♡37

888 93 6
                                    

Namjoon berdiri di balkon rumahnya sambil menyelimuti dirinya dengan selimut tebal dan memandangi pemandangan di pagi hari sambil menunggu waktunya ia bekerja, hari ini. Tak enak membangunkan Seokjin yang masih tertidur pulas dikasur dengan perut yang sudah semakin membesar, Namjoon menatap Seokjin dari balkon sambil meminum coklat panasnya, tersenyum tatkala menatap wajah lucu Seokjin dengan bibirnya yang tebal sedang beristirahat dialam mimpinya, Namjoon menghela nafas kecil kemudian menatap kembali pemandangan indah dipagi hari yang sayang untuk dilewatkan.

"Hari-hariku sebagai calon daddy dan juga pemimpin perusahaan akan segera dimulai sekarang, Semoga aku bisa melewati semua rintangan yang ada di masa yang akan datang" gumam Namjoon sambil memejamkan matanya dan tersenyum kecil. Seokjin membuka matanya dan sedikit mengerjap kemudian menatap kesebelah kasurnya, kosong. Ia langsung duduk di atas kasur sambil mengumpulkan nyawanya yang masih setengah sadar kemudian mengusap perutnya sebagai rutinitas dipagi hari sekarang untuk menyapa calon anak-anaknya yang masih tertidur pulas didalam perutnya.

"Namu..." panggil Seokjin dengan suara serak bangun tidur. Namjoon menoleh kearah Seokjin lalu membuka pintu balkon dan menyuruh Seokjin menghampirinya, "Kesini sayang" titah Namjoon tersenyum saat melihat Seokjin jalan sedikit tercompang-camping dengan mata yang masih enggan untuk terbuka dan rambut yang kusut menghampirinya. Namjoon langsung membawa Seokjin ke pelukannya dan membungkus tubuh Seokjin dengan selimut tebal yang masih ia pakai, Seokjin terpejam lagi di pelukan Namjoon.

"Morning, Jinseokku" sapa Namjoon berbisik kepada Seokjin dan mencium pucuk rambutnya. Seokjin hanya bergumam tak jelas sambil mencari posisi nyaman untuk bersandar di dada Namjoon dan Namjoon terkekeh geli. "hari ini aku kerja lho, siap ditinggal olehku sampai sore?" tanya Namjoon sambil mengelus rambut Seokjin manja. Seokjin menghela nafas lalu menatap Namjoon dan mengecup bibir bawahnya, "Ingin ikut" katanya memelas manja.

"Dan berakhir kebosanan menungguku sampai beres kerja?" tanya Namjoon lagi. Seokjin memajukan bibir bawahnya, "Aku menyerah" katanya lalu terkekeh kecil dan bersandar kembali di dada Namjoon.

"Kalau saat jam makan siang boleh, kita bisa makan siang bersama diluar, mau? nanti ku jemput" tawar Namjoon dan Seokjin mengangguk senang, "aku saja yang kesana. Aku ingin pamer kalau aku suami dari direktur utama, hihi" balas Seokjin tertawa renyah dan Namjoon hanya menggeleng-geleng kecil sambil mencubit pipi Seokjin dengan gemas, "baiklah, terserahmu saja sayangku" jawab Namjoon.

Seokjin menghela nafas panjang dan tiba-tiba memeluk Namjoon dengan erat, "Jadi aku harus terbiasa sendirian dirumah? menunggu namu pulang dari kantor tanpa teman?" kata Seokjin sambil memanyunkan bibirnya seperti tak ikhlas membiarkan Namjoon bekerja. Namjoon memeluk kepala Seokjin sambil mengusap-usap rambut Seokjin dan mendengar keluh kesah Seokjin, "Kalau aku suruh kak Jimin dan Yoongi berhenti kuliah dan menemaniku dirumah saja bagaimana? atau kusuruh ibu dan ayahku tinggal disini sampai Namu pulang atau bagaimana kalau aku ikut bekerja dengan namu saja diperusahaan sana sebagai sekertaris atau bendahara atau apapun itu, atau bagaimana kalau---"

Namjoon menangkup pinggang Seokjin lalu satu tangannya lagi menangkup pipi Seokjin, bibirnya langsung mendarat di bibir Seokjin yang masih terus mengoceh tentang kekhawatirannya selama ditingal Namjoon saat bekerja. Seokjin mengadah, matanya melebar karena Namjoon tiba-tiba mencium bibirnya tanpa aba-aba dan Seokjin hanya bisa diam membeku.

"Tidak usah panik cinta, kalau kamu kangen aku, kamu bisa datang ke kantor kapanpun kamu mau. Kita masih bisa bertemu walaupun aku sudah bekerja. Lagipula aku bekerja untuk dirimu, dan mereka...Si kembar yang ada disini" kata Namjoon lalu berjongkok dan mengelus perut Seokjin sambil tersenyum,

"Hey nak, daddy hari ini mau kerja. tapi Papanya ngga mau lepasin daddy nih, kalian jagain papa sebentar ya? Nanti daddy kasih hadiah kalau papa senang dijagain kalian" kata Namjoon sambil tersenyum ramah didepan perut Seokjin seakan anak-anaknya mengerti apa yang dikatakannya. Seokjin terkekeh lalu mengangkat kedua alisnya kaget, "Namu, mereka menendang perutku lagi" adu Seokjin. Namjoon tersenyum, "artinya, mereka mendengarkanku" jawab Namjoon lalu berdiri kembali dan mengusap pipi Seokjin dan mencium keningnya. Seokjin tersenyum lalu menatap perutnya dan mengelusnya, "Ayo doakan daddy supaya lancar bekerja hari ini" kata Seokjin mengajak ngobrol anak-anaknya juga. Namjoon tersenyum lalu menggenggam tangan Seokjin, dibimbingnya tangan Seokjin ke arah pipinya, Namjoon bersandar di tangan Seokjin sampai terpejam.

