BAB 6

4.1K 220 5
                                    


Ajeng mencari ponsel yang ia letakkan sembarang di bawah bantal. Sumpah suara ponsel itu begitu berisik. Ajeng mendapati apa yang ia cari sambil menahan kantuk. Ajeng menggeser tombol hijau pada layar.

"Iya halo," ucap Ajeng dengan suara khas bangun tidur, ia meraih guling dan merubah posisi tidurnya menyamping.

"Aku jemput satu jam lagi ya,"

Ajeng mengerutkan dahi, ia tidak mengerti atas ucapan si penelpon. Sepertinya suara berat itu tidak asing di telinganya.

"Jemput apaan?"

"Ya jemput kamu lah, kita perginya agak awal. Kebetulan aku ngantarin Rama ke sekolah,"

Ajeng mengerutkan dahi, dan ia masih bingung, "Ini siapa?"

"Aru,"

Ajeng mendengar itu lalu melirik ke arah layar ponsel. Ternyata si penelpon adalah Aru. Ia mamandang ke arah layar ponsel menunjukkan pukul 05.20 menit. Oh Tuhan, ini bahkan masih terlalu pagi ia bangun.

"Ya terlalu pagi lah aku ke kantor, kamu gimana sih?"

"Kan tadi aku udah bilang, aku sekalian mau ngantarin Rama ke sekolah. Belum lagi macet di jalan," ucap Aru.

"Siapa Rama?"

"Adek aku,"

"Owh gitu,"

"Jadi sekarang, kamu bangun dan mandi," ucap Aru dari balik speaker.

"Tapi aku masih ngantuk,"

"Sekali-kali bangun pagi enggak apa-apa, lagian mandi pagi itu sehat, predaran darah kamu jadi lancar,"

"Iya, deh,"

Sambungan pun seketika terputus, Ajeng lalu berdiri merenggangkan otot otot tubuh melangkah menuju kamar mandi.

******





Aru memandang Rama sang adik telah siap di depan pintu bersama kedua orang tuanya. Beserta koper hitam di dekat daun pintu. Mau tidak mau, bocah kecil itu ikut bersamanya.

"Ini aja baju kamu," ucap Aru mengambil alih koper hitam.

"Iya," ucap Rama.

"Yaudah, pamit dulu sama mama dan ayah," ucap Aru,

"Cielah cuma pindah ke Pondok Pinang doang, berasa kayak mau pergi keluar negri aja," dengus Rama.

Rama menarik nafas melirik Aru, kilatan mata tajam itu menyuruh untuk mengikuti perintahnya,

"Iya, iya," ucap Rama.

Rama lalu memeluk tubuh sang ibu dengan erat, jika sudah bersama Aru ia tidak bisa bermanja manja lagi. Tau sendiri saudaranya itu seperti apa. Wanita itu membalas pelukkan Rama,

"Mama, Rama pergi dulu ya, kalau sempat mama ke rumah mas Aru, lihat keadaan Rama. Mama enggak maukan anakmu yang tampan ini menderita," ucap Rama, mengadu sang ibu dengan wajah memelas.

Masalahnya ia pernah tinggal beberapa hari di rumah Aru, ketika mama dan ayah ke Hongkong liburan. Beh, jangan harap bangun siang, pagi-pagi udah di suruh olah raga.

Wanita separuh baya itu melepas pelukkanya, memandang Rama, "Iya, nanti mama akan ke sana,"

Rama memandang laki-laki separuh baya tepat di hadapannya, "Ayah, Rama pergi dulu ya," Rama memeluk tubuh laki-laki itu.

MY LOVE MY CEO (SELESAI)Where stories live. Discover now