BAB 12

2.9K 176 0
                                    

Ajeng memandang Aru laki-laki itu kini sudah di ambang pintu. Ajeng tidak menyangka bahwa Aru menjemput secepat ini. Padahal ini baru beberapa menit ia tiba di apartemen.

"Masuklah," ucap Ajeng, memperlebar daun pintu.

Aru lalu melangkah masuk ke dalam, ia melirik Ajeng menutup pintu itu kembali. Ajeng berjalan mendekati Aru, laki-laki itu memandangnya,

"Emangnya udah selesai service motor," Tanya Ajeng.

"Iya sudah,"

"Kok cepet? Padahal aku baru nyampe loh," ucap Ajeng.

Aru sudah menduga, karena pakaian kaku itu masih terpasang di tubuh ramping Ajeng,

"Aku udah dari dua jam yang lalu di bengkel," ucap Aru.

"Owh gitu, oiya besok apa yang harus aku bawa?" Tanya Ajeng, sepertinya ia harus mempersiapkan diri untuk keberangkatan touring.

"Bawa seperlunya aja, barang-barang yang tidak penting jangan dibawa,"

"Biasa kamu bawa apa?" Tanya Ajeng, ia melangkah menuju dapur mengambil botol mineral. Sementara Aru mengikuti langkah Ajeng berdiri di dekat meja pantri.

"Bawa uang tunai, pisau lipat, powerbank, jas hujan, kaca mata, masker, sarung tangan dan beberapa underware,"

"Cuma itu saja,"

"Iya, cuma itu saja, kamu jangan bawa barang yang aneh-aneh. Bawa seperlunya aja, nanti repot. Lagian kita pakek motor bukan pakai mobil, mau taruh di mana nanti kalau bawa pakaian banyak-banyak,"

"Kalau pakaian ganti, kita juga bisa beli di Semarang,"

"Iya sih, aku bawa alat make up aja deh,"

"Iya itu lebih baik," ucap Aru,

"Papi kamu sudah tau kalau kamu resign?" Tanya Aru.

"Uah aku kasih tau tadi malam,"

"Dan bagaimana dengan ibu kamu? Apa beliau sudah tahu kalau kamu akan pulang ke Bali?" Tanya Aru penasaran.

Ajeng menarik nafas, melirik Aru. Sepertinya laki-laki itu mulai ingin tahu tentang keluarganya.

"Udah tahu kok, kamu tenang saja. Mami dan papi selalu menelfonku setiap malam, menanyakan apakah aku baik-baik saja,"

Ajeng tidak terlalu suka membahas ke dua orang tuanya. Terlebih Aru laki-laki yang baru ia kenal. Aru itu bukan lah Tatang yang sudah ia kenal sejak lama dan bebas bercerita apa saja. Maslahanya ia belum kenal siapa Aru sebenarnya, yang ia Aru adalah pemilik tempat fitnes, mempunyai adik bernama Rama, dan dia memiliki kekasih bernama Tania yang berprofesi sebagai pramugari. Tidak sepantasnya laki-laki itu ikut campur masalah pribadinya.

Ajeng lalu membuka kulkas, mengambil anggur yang ia beli beberapa hari yang lalu. Aru mendekatinya dan mengambil anggur, laki-laki itu memasukan anggur ke dalam mulutnya. Ajeng menelan ludah karena posisi Aru begitu dekat. Ia bisa memandang kilatan mata tajam Aru yang memperhatikannya.

Aru menatap Ajeng dengan intens, ia memegang mangkuk dari tangan Ajeng. Ini merupakan pertama kalinya jemarinya menyentuh Ajeng secara sadar. Masalahnya kemarin ia menyentuh Ajeng ketika wanita itu dalam keadaan menangis dan tidak stabil. Ia merasakan kulit halus Ajeng. Saling terdiam satu sama lain, saling berpandangan. Pandangan itu sulit di artikan sehingga membuat jantung keduanya bergemuruh.

"Sepertinya kamu tidak terlalu suka aku membahas tentang ibu mu," ucap Aru.

"Aku tidak memaksa kamu untuk menceritakannya," gumam Aru.

Aru memberanikan diri menyentuh wajah cantik itu secara perlahan, karena rasa ketertarikan itu cukup besar jika sudah bersama. Aru menggigit bibir bawa, ingin hasrat itu terealisasikan. Tapi ia buru-buru menyadarkan pikiran, ia menelan ludah menahan debaran jatungnya.

MY LOVE MY CEO (SELESAI)Where stories live. Discover now