ELEVEN.

55.6K 3.1K 266
                                    

"Semua orang menunggu diluar untuk diperiksa, kalian malah asik-asikkan mengobrol disini... Hebat!"    David muncul dibalik pintu secara tiba-tiba, di ikuti oleh Bagas dibelakangnya. "Aku menggajimu untuk bekerja, bukan untuk berbincang." Kata David dingin.

Yasmin terkejut atas kedatangan David dan Bagas, Yasmin dan Panji bangkit dari duduknya. "David?" Yasmin bersuara.

"Apa? Terkejut? Terkejut karna atasanmu memergokimu tidak bekerja? Oh, tidak. Ralat, memergokimu berpacaran saat bekerja?" Ujar David dingin.

"Yasmin, aku tidak disapa?" Protes Bagas memecahkan ketegangan disana.

David melirik sinis Bagas yang ada disebelahnya, ia menyikut pelan Bagas. "Diam," Bisik David dengan sedikit nada penekanan dan peringantan.

Bagas mendengus, "baiklah, biar aku menyapa diriku sendiri. Hai, Bagas!" Bagas bermonolog. poor Bagas.

Suasana kembali tegang, "ini jam makan siang, jadi wajar saja jika aku berbincang dengan temanku, bukan?" Yasmin membuka suara.

David tersenyum sinis, "makan siang?" David terkekeh pelan. "Kau tidak punya jam? Coba lihat jam yang ada dipergelangan tanganmu itu,"

Yasmin melirik arlojinya yang ada di tangannya, ternyata benar, jam makan siang telah habis semenjak dua puluh menit yang lalu.

"Bagaimana, nona? Masih bersikeras bahwa kalian berpacaran di jam makan siang?" Tanya David sinis.

"Bisakah kau tidak memojokkan Yasmin terus-menerus? Aku tahu jika Yasmin bekerja dirumah sakitmu, tapi kau tidak bisa terus-menerus memojokkannya dan menyalahkannya!" Panji bersuara, ia membela Yasmin.

David bertepuk tangan seraya tertawa merendahkan, "lihat, Yasmin! Pacarmu membelamu,"

"Aku bukan pacarnya." Potong Panji.

"Benarkah?"

"Tapi aku adalah calon pacarnya," Timpal Panji.

Bola mata Yasmin melotot sempurna, ia terkejut atas pernyataan Panji. Bagas menggeleng-menggeleng kagum dengan yang diucapkan Panji, Bagas merasa ia sedang menonton film tentang percintaan yang rumit.

"Apa yang kau katakan tadi?" Yasmin melangkah maju, mendekat ke Panji.

"Ya, itu benar. Aku menyukaimu sejak awal kita bertemu, Yasmin," Panji mengambil tangan Yasmin, ia menggemnya. Sedangkan David menatap muak adegan ini, rasanya ia ingin muntah. Dan Bagas, ia terbawa perasaan akibat adegan yang terjadi didepannya ini, ternyata bukan hanya di sinetron saja pikirnya.

"Aku mencintamu! Tak bisakah kau rasakan semua itu? Apa kau tidak sadar kalau aku sudah menyukaimu sejak lama?" Panji menatap lekat Yasmin. "Katakan, katakan kau juga mencintaiku! Kau menyukaiku! Katakan... katakan bahwa kau mau menjadi pacarku," Panji menggoyang-goyangkan tangan Yasmin.

Mata Yasmin berkaca-kaca, "maaf... aku tidak bisa," lirih Yasmin.

"Kenapa? Kenapa kau tidak bisa? Apa aku punya kekurangan? Apa... apa yang kau tak sukai dari aku? Katakan! Katakan saja... katakan saja, Yasmin,"

"Tidak... tidak Panji.." Yasmin sedikit terisak.

"Tidak? Lalu kenapa kau tidak menerimaku? Kenapa?" Panji mulai mendesak Yasmin. Ia melepaskan genggaman tangannya dari tangan Yasmin, lalu ia menggoyang-goyangkan pundak Yasmim.

Yasmin semakin terisak. David menarik Panji menjauh dari Yasmin, "jangan dipaksa! Kalau Yasmin tidak mau, tidak usah dipaksa,"

Panji menghempaskan tangan David kasar dari pundaknya yang tadi ditarik. "Elo jangan ikut campur!" Teriak Panji.

Mr. CEO & Ms. DoctorWhere stories live. Discover now