BAB 33

2.5K 133 0
                                    

Aru memandang Ajeng dari kejauhan, wanita itu masih di posisi yang sama. Aru melangkah mendekat, memandang iris mata bening itu. Wanita inilah yang ia inginkan, Aru melirik hidangan tersaji di meja. Ia sama sekali tidak bernafsu untuk memakan yang di sajikan Ajeng.

Ajeng menatap Aru iris mata tajam itu sulit diartikan. Terlihat jelas laki-laki itu menahan emosi. Ajeng menelan ludah, sepertinya ada yang tidak beres di sini. Ya hubungan mereka memang tidak terlihat baik-baik saja, lebih tepatnya mereka sama-sama menahan rasa.

"Sebaiknya aku tidak perlu berbasa-basi lagi," ucap Aru datar.

Ajeng memegang sudut meja, ia melihat rahang itu mengeras, "Apa yang kamu maksud !," ucap Ajeng.

"Kenapa kamu menghilang dariku,"

"Kamu pergi, lalu memblokir nomor ponselku, kamu matikan semua akun sosial media milikmu. Setiap aku menghubungi dengan nomor berbeda, kau tidak pernah mengangkatnya !,"

"Kenapa kamu melakukannya !,"

"Jika kamu tidak memiliki rasa, kamu tidak mungkin sengaja menghilang dan dariku seperti itu!,"

Ajeng tidak tahu apa yang harus ia lakukan, jantungnya maraton, ini adalah sebuah bentuk kejelasan untuk Aru. Ajeng membalas tatapan itu dengan berani. Suasana rumah yang dingin ini mendadak menjadi panas,

"Kamu mengajakku ke sini, untuk membahas ini,"

"Ya tentu saja," ucap Aru.

Ajeng menarik nafas panjang, ia menahan nafas agar ia tidak tersulut emosi,

"Aku sudah mengatakan kepadamu dari awal, aku tidak ingin menjadi orang ke tiga dalam kisah cintamu !," ucap Ajeng dengan suara bergetar. Sekarang ia akan meluapkan apa yang ada di dalam pikirannya.

"Itu adalah alasan dasarku menghilang darimu !,"

"Aku bukan jenis wanita yang tak punya hati demi kesenanganku sendiri !,"

"Ingat dari awal kita tidak memiliki hubungan apa-apa, kita hanya dua orang yang tidak sengaja bertemu !," ucap Ajeng keras, kali ini emosinya tidak terkendali.

Aru menatap iris mata bening itu, "Kamu bilang tidak memiliki hubungan apa-apa?,"

"Setelah aku dan kamu menghabiskan waktu bersama, berbagi cerita, tawa, dan bercumbu. Kamu tidak sadar apa yang telah kita lakukan waktu itu? Apa kamu tidak memiliki rasa terhadapku?,"

"Tidak," timpal Ajeng.

"Dasar pembohong !," dengus Aru.

"Kamu munafik !"

"Setelah menangis tersedu-sedu mengatakan rindu teramat sangat, lalu cincin pemberianku masih tersemat di jari manismu. Apa itu tidak membuktikan bahwa kau mencintaiku !," ucap Aru keras, ia tak kalah emosinya dengan Ajeng.

"Kamu tidak bisa membohongi dirimu sendiri, karena aku yakin kamu sama saja denganku, Ajeng !,"

"Kamu tidak usah mempermasalahkan hubunganku dan Tania, karena aku sudah mengakhirinya dua bulan yang lalu !,"

Ajeng tidak percaya bahwa Aru sudah memutuskan hubungannya dengan Tania. Entahlah ia ingin menangis mendengar itu. Inilah yang tidak suka jika berhadapan dengan Aru, laki-laki itu selalu membuatnya sulit bernafas. Di dalam pikirannya hanya ingin menghilang dari tatapan itu. Air matanya kembali jatuh, ia lalu terisak.

"Bukankah itu yang kamu mau dari awal. Aku tidak memiliki status apapun dengan wanita lain !,"

Ajeng menepis air mata, ia memijit kepalanya yang pusing karena terlalu banyak menangis,

MY LOVE MY CEO (SELESAI)Where stories live. Discover now