♡16

1.6K 136 5
                                    

Seokjin berjalan ke arah dapur untuk membuat sarapan sambil memegang kedua pinggangnya. Tubuhnya terasa nyeri dan remuk seakan ditimpuk setumpukan karung berisi besi. Ia mulai membuat sarapan untuk dirinya dan juga Namjoon yang sebentar lagi terbangun dari tidurnya. Sesudah malam panas kemarin, Seokjin mulai memahami kenapa Namjoon selalu menghindari pertanyaan seputar 'adik' yang selaly Seokjin tanyakan. Ternyata, penjelasannya sangat panjang bahkan semua setan yang ada dalam diri mereka ikut berdiskusi untuk membahas satu pertanyaan sensitif ini.

"Ah, apa aku akan hamil dekat-dekat ini? Kalau iya, bagaimana nasib kuliahku? Apa yang harus aku katakan pada orang tuaku?" gumam Seokjin sambil membolak-balikkan pancake yang sedang dia buat.

"Menikahlah denganku"

Seokjin berbalik kearah suara yang mengajaknua untuk menikah yang tidak lain adalah suara Namjoon yang sudah duduk di kursi meja makan sambil membaca koran. "Selamat pagi namu" Seokjin tersenyum lalu pergi kearah Namjoon untuk mencuri sedikit morning kiss dari kekasihnya lalu pergi membuat pancakenya lagi.

"Kau cemas soal kehamilan?" tanya Namjoon lalu mulai berjalan kearah Seokjin. Seokjin menghela nafasnya, sambil merias makanannya Seokjin mengangguk membalas pertanyaan Namjoon. "Itu kan akan jadi kita, lalu apa yang kau cemaskan?" tanya Namjoon.

"Bukan itu maksudku" Seokjin bersandar ke belakang tepat di tubuh Namjoon sambil menghela nafas panjangnya, "Apa yang akan dikatakan orang-orang jika aku hamil sebelum menikah? Atau bagaimana reaksi kedua orang tuaku saat tau aku akan hamil, bagaimana jika nanti---"

Namjoon membalikkan badan Seokjin lalu mencium bibir Seokjin yang terus mengoceh tentang kekhawatirannya, "apa yang akan dikatakan orang-orang? Itu anakku, aku yang akan bertanggung jawab. Lagipula mereka juga akan diam dan mendukung kita kalau memang itu terjadi. Jinseok, hidup dan matiku hanya ingin bersamamu. Jangan khawatirkan hal yang aneh-aneh, orang tuamu juga pasti akan senang jika kau bersamaku. Kau tau, kalau aku meninggalkanmu sedikit saja, si hoseok itu akan menggunakan kesempatannya untuk merebut dirimu. Kau mau kita berpisah karena orang itu?" Namjoon menangkup pipi Seokjin yang tebal itu kemudian mencibirnya dengan bibirnya yang di manyunkan didepan Seokjin.

Seokjin menggeleng secepatnya setelah Namjoon mengatakan hal itu lalu ia memeluk Namjoon, "maaf, jinseok takut" katanya.

"Lagi pula salah sendiri sih, kok kepo sama hal yang begituan" cibir Namjoon sambil memeras badan Seokjin dipelukannya lalu tertawa mengejek. Seokjin mengembungkan pipinya lalu melepaskan pelukannya dan menatap Namjoon sebal kemudian melipat kedua tangannya diatas dadanya, "Kan aku penasaran! Orang-orang tau istilah-istilah itu, yoongi juga, kenapa jinseok aja yang gak diberitahu. Semua orang menyebalkan, namu juga!" katanya merajuk.

Namjoon tertawa lebar sampai perutnya tergelitik dsn mengeluarkan air matanya, "Ih ngambek. Makin lucu tau gak kalau kaya gitu" Namjoon menyubit pipi Seokjin sesudahnya mengacak-acak rambut kekasihnya itu, gemas. "Udahlah, hari ini namu gak usah sarapan. Semuanya buat Jinseok, jinseok kesel sama Namu!" Seokjin lalu mengambil dua piring pancakenya lalu berjalan ke arah sofa ruang TV dan meninggalkan Namjoon yang masih terdiam karena mendapat hukuman tak dapat sarapan pagi.

"Ahhhh jinseok!!!" rajuk Namjoon lalu mengikuti Seokjin berjalan sampai duduk di sofa. Seokjin terus menghiraukan Namjoon dan menonton TV sambil memakan pancake buatannya. Seokjin berlaga tak memperhatikan Namjoon dan terus menatap layar TV, Namjoon yang memeluknya dari samping sambil sedikit mecoba mencuro secuil pancake untuk sarapanpun tak Seokjin gubris. "Jinseok beneran gak mau kasih pancakenya buat namu?" tanya Namjoon. Seokjin tak menjawab dan hanya mendelik kepadanya.

"Yasudah aku beli tteokboki di bibi depan apartemen saja" Namjoon berdiri dari sofa dan menghela nafasnya pelan. Mendengar kata tteokboki Seokjin langsung terpancing dan mencuri pandangan kepada Namjoon walau masih ada rasa malu malu kucing. Lama kelamaan Namjoon makin menjauh dari Seokjin dan Seokjin makin memperhatikan Namjoon yang sudah berada di pintu apartemennya. Perasaannya makin terguncang kala Namjoon akan memakan tteokboki tanpa dirinya. Seokjin menatap Namjoon dengan pipi yang ia kembungkan dan matanya yang sayup tak rela namjoon pergi sendirian tanpanya. Namjoon menatap Seokjin sambil menahan tawanya, padahal ia hanya bercanda dan berencana untuk menggoda kekasihnya itu saja.

BABY JINSEOK and HIS MOONCHILDWhere stories live. Discover now