TWENTY TWO

35.6K 1.7K 48
                                    

☆Playlist : Katty Pery - The one that got away|Lewis Capaldi - Someone you loved |Taylor Swift - Afterglow

TITTTTT

Wanita yang mengenakan baju operasi itu melirik mesin pendetak jantung sesaat, lalu memeriksa nadi pesien.

"Suster, tolong catat jam kematian pasien," Ucapnya seraya melepaskan masker yang ada pada wajahnya.

Wanita itu menghampiri pasien yang telah tak bernyawa, mendadak ia menintikan air mata begitu saja, dengan cepat ia menyeka air yang keluar dari matanya itu. Wanita yang diketahui sebagai Dokter itu menyabut alat pendetak jantung pada pasien tersebut.

"Dokter Yasmin," Panggil salah satu Suster yang baru saja memasuki ruang operasi. "Pihak keluarga pasien telah tiba, mereka menunggu di luar."

Yasmin mengangguk,"Biar aku yang memberitahu mereka,"

Yasmin melangkah keluar dari ruang operasi untuk menemui pihak keluarga pasien tersebut, tentu saja Yasmin telah melepaskan baju operasinya itu sebelum keluar dari ruangan.

Segerombolan orang mengerubungi Yasmin saat ia baru saja keluar dari ruang operasi. Yasmin tak tega mengatakan hal yang sebenarnya kepada mereka. Ekspresi wajah mereka sangat berharap, itu yang membuat Yasmin tak tega.

"Bagaimana keadaannya, Dok?"

"Apakah dia baik-baik saja?"

"Dia selamatkan, Dok?"

Pertanyaan-pertabyaan itu menghujani Yasmin saat ini. Dokter cantik itu menunduk sesaat, lalu menghela nafasnya sebelum menberitahu yang sebenarnya terjadi.

"Maaf, tetapi ia tidak bisa diselamatkan,"

Suasana mendadak hening dalam beberapa saat, mereka tampaknya terkejut atas pernyataan yang Yasmin katakan. Yasmin menatap sendu mereka semua, ia tahu betapa sakitnya kehilangan seseorang, apa lagi seseorang yang sangat berarti dalam hidup. Yasmin memutuskan untuk permisi, ia tak tega melihat ekspresi wajah mereka semua saat menangis nanti.

Yasmin melangkah cepat menuju ruang praktiknya, wanita itu berjalan sembari menyeka air mata yang begitu saja menetes dipipinya itu.

"Yasmin!" Teriak seseorang dengan suara yang agak berat.

Yasmin menghentikan langkahnya, kalu menoleh.

"Kau baik-baik saja?"

Yasmin langsung menubruk tubuh orang itu, ia memeluknya sembari terisak. "A-aku gagal. Aku gagal lagi dalam menyelamatkan seseorang, aku membiarkan pergi begitu saja. Di-dia pergi, Dokter Dion..," Lirih Yasmin sembari terisak.

Dokter Dion melepaskan pelukan Yasmin, "Tidak, kau tidak gagal," Bantah Dokter Dion. "Itu semua takdir, tidak ada yang bisa menentukan. Jadi, kau tidak boleh merasa bersalah. Kau sudah berusaha sebisamu,"

×××

Yasmin duduk dikursi mejanya sembari melamun, sebenarnya sekarang sudah memasuki jam makan siang, tetapi ia memilih untuk melamun daripada makan.

Kegagalan saat menyelamatkan nyawa seseorang tadi pagi meningatkan Yasmin pada luka lama yang belum sembuh. Kejadiannya hampir mirip, membuat Yasmin terpukul lagi jika mengingatnya.

Yasmin baru merasakan rasa kehilangan yang sangat dalam, begitu sakitnya saat kehilangan seseorang yang ternyata kita cintai selama ini. Yasmin baru sadar jika ia mencintai orang itu. Sepanjang hari, tidak ada hentinya Yasmin menyalahkan dirinya sendiri atas kejadian yang menimpanya.

Mr. CEO & Ms. DoctorWhere stories live. Discover now