BAB 14

2.7K 156 0
                                    

Setelah aksi ciuman dahsyat itu, malamnya Ajeng nyaris tidak bisa tidur. Ada perasaan resah gelisah di hati, ciuman itu masih terngiang-ngiang diingatannya. Ia sudah berusaha mati-matian memejamkan mata, tapi percuma saja. Hingga menjelang subuh ia suli sekali memejamkan mata. Oke, hari ini ia tidak tidur, karena terlalu banyak memikirkan Aru dan ciuman dahsyatnya.

Tepat jam lima subuh Ajeng lebih memilih mandi, agar pikirannya lebih tenang. Celana jins dan baju kaos menjadi pilihannya. Tidak banyak yang ia bawa, hanya alat make up dan beberapa underware. Ajeng menyimpan perlengkapan itu di plastik berwarna putih. Tidak lupa barang yang paling penting yaitu dompet, charger dan ponsel. Karena Aru mengatakan akan menyimpan di box motor. Untuk pakaian ia tidak akan membawanya, karena ia bisa membeli di Semarang.

Ajeng melangkah mengambil jaket kulit yang menggantung di lemari. Ia menatap penampilannya sekali lagi, seperti ini lah yang pantas untuk pergi mengendarai motor. Ia mengikat rambutnya ke belakang, suara bell berbunyi. Ajeng yakin itu adalah Aru, ia melirik jam menggantung di dinding menunjukkan pukul 05.30 menit. Ajeng membuka pintu, benar dugaanya bahwa yang berdiri di depan pintu adalah Aru. Lak-laki ini lah yang ia pikirkan sejak semalam. Laki-laki itu mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan celana jins. Penampilan Aru sama seperti dirinya, padahal mereka tidak janjian untuk berpakaian seperti ini.

"Sudah siap?," tanya Aru, memperhatikan Ajeng.

"Iya sudah," ucap Ajeng, ia memperlebar daun pintu mempersilahkan Aru masuk.

Ajeng mengambil sepatu boot yang sudah ia persiapkan tadi malam. Aru memperhatikan Ajeng memasang sepatu.

"Kamu tidak membawa tas?," Tanya Aru mencoba memastikan, karena ia menyuruh Ajeng jangan membawa tas, ia melirik plastik berwarna putih di atas meja yang sudah tersusun rapi.

"Enggak sih, hanya itu saja yang aku bawa. Benar kata kamu, Aku enggak mau ribet, aku mau santai-santai aja," ucap Ajeng.

Aru tersenyum karena Ajeng mengikuti ucapannya. Biasa wanita selalu ribet soal pakaiam. Ia yakin cukuplah barang-barang Ajeng masuk ke dalam box motor, karena itu memang sedikit.

Ajeng melirik Aru, jantunya bergemuruh hebat kilatan mata tajam itu membalas pandangannya,

"Bagaimana tidurmu? Apakah nyenyak?" Ucap Aru seketika.

Ajeng menelan ludah, laki-laki itu seolah tahu apa yang ia pikirkan, padahal tadi ia tidak bisa tidur semalaman,

"Iya," ucap Ajeng.

"Baguslah kalau begitu, ayo kita pergi," ucap Aru melangkah keluar dari apartemen, diikuti Ajeng dari belakang.

Beberapa menit kemudian mereka tiba di basement. Ajeng memandang Aru memasukkan perlengkapannya di kotak box. Aru mengeluarkan masker dan sarung tangan. Aru menyerahkan masker dan sarung tangan kepada Ajeng.

"Perjalanan jauh seperti ini, kamu harus menggunakan masker, karena sepanjang perjalanan banyak debu," ucap Aru, ia menatap Ajeng memasang masker di wajah, begitu juga dengan dirinya.

Aru menepuk body jok, agar Ajeng segera duduk di belakang. Ajeng tersenyum dan lalu duduk, ia melingkarkan tangannya di sisi pinggang Aru.

"Pegang yang erat," ucap Aru, menoleh kebelakang.

"Iya,"

Semenit kemudian, motor sudah meninggalkan gedung apartemen. Ajeng tidak menyangka bahwa ia akan pergi jauh bersama Aru mengelilingi pulau jawa. Ini adalah pengalaman baru untuknya. Ia merasakan aroma citrus yang menenangkan dari tubuh Aru. Ia mengetatkan pelukkannya, begitu nyamannya jika bersandar di dada bidang ini. Andai tadi malam ia tidur di pelukkan Aru, ia pastikan akan tidur nyenyak.

MY LOVE MY CEO (SELESAI)Where stories live. Discover now