TWO.

87.3K 4.5K 82
                                    

Yasmin menghempaskan bokongnya ke kursi kerjanya, ia sedikit jengkel menghadapi pasien yang bernama David itu tadi. Bagaimana tida jengkel? Bayangkan saja, diperintahkan untuk meminum obat saja banyak sekali alasannya, layaknya anak kecil yang ingin diberi obat pada ibunya. Itulah resiko menjadi seorang dokter, harus siap menangani bermacam-macam sifat pasien yang cukup terbilang aneh. Seperti 2 bulan yang lalu, Yasmin sempat menangani seorang pasien pria yang aneh. Pria itu sebenarnya tidak sakit, bahkan ia terlihat sangat sehat. Tetapi ia memaksa untuk rawat inap, tentu saja Yasmin tidak memperbolehkannya. Terjadilah perdebatan diantara Yasmin dengan pria itu hingga harus memanggil security untuk mengusirnya.

Suara ketukkan pintu dari luar terdengar, Yasmin yang sedang beristirahat sejenak dari aktivitasnya mempersilahkan masuk.

"Selamat pagi, Dokter Yasmin!" Seru wanita yang berada dibalik pintu. Yasmin menyipitkan matanya, "Oh astaga, Stella!"

"Surprise!"

Yasmin segera menghantam tubuh Stella dengan pelukan hangat. Yasmin memang sangat merindukan Stella, mereka telah cukup lama tidak bertemu semenjak Stella ditugaskan untuk bekerja dicabang Rumah Sakit yang berada di Surabaya. Stella dan Yasmin adalah teman dekat, mereka berteman semenjak hari pertama bekerja dirumah sakit ini.

×××

David meletakan ponselnya diatas nakas. Ia baru saja memberi kabar kepada orang tuanya dan membatalkan rencana untuk mengunjungi salah satu cabang Rumah Sakitnya di Jakarta. David berkata kepada mereka bahwa ia ada suatu pekerjaan diluar kota, sehingga David tidak dapat pulang dan tidak dapat berkunjung ke Rumah Sakit. David sengaja berbohong, karna ia tidak mau membuat orang-orang khawatir kepadanya dan ia juga sedikit gengsi untuk menceritakan kejadian kecelakaannya yang berawal dari kesasar.

David menoleh kearah kanan dan kiri mencari sebuah makanan berada, tetapi ia tidak mendapatinya. Perutnya sudah tidak dapat diajak berdiskusi lagi, memberontak minta diisi. David memegang perut sixpack-nya yang tertutupi oleh baju biru pasien. Tidak lama kemudian, datanglah suster yang membawa sebuah makanan, lalu menaruhnya dinakas. "Segera dihabiskan sarapannya, sehabis itu minumlah obatnya." Suster itu berpesan lalu pergi meninggalkan ruang rawat David.

David sedikit membetulkan posisi tidurnya, sedikit duduk menyender. Ia menoleh kearah nakas.

Hanya bubur dan kuah kaldu?! Tidak adakah salad atau sandwich untuk sarapan kali ini? Sial.

David mengurungkan niatnya untuk menyatap menu sarapannya, tapi apa daya. Perutnya sudah tidak bisa diajak bernegosiasi, mau tidak mau ia harus menyatapnya dengan terpaksa.

××××

Semua pekerja dirumah sakit berkumpul untuk menyambut CEO pemilik Rumah Sakit Wijaya yang akan datang, tetapi sudah dua jam tak kunjung datang juga dan itu membuat Yasmin naik pitam.

"Sudah dua jam kita menunggu, apakah masih lama? Dari pada kita menunggu pria itu lebih baik kita menangani pasien-pasien yang ingin berobat." Protes Yasmin kepada Stella yang duduk disampingnya.

Stella menepuk-nepuk pelan bahu Yasmin, "kau harus bersabar sedikit, mungkin sebentar lagi dia akan datang." Stella mencoba menangkan.

Yasmin tersenyum sinis, "apa katamu? Sabar? Sudah dua jam kita menunggunya, Stella. Kesabaranku telah habis," Yasmin melirik arloji yang berada dipergelangan tangannya. "Dan lihat, sudah pukul dua belas. Ini waktu jam makan siang." Sewot Yasmin.

Mr. CEO & Ms. DoctorWhere stories live. Discover now