. Sungguh ia ingin melihat benteng pertahanan Aru runtuh. Masalahnya sekarang ia sudah berpakaian sexy habis-habisan, masa' laki-laki itu tidak tertarik kepadanya.

"Tubuh kamu sudah bagus, kamu pasti menjaganya dengan baik," ucap Aru.

"Sudah seharusnya wanita seperti ini Aru. Aku bukan wanita yang membiarkan tubuhku lusuh dan tidak terawat. Aku selalu menjaganya agar terlihat menarik, aku tidak ingin mengecewakan laki-lakiku," ucap Ajeng, masih di kaki yang sama.

Aru mendengar itu hanya bisa tersenyum, ya ucapan Ajeng memang benar adanya.

Ajeng memicingkan mata, menatap Aru, "Oiya, apa kebanyakkan laki-laki yang suka nge-gym itu menyukai sesama jenis?," tanya Ajeng.

Alis Aru terangkat, "Hemm mungkin,"

"Wow,"

"Yang pasti aku normal dan masih menyukai wanita cantik seperti kamu," Aru memandang belahan dada Ajeng. Ajeng mememiliki payudara yang indah. Aru menekuk kaki Ajeng ke samping. Pemanasan seperti inilah yang seharusnya di lakukan, agar tidak keram otot.

"Masalahnya aku sering nge-gym dengan berpakaian seperti ini. Tapi laki-laki keren seperti kamu, sama sekali tidak melirikku. Aku sampai frustasi melihat mereka, apa aku kurang cantik? Padahal aku udah dandan habis-habisan untuk menarik perhatiannya,"

"Beberapa hari aku perhatikan perilaku mereka, sepertinya mereka lebih tertarik dengan laki-laki sepertimu," ucap Ajeng lalu menyudahi pemanasannya. Ajeng kini beralih memeluk tubuh Aru.

Aru menatap Ajeng kini wanita itu malah mengurung tubuhnya. Oh tidak Ajeng membuatnya gila. Lihatlah dia begitu agresif berbaring di atas tubuhnya. Tanpa ada rasa canggung sedikitpun,

"Bukankah, kebanyakkan laki-laki nge-gym cenderung gay?," ucap Ajeng lagi.

Aru menatap iris mata Ajeng, membiarkan Ajeng berbaring di atasnya, "Menurutku sih kebanyakkan memang seperti itu, tapi enggak semua yang nge-gym itu gay," ucap Aru.

"Aku membangun itu memang benar-benar bertujuan untuk olahraga, bukan untuk komunitas seperti mereka,"

"Hemmm,"

MY LOVE MY CEO (SELESAI)Where stories live. Discover now