TWENTY FIVE

42.6K 1.7K 50
                                    

"Keseriusan seseorang itu tak dapat diukur dari berapa lamanya hubungan mereka. Tetapi, keseriusan seseorang itu dapat diukur jika orang itu berhadapan dengan orang tuamu, lalu meminta mereka untuk mempercayakan putrinya kepadanya dengan cara menjadikan putri mereka sebagai istrinya."
-David Adiwijaya-

☆Playlist : One Direction - Last First kiss

Hans menghempaskan bokongnya ke sofa dengan gusar. Maya memperhatikan suaminya itu yang mencoba menahan emosinya. Hans menatap dua pria dan seorang wanita yang ada dihadapannya dengan sorot mata tajam. Mereka adalah Bagas, Frans, dan Becca.

Rencana mereka yang secara tidak langsung membantu David untuk kabur dari acara pertunangannya dengan Violett diketahui oleh Hans. Akhirnya, mereka bertiga ditahan, