♡20

1.1K 129 19
                                    

Hari ini Namjoon maupun Seokjin hanya menghabiskan waktu luang mereka di apartement tanpa melakukan apapun. Namjoon berbaring di sofa ruang tengah sedangkan Seokjin sibuk didapur untuk membuat makanan ringan, seperti waffle pisang dan es serut mangga. Sambil bergumam bernyanyi riang di dapur, Seokjin pun selesai membuat makanan ringam itu dan pergi menghampiri Namjoon yang sedang berbaring di sofa rumah sambil memainkan ponselnya, membuka media sosial ataupun sekedar mengecek nilai saham perusahaan ayahnya.

"Namu, aku buat waffle pisang loh!" pamer Seokjin dengan seringainya sampai matanya menyipit gemas. Namjoon tersenyum kemudian merubah posisinya menjadi duduk disofa dan mengelus surai Seokjin setelah Seokjin duduk disamping Namjoon dan memberikan sepiring waffle pisang kepadanya, "uwah pasti enak!" puji Namjoon sambil menggesekan hidungnya ke pipi Seokjin. Seokjin terkekeh manja smbil bersandar di bahu Namjoon dan mulai memakan waffle pisangnya. Perasaannya begitu membaik tatkala ia mengetahui bahwa waffle yang ia buat sukses dan sangat enak.

"Namu, aku penasaran apa yang sedang dilakukan kak Jimin dan Yoongi sekarang. Boleh aku menelepon mereka?" tanya Seokjin. Namjoon menepuk pipi Seokjin perlahan lalu menggeleng, "jangan sayang, biarkan mereka menikmati waktu mereka sebagai pasangan baru. Jangan mengusik mereka sampai kita bertemu lagi dengan mereka" jawab Namjoon sesudahnya mencium pucuk kepala Seokjin. Seokjin mengembungkan pipinya lalu menghela nafas pasrah, "baiklah" jawabnya.

Tak lama setelah mereka mengemil makanan buatan Seokjin, bel pintu apartemen mereka berbunyi dan Seokjin pun dengan sigap berdiri untuk pergi ke pintu apartemen mereka. Ia mengintip di monitor kecil apartemennya untuk melihat siapa yang bertamu kerumahnya dan sesudahnya ia berdiri mematung.

"Namu! Jung hoseok! Ada Jung Hoseok didepan!" teriak Seokjin dengan gugup. Namjoon segera menghampiri Seokjin lalu ia memegang erat tangan Seokjin dan menenangkannya, "its ok jinseok, ada aku disini" kata Namjoon lalu mulai memencet tombol untuk memulai percakapan di monitor kecil dengan tamu yang ada didepan itu.

"Ada apa kau kemari?" tanya Namjoon ketus.

"Oh, Kim Namjoon rupanya? Masih tak mau menyerah juga untuk tinggal bersama Seokjin-ku" jawab Hoseok menyeringai menghadap kamera. Namjoon tertohok lalu membalas seringainya, "Aku tidak pernah menyerahkan Seokjin-ku padamu brengsek, apa yang kau mau?" tanya Namjoon mulai naik pitam.

"Oh santai, Namjoon-goon. Aku kesini hanya untuk sekedar menyapa kekasihku, Kim Seokjin. Hai sayang, kau ada didalam kan? Pasti sesak tinggal bersama lelaki pengecut seperti Namjoon. Apa kau ingin berubah fikiran dan mulai hidup bersamaku? Ku jamin hidupmu akan lebih bahagia jika kau bersamaku daripada si sampah Namjoon yang hanya berlindung di kekuasaan ayahnya" sarkas Hoseok sambil tertawa keji. Namjoon menatap Seokjin memberi kode agar tak usah membalas perkataan Hoseok dan diam tak bersuara , lalu Namjoon pun memeluk Seokjin dengan erat.

"Katakan, apa maumu brengsek"

Hoseok terdiam lalu menyilangkan kedua tangannya dan menatap kamera pintu apartemen Seokjin dengan seringai nya yang licik, "Seokjin sayangku, aku punya hadiah spesial untukmu sayang" kata hoseok lalu mulai mengeluarkan handphonenya. Ia mendekatkan layar handphonenya ke arah kamera lalu memutarkan satu video yang membuat Seokjin maupun Namjoon mematung dibuatnya.

"Seokjin sayang, kau tak lebih dari seorang pelacur kecil yang diperkosa di gedung lama Sekolah saat masih SMA, kau tau jika video ini ada padaku maka konsekuensinya akan sangat besar. Aku tak akan segan-segan menyebarluaskan video pemerkosaanmu ke seluruh media lho jika kau bersikeras menolakku terus dan lebih memilih untuk tinggal bersama si sampah itu, Ah atau kau mau aku menghubungi ketiga orang itu agar menemuimu kembali?" Hoseok tertawa jahat dan kembali menatap kamera didepan pintu apartemen.

"Namu, aku takut" gumam Seokjin mempererat pelukannya. Namjoon mengelus pipi Seokjin kemudian ia melepaskan pelukan Seokjin dan mulai naik pitam, Namjoon berjalan ke arah pintu apartemen dan bertatap muka dengan Hoseok sesudahnya ia memukul Hoseok dengan kepalan tangannya yang kuat hingga Hoseok tersungkur jatuh ke lantai bahkan bibirnya mengeluarkan darah.

