BAB 7

4K 215 0
                                    


Aru masuk ke dalam mobil, lalu meninggalkan area sekolah melanjutkan perjalanannya.

"Tau enggak, semenjak Rama masuk SMA nakal nya mulai kelihatan. Dalam sebulan ini sudah tiga kali orang tua aku di panggil ke sekolah,"

"Serius !,"

"Serius, minggu pertama dipanggil karena ikut tawuran, minggu kedua berantem dan terakhir ini ketahuan merokok di sekolah. Mama dan ayah di rumah udah angkat tangan lihat kelakukan Rama. Kedua orang tua aku sampai malu setiap minggu di panggil guru BK. Mulai hari ini bocah bandel itu mulai tinggal sama aku,," ucap Aru mulai bercerita tentang kenakalan Rama.

Ajeng kembali tertawa ia melirik Aru, "Tapi walaupun gitu, adek kamu itu lucu. Pengen ketawa aja lihat tingkah dia. Nakalnya masih tahap wajar sih, enggak aneh-aneh. Masa remajanya kelihatan berwarna dan seru. Suatu saat dia bakalan kangen masa-masa itu," ucap Ajeng, ia menyandarkan punggung di kursi.

"Namanya juga remaja masa transisi, semua pengen di coba sama dia," ucap Aru lagi, ia melirik jam melingkar ditangannya menunjukkan pukul 07.00.

"Kamu masuk karja jam berapa?" Tanya Aru.

"Jam setengah sembilan," ucap Ajeng.

"Masih terlalu awal ngantar kamu ke kantor, bagaimana kalau kita ngopi dulu," ucap Aru memberi saran, ia melirik Ajeng.

"Iya deh," ucap Ajeng dan lalu tersenyum memandang wajah tampan Aru.

Aru menghentikan mobil di salah satu cafe coffee. Ajeng mengikuti langkah Aru masuk ke dalam. Mereka memilih duduk di dekat estalase kaca. Aru mamandang wajah cantik Ajeng, yang tengah memperhatikannya.

"Ini hari Rabu, sore nanti kamu nge-gym?" Tanya Aru,

"Iya, seperti biasa pulang dari kantor aku langsung nge gym," ucap Ajeng, ia memandang waitress membawa pesanannya. Ajeng tidak lupa mengucapkan terima kasih.

"Nanti aku tunggu, kita nge gym sama-sama," ucap Aru, mengedipkan mata ke arah Ajeng.

Ajeng lalu tersenyum melihat Aru kini mulai menggodanya, lihatlah kedipan itu begitu tampan.

"Jadi bagaimana touring ke Semarang?" Ucap Ajeng.

"Tentu saja sesuai kesepakatan, kita akan pergi sabtu pagi. Nangti ngumpulnya di bengkel Jo," Aru meraih cangkir disesapnya kopi itu secara perlahan dan meletakkanya kembali di meja.

"Apa pacar kamu enggak marah, kamu membawa aku pergi jauh hingga ke Semarang?,"

"Ya walaupun aku tahu kita perginya tidak berdua. Tapi jika sudah seperti itu, naik motor berboncengan. Kontak fisik itu pasti terjadi, teman-teman kamu pasti mempunyai pandangan yang berbeda terhadap aku," ucap Ajeng, itu lah yang ada di pikirannya sejak semalam.

"Terlebih kamu bukan laki-laki lajang, tidak seharusnya kamu seperti ini," Ajeng memandang iris mata tajam itu dengan berani.

"Jagalah komitmen kamu, aku hanya tidak ingin jadi orang ke tiga dalam hubungan kamu. Seperti Daniar ataupun wanita lainnya,"

"Aku tahu, ujung-ujungnya akan mengarah ke sana,"

Aru membalas pandangan Ajeng, sepertinya pembahasan ini cukup serius. Wanita cantik itu meminta kejelasan, tentu saja ia tidak ingin mengakhirnya begitu saja.

"Aku tahu maksud kamu," ucap Aru menggantungkan kalimatnya. Ia melipat tangannya di dada,

"Begini, aku mendekati kamu bukan langsung menjadi pacar. Terlebih kita baru mengenal,"

Ucapan Aru seolah menusuk ke dalam hatinya. Mungkin ia terlalu percaya diri berkata seperti itu. Sementara Aru memandangnya dengan pandangan berbeda. Ia menelan ludah mengusap tengkuknya yang tidak gatal.

MY LOVE MY CEO (SELESAI)Where stories live. Discover now