PROLOG.

206K 6.1K 121
                                    

Jakarta, Indonesia.

Gadis berpakaian formal itu berjalan dengan langkah cepat, sepertinya ia sedang terburu-buru. Ia memasuki ruangan kerjanya, mengambil jas putih yang terletak pada bangkunya lalu memakainya.

Gadis itu adalah Yasmin Amalya. Yasmin berprofesi sebagai Dokter. Dokter umum lebih tepatnya. Umurnya cukup muda dari dokter-dokter yang ada dirumah sakit ini, ia berusia 23 tahun. Yasmin praktik di Rumah Sakit Wijaya, rumah sakit yang cukup terkenal dan ternama di Jakarta. Yasmin terkenal dengan dokter yang handal, ramah, dan cantik di rumah sakit ini. Banyak pria yang bekerja dirumah sakit, termasuk dokter-dokter pria yang mengkagumi dirinya dan mati-matian mengambil hati dari seorang Yasmin, tetapi ia belum ingin menjalin sebuah hubungan.

"Selamat pagi, Dok. Pasien yang bernama Tasya telah menunggu anda di kamar rawatnya," Jelas seorang suster, ia memberikan sebuah map. "Dan ini, laporan hasil tes yang kemarin ia lakukan."

Yasmin mengambil alih map yang berisi laporan hasil tes pasiennya itu. "Baiklah, aku akan melihat laporan ini terlebih dahulu. Nanti aku akan kesana."

Suster itu mengangguk. "Baik, Dok. Permisi." Ia meninggalkan ruangan Yasmin.

×××

Yasmin melepaskan stetoskop pada telinganya, lalu ia menggantungkan pada leher jenjangnya. Yasmin juga menyuruh suster yang ada di sebelahnya untuk melepaskan alat pengecek tensi darah pada pasien.

"Keadaanmu udah sangat membaik, hari ini kamu sudah bisa pulang."

Pasien yang bernama Tasya itu terlihat sangat senang saat mendengarkan penjelasan tentang kesehatannya dari Yasmin."Anda serius, Dok?"

Yasmin tersenyum lalu mengangguk pelan.

"Oh, astaga! Akhirnya aku bisa pulang. Kau tahu, Dok? Aku sudah sangat tidak betah berada disini. Suasananya sangat membosankan, selalu minum obat, dan yang terpenting! Makanan disini tidak ada yang enak." Keluh Tasya.

Yasmin tertawa pelan melihat keluhan dari pasiennya yang satu ini. Ia memang sedikit heran dengan pasiennya kali ini, Tasya terlihat cukup muda, mungkin umurnya tidak beda jauh dengan dirinya, tetapi Yasmin tidak pernah melihat ada seseorang yang mendampingi Tasya atau menjenguknya.

"Jika kau tidak betah dengan suasana rumah sakit ini, dan tidak menyukai makanannya. Kau harus sehat! Jangan sakit lagi. Jaga makanmu, jangan jajan sembarangan." Yasmin menasihati.

Tasya terkekeh mendengar nasihat dari Yasmin, "Siap, Dok. Siap!"

Keadaan dikamar rawat Tasya seketika hening.

"Hum, Tasya. Aku ingin berbicara denganmu." Yasmin memberi kode kepada suster untuk meninggalkan mereka berdua—dirinya dengan Tasya. "Hampir seminggu kamu dirawat di sini, tetapi aku tidak pernah melihatmu didampingi seseorang atau dijenguk. Dimana keluargamu? Apakah mereka tahu kamu dirawat?"

Yang awalnya Tasya terlihat sangat ceria, wajahnya berseri-seri karna hari ini ia akan pulang, sekarang Tasya tampak murung. Tasya menundukkan kepalanya, tak berani menatap Yasmin. "A-a-aku tidak memberitahu mereka." Tasya terbata-bata.

Yasmin mengernyit, "kenapa? Maksudku, kenapa kau tidak memberitahunya?" Yasmin menyeret kursi, lalu ia duduki kursi itu. "Kau pasti tahu, betapa perlunya dukungan dari keluargamu untuk dirimu ini."

"Mereka tidak perduli."

"Maksudmu?"

"Mereka tidak akan perduli padaku, Dok. Mereka tidak menganggap keberadaanku!" Tasya mengeluarkan butiran-butiran air dari matanya yang sedikit sipit itu. "Ayah dan ibuku seorang pekerja, mereka sama sibuknya, bahkan 3 bulan terakhir ini aku tidak berbicara dengan mereka karna kesibukanya yang sangat parah."

Mr. CEO & Ms. DoctorWhere stories live. Discover now