THE BEST BROTHER

857 65 4
                                    

Pagi hari di keluarga jumlongkul tidak ada bedanya dengan keluarga yang lain. Sang ibu membangunkan seluruh anggota keluarga lalu menuju dapur untuk membuat sarapan. Anggota keluarga lainnya akan pergi bersiap - siap untuk memulai aktivitas hari ini. Di kamar lantai bawah, ayah sedang sibuk memakai dasi, melihat lantai atas ada Cheesa yang sedang mengikat rambut dan Mark yang membongkar laci mencari kaos kaki. Di kamar sudut dekat tangga menuju lantai tiga, Mawin belum terlihat mungkin dia masih bermimpi atau dia sedang melamun sambil memandangi wajah bantalnya di depan cermin wastafel.

Satu persatu mereka sudah memenuhi meja makan. Menu sederhana tapi sangat di cintai oleh keluarga. Roti bakar dengan berbagai pilihan selai serta susu dan kopi. Terkadang Cheesa akan membuat serealnya sendiri jika dia tidak ingin makan roti. Semua duduk di posisi masing - masing.

Ya, sudah seperti kebiasaan. Mereka akan duduk di kursi milik mereka sendiri tanpa pernah berubah.

Sarapan sudah dimulai tapi ada satu yang kurang. Mawin, si sulung keluarga Jumlongkul belum juga bergabung sejak tadi.

"Sebentar biar ibu cek dulu." Sebelum benar - benar bangkit, Mawin sudah terlihat menuruni tangga dengan setelan kerjanya.

"Kau okay Phi?" Tanya Cheesa saat melihat wajah kakaknya pucat pagi ini.

"Aku okay." Dia tersenyum berusaha meyakinkan adiknya dan keluarga kalau dia baik - baik saja.

"Kau pucat nak. Apa kau sakit?" Ibu terlihat sangat khawatir.

"Sungguh aku baik - baik saja. Mungkin hanya kurang tidur bu."

Cheesa sedikit menyipit mencoba percaya pada perkataan sang kakak sulung.

"Berhenti menatapku begitu." Lalu setelahnya sebuah sendok mendarat di kening Cheesa membuat gadis itu mencebikan bibirnya.

"Phi, aku ikut di mobilmu." Mark menyahut setelah potongan terakhir rotinya berhasil ditelan.

"Okay. Sebentar ya." Setelahnya hanya ada suara kunyahan dan tegukan susu serta kopi.

.
.
.

Mawin berbelok ke kanan, sebentar lagi mereka akan sampai di kampus ading bungsunya. Dan sejak tadi Mark tak berhenti mengeluh tentang betapa dia malas bertemu dengan Perth hari ini.

"Ada apa sih sebenarnya? Kalian bertengkar?"

Dan pertanyaan Mawin berhasil membuat Mark berhenti mengoceh.

"Masalah apa lagi sekarang? Belakangan kalian sering cekcok. Aku yang pusing." Mawin mengeleng tak habis pikir dengan kisah cinta si bungsu.

"Dia tidak suka aku akrab dengan temanku kata nya mereka menyebalkan. Padahal dia saja yang terlalu cemburu. Saat aku begitu pada temannya dia akan mengatan begini Phi."

Mark mulai memutarkan tubuhnya kesamping menghadap Mawin yang sedang menyetir.

"Dia temanku. Best itu temanku apa yang membuatmu cemburu." Ucap Mark sambil menirukan gaya berbicara Perth kala itu.

"Padahal Blue dan Ohm juga temanku. Iya kan phi?"

"Kalian harus lebih saling percaya dan mengerti satu sama lain. tanpa kepercayaan hubungan akan sia - sia tak ada artinya. Lihat ayah dan ibu mereka sudah sampai sejauh ini itu karena saling mengerti dan percaya. Maka dari itu ajak dia berbicara dan buat mengerti. Jika terus menghindar tak akan ada ujungnya."

Tepat setelah Mawin menyelesaikan kata - kata mutiaranya, mobil hitam itu sampai di depan fakultas Mark dan disana sudah terlihat Perth yang menunggu di ujung parkiran.

"Sana. Dia sudah menunggu."

"Phi aku tersentuh dengan perkataanmu barusan tapi menjadi bingung ketika mengingat kisah cintamu kandas. Jadi kau tidak menerapkan semua ucapanmu tadi dalam percintaanmu ya?"

PERTHMARK (OS & FICLET COLLECTION)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt