its okay not to be okay

486 55 7
                                    

"Setelah ini kau keluar melalui pintu samping. Mengerti?" Kalimat perintah yang keluar dari bibir sang menager hanya dibalas anggukan kepala oleh Perth. Lelaki itu kini sedang mengemasi barang - barang miliknya.

Hening tercipta di ruangan rapat yang tidak begitu besar. Dia sedang berada di gedung agensi. Meluruskan beberapa hal perihal skandal yang sedang menimpanya. Wajahnya tidak terlihat baik. Tergambar rasa lelah, sedih, dan amarah. Tangannya meraih satu topi hitam dan masker. Memakai kedua benda tersebut sebelum keluar melalui pintu samping seperti yang telah di pesankan kepadanya. Lorong pintu samping sangat sepi. Memang jarang sekali dilalui mengingat ini sebenarnya jalan kecil tempat beberapa mesin ac diletakkan. Suara riuh dari arah depan sampai ke telinganya. Para wartawan itu tidak lelah sepertinya. Mereka telah disana sejak kemarin malam saat berita skandalnya naik ke public. Berhenti sejenak untuk mengambil airpods miliknya kemudian digunakan untuk menyumpal telinga. Lebih baik sekarang.

Matanya melirik sebentar pada bangku kemudi dimana ada satu manager lain yang telah menunggu disana. Tanpa menyapa, Perth masuk kedalam mobil.

"Kita akan jalan sebentar lagi setelah P'Dean selesai dengan mereka." Helaan napas dia keluarkan saat melihat kedua telinga adiknya itu.

Masih hening sampai pintu depan samping kemudi dibuka terburu buru. P'Dean dengan gerakan tangan mengisyaratkan untuk segera pergi meninggalkan gedung agensi. Kepalanya menoleh kebelakang untuk bertemu tatap dengan Perth yang sekarang membuka sumpalan telinganya.

"Untuk beberapa hari kedepan jangan tinggalkan apartmentmu. Aku akan kirim makanan kesana setiap hari. Suasana masih sangat kacau mereka belum puas sebelum kau berbicara langsung pada mereka." Helaan napas cukup kuat terdengar membuat Perth merasa bersalah telah merepotkan orang - orangnya.

Mobil terus melaju membawa mereka bertiga menuju kediaman Perth. Menurunkan Perth dari pintu basement menghindari satu dua wartawan yang terlihat mulai mendatangi gedung megah itu. Satu tepukan pada pundak Perth terima dari P'Dean sebelum lelaki berumur tiga puluhan itu pergi meninggalkan Perth didepan pintu apartmentnya.

Cklek

Sepi

Dingin

Begitu yang Perth rasakan sekarang. Tempat ini tidak membuat dirinya merasa terlindungi. Dia masih takut.

Langkah kakinya dengan berat dia bawa sampai pada kamar tidur. Tanpa menyalakan lampu, tubuhnya dia sandarkan pada badan tempat tidur. Menyembunyikan wajahnya pada kedua lutut, tubuh bergetar dengan isak tangis yang mulai terdengar. Dia lelah, dia takut tapi semua itu tidak bisa dia katakan.

Semua ini bukan salah siapapun. Ini buah dari kesalahannya dimasa lalu. Dia yang dulu kembali dibicarakan. Remaja SMA yang sudah merasakan pahitnya alkohol dan batang nikotin disaat usianya bahkan belum legal. Berpesta, balapan liar pun tak luput dari sorotan. Bagaimana bisa berita ini naik? Perth juga tidak tahu. Semua sudah hancur. Karirnya yang sedang naik dua tahun ini harus berakhir sekarang. Dia adalah contoh buruk bagi masyarakat. Tidak ada yang mau melihatnya kembali di televisi dan tempat lain. Semua kerjasama telah dibatalkan membuat agensi banyak menanggung rugi. Tidak ada yang bisa dilakukan sekarang.

Drrttt

Drrttt

"Perth? Kau dirumah?" Suara lembut itu menyapa telinganya.

"Perth?" Tak sanggup

Perth tak sanggup membalasnya. Bagaimana orang ini masih berkata lembut padanya setelah berita itu muncul dimana mana. Dia malu.

"Aku kesana ya." Setelahnya sambungan telepon itu mati.

.
.
.

"Hai." Sapa Mark begitu bertemu tatap dengan Perth yang baru saja keluar kamar. Senyum tipis dia dapat dari Perth yang kini jalan mendekat padanya. Mereka duduk di sofa panjang ruang tv.

PERTHMARK (OS & FICLET COLLECTION)Where stories live. Discover now