"Kamu tau, aku sangat mencintaimu Jinseok. Terus hidup disampingku dan percaya padaku ya? Aku pasti akan lebih membahagiakan dirimu lebih dari sekarang, membahagiakan anak-anakku dan keluarga kecilku. Aku menyayangi kalian" gumam Namjoon terbawa suasana nyaman dipagi hari. Seokjin tersenyum luluh dan mengangguk, "Terimakasih, Kim Namjoon. Namu ku, Daddynya anak-anak. sehat selalu ya?" jawab Seokjin lalu memeluk Namjoon dan ikut memejamkan matanya, nyaman.

tak terasa hari semakin berlalu, Namjoon sudah siap memakai baju kerjanya dan Seokjin masih duduk di atas kasur sambil mengusap perutnya menemani Namjoon memakai pakaian bekerjanya. "Biar kurapikan rambutmu sini, duduklah" kata Seokjin lalu menyuruh Namjoon duduk di kursi meja rias dan Seokjin berdiri dibelakang Namjoon dan mulai menyisir rambut Namjoon dan menatanya dengan rapih. Namjoon menatap Seokjin dari cermin rias lalu tersenyum, "haruskah aku memakai kacamata?" tanya Namjoon sambil mencoba memakai kacamata lensa putih walaupun bukan kacamata baca. Seokjin cemberut lalu mengambil kacamata yang sedang Namjoon pakai,

"TIDAK BOLEH NAMU! TIDAK BOLEH TERLIHAT TAMPAN DIDEPAN BAWAHANMU!" jawab Seokjin sambil memajukan kedua bibirnya, merajuk. Namjoon terkekeh kecil lalu mengangguk, "Lucunyaaa..." ujar Namjoon lalu kepala mendongah keatas kearah wajah Seokjin sambil tertawa.

"Pokoknya namu tidak boleh tebar pesona didepan orang-orang ya? Namu Cuma punya aku!" kata Seokjin dengan tegas seperti peringatan penting. Namjoon mengangguk lalu mencubit gemas pipi Seokjin, "Baik papa!" jawab Namjoon dengan gerakan hormatnya dan Seokjinpun tersenyum lalu lanjut menyisiri rambut Namjoon sampai terbentuk rapi sesuai dengan ekspetasi Seokjin.

Seokjin juga membantu Namjoon untuk memakai dasi, setelah selesai, ia menatap Namjoon lalu tersenyum bahagia sebelum memeluknya, "Semoga sukses bekerja, suamiku" kata Seokjin lalu mencium kening dan pipi Namjoon. Namjoon mengusap pipi Seokjin dengan jempolnya, "jadi papa yang baik selama aku bekerja ya? kau bisa menghubungiku atau datang langsung ke kantor kalau merasa kesepian. kantorku, kantormu juga sayang" balas Namjoon lalu mencium pipi dan hidung Seokjin.

"Ayo sarapan dulu, namu. jangan sampai hari pertama bekerja kamu lupa sarapan dan tidak fokus bekerja. Direktur utama harus jadi contoh baik untuk semua bawahannya!" ajak Seokjin sambil menggandeng tangan Namjoon keluar dari kamarnya. Namjoon hanya terbahak kecil sambil mengikuti langkah sang pujaan hati, hari pertama bekerja tentu saja harus mengeluarkan banyak tenaga dan fikiran, ditambah lagi Namjoon belum punya background pekerjaan apapun, hanya membantu tugas ayahnya selama masa sekolah dan sekarang tiba-tiba ia dijadikan direktur utama anak perusahaan ayahnya bukanlah hal yang mudah bagi seorang Namjoon.

Namjoon sangat beruntung memiliki Seokjin yang selalu mendampingi dan mendukungnya setiap saat.

Ya.. sangat beruntung..

Namjoon mencintai Seokjin yang selalu mendukungnya setiap waktu, maka jalan terbaik untuk membalas semua perilaku baik Seokjin terhadapnya hanya melindungi Seokjin sepenuh hati dan jiwanya bagaimanapun caranya...


Termasuk sekarang, Hari pertama Namjoon bekerja adalah awal dari semua pergerakannya untuk menyingkirkan Jung Hoseok, orang yang sudah mengganggu semua ketenangan dari Seokjin, kekasih hatinya.

Tidak, Namjoon tidak akan membiarkan satu senti jari Hoseok menyentuh kulit Seokjin. Tidak, sebelum ia bisa melangkahi mayat Namjoon.

Janji Namjoon, hanya untuk membahagiakan Seokjin, dan menyingkirkan Jung Hoseok, secepat mungkin. Tinggal waktu dan keajaiban yang menunjukkan betapa hebatnya rasa sayang Namjoon pada Seokjin untuk melindunginya dari bahaya yang sedang mengintai mereka.

BABY JINSEOK and HIS MOONCHILDWo Geschichten leben. Entdecke jetzt