"Jangan macam-macam dengan Seokjinku, sialan!" geram Namjoon lalu berjongkok didepan Hoseok dan mencengkram kerah baju Hoseok. Hoseok menatap Namjoon lalu tertawa meremehkan, "Kim Namjoon, kau terlalu lemah untuk aku yang banyak memiliki kekuasaan" katanya sambil mengusap darah di pipinya. Namjoon tak membalas perkataan Hoseok dan kembali menghantamnya dengan satu pukulan keras di rahangnya.

"Jangan macam-macam dengan Seokjinku, sialan! Aku sudah memperingatimu" kata Namjoon lalu ia membanting tubuh Hoseok ke lantai dan berdiri didepan tubuh Hoseok yang berbaring di lantai sambil menatap Namjoon remeh, "Aku sudah memperingatimu tuan kim, kau yang akan menerima akibatnya" Hoseok bangun dan menatap Seokjin sesudahnya, "aku akan menjemputmu"

Seokjin berlari ke arah Namjoon lalu memeluk Namjoon yang masih membuang nafasnya gusar, dadanya turun naik dengan cepat dan menatap kesal punggung hoseok yang perlahan menghilang dari hadapan mereka. "Namu, aku takut!" lirih Seokjin, badannya bergetar dan ia menangis memeluk Namjoon. Namjoon mendekap tubuh Seokjin lalu ia mengusap punggung Seokjin dan menepuk kepalanya, "iya sayang, jangan menangis. Aku disini" Namjoon dan Seokjin buru-buru masuk ke apartemennya dan mereka duduk kembali di sofa.

Namjoon menggenggam tangan Seokjin yang enggan berpisah darinya, Seokjin memeluk lengan Namjoon dan berusaha menyembunyikan wajahnya di otot lengan Namjoon.

"Jinseok, kita harus pindah dari apartemen ini. Tidak aman untuk kita mendapat tamu seperti itu kembali." ujar Namjoon menatap Seokjin. Seokjin menatap Namjoon bingung, "Kemana? Ku yakin dia juga pasti akan melacak kemana kita akan pergi. Bahkan ke kampus sekalipun!" lirih Seokjin frustasi.

Namjoon menghela nafas panjangnya lalu ia mengambil ponselnya yang ada dimeja sofa dan mulai mengetuk dan menggeser layarnya. Ia menelepon seseorang yang sangat berguna disaat yang seperti ini, ayahnya.

"Kim Namjoon, ada apa sampai kau repot-repot menelepon ayah di jam kerja seperti ini? Ada situasi genting?"

Ayah Namjoon langsung mengangkat teleponnya 5detik saat Namjoon baru saja mendekatkan ponsel itu ke dekat telinganya. "Ya ayah, aku butuh bantuan dan sedikit kekuasaanmu" jawab Namjoon dengan muka yang datar. Seokjin hanya terdiam dan menatap Namjoon yang sedang berbicara dengan ayahnya,sambil membayangkan seperti apa sosok ayah Namjoon. Tak lama, Namjoon menutup teleponnya dengan wajah yang sangat puas lalu menatap Seokjin dan mengusap pipinya.

"Kita pindah jinseok" kata Namjoon tersenyum. Seokjin menatap bingung Namjoon dan terdiam sebentar lalu mengemut bibir bawahnya, "kemana?" tanya Seokjin.

"Mansion yang baru saja aku beli, yang letaknya sangat tersembunyi dan jarak pagar rumah dengan rumahnya berjarak 1 km, dipenuhi dengan 300 cctv yang tersebar diseluruh sudut jalan mulai dari gerbang sampai didalam rumah juga ada taman besar didekat rumah, kolam ikan yang besar dengan jembatan jalan kaki diatasnya yang menghubungkannya langsung ke arah rumah. Bagaimana?" kata Namjoon. Seokjin sedikit terkejut dengan semua fasilitas lengkap dan tersembunyi itu lalu ia memeluk lengan Namjoon kembali, "Bagaimana dengan kuliahku?"

Namjoon mengecup pangkal kepala Seokjin lalu memeluknya, "Jinseok, kau dan aku akan putus kuliah mulai besok" gumam Namjoon. Seokjin tak mengerti harus bereaksi apa, dirinya hanya bisa memeluk Namjoon dan berharap akan ketenangan saat ini, tak lagi bertemu hoseok ataupun melihat video yang tadi Hoseok perlihatkan padanya.

Namjoon lalu menatap Seokjin, "Apa kau keberatan dengan semua yang aku jalankan, jinseok? Katakan jika itu mengganggumu" kata Namjoon. Seokjin menggeleng, "jinseok hanya ingin tinggal bersama Namu selamanya. Aku akan pergi kemanapun namu pergi!" jawab Seokjin sambil sedikit menundukan wajahnya.

Namjoon tersenyum dan menangkup kedua pipi Seokjin, ia mengecup bibir Seokjin lalu mengusap pipi Seokjin setelahnya, "Nikah yuk!" katanya lalu mendekap tubuh Seokjin dan tersenyum dalam pelukannya, menyisakan Seokjin yang terdiam membeku karena ajakan Namjoon yang tiba-tiba barusan.

BABY JINSEOK and HIS MOONCHILDWhere stories live. Discover now