SEVENTEEN

39.8K 1.8K 142
                                    

"Apa lagi yang harus aku lakukan? Apa lagi yang harus aku buktikan? Agar aku bisa meyakinkan, meyakinkan dirimu yang tidak sadar akan kehadiranku."
-David Adiwijaya-

Playlist : James Arthur - Can I Be Him?☆

"Lo udah berhari-hari kayak gini terus. Pergi pagi-pagi buta entah kemana, balik larut malam, abis itu merenung dikamar." Oceh Bagas. Pria itu bersandar didepan pintu kamar David.

Frans menoleh kearah balkon, dimana kakaknya berada. Memang akhir-akhir ini pria dengan julukan 'Mr. CEO' itu bersikap aneh. David selalu pergi pagi-pagi buta, tetapi ia bukan pergi untuk bekerja. Pria itu juga pulang larut malam, sehabis itu ia langsung masuk kekamarnya lalu merenung disana.

"Lo mau sampai kapan kayak gini terus, Kak?" Frans ikut membuka suara.

Tidak ada jawaban dari David, pria itu masih berdiri dibalkom kamarnya sembari memandang suasana malam. Frans melirik Bagas, pria itu sedang melipat kedua tangannya sembari menggelengkan kepalanya, tidak tahu harus berbuat apa agar sahabatnya ini kembali ceria.

"Dia masih tidak mau berbicara?" Ujar Becca yang tiba-tiba masuk kedalam kamar David.

Frans dan Bagas menggeleng. Becca menghela nafasnya pelan, wanita berambut coklat itu berfikir sesaat.

"I'll try to talk with him," Ucap Becca. "And... you can leave me and him now."

"Meninggalkanmu hanya berdua dengan David?" Tanya Bagas. "No way! I'm jealous, Becca." Pria itu cemberut.

Becca memutar kedua bola matanya malas, "Please, kali ini saja jangan memulai pertengkaran denganku." Ujar Becca.

"Calm down, guys!" Frans datang menengahi mereka. "Bagas, tolong kali ini saja. Okey?"

"Tida--,"

"Apa? Ya! Kau benar. Kita harus keluar, biarkan Becca berbicara dengan Kak David." Frans merangkul Bagas lalu melangkah keluar.

Sekarang hanya tersisa Becca dan David. Wanita itu melangkah menuju balkon, berdiri disamping David.

Becca menoleh kearah David, tatapan pria itu tampak kosong. Tentu saja Becca merasa kasihan melihat temannya yang satu ini, mungkin saja dengan mengajaknya berbicara, David bisa merasa lebih baik.

"What's up? Kau terlihat murung," Becca memulai pembicaraan.

David diam, lalu menggeleng pelan. "Aku baik-baik saja." Jawabnya dengan nada sedikit pasrah.

"Jangan bohong padaku, David," Becca menyela pembicaraan David. "Tentang seorang wanita, right?"

David mulai tertarik dengan pembicaraan Becca, pria itu menoleh.

"Aku juga seorang wanita. Jadi... kau bisa bertanya apa saja dengaku, tentang wanita." Becca tersenyum.

"Apa... semua wanita itu rumit?"

"Maksudmu?"

"Mereka sulit ditebak, bahkan meluluhkan hatinya saja sulit. Layaknya memainkan sebuah rubik, penuh teka-teki dan rumit." Kata David.

"David, kau tahu? Jika serumit-rumitnya bermain rubik, pasti bisa diselesaikan, walaupun cukup waktu yang lama. Kau tahu kenapa mereka bisa menyelesaikan permainan itu? Karna mereka terus berusaha dan tidak pernah menyerah," Becca berhenti berbicara sejenak. "Yang lebih penting, mereka tahu caranya untuk menyelesaikan rubik tersebut."

Becca mendekat kearah David, wanita itu menepuk pundak pria itu. "Coba pahami itu." Wanita berambut blonde itu tersenyum, lalu berlalu begitu saja.

Mr. CEO & Ms. DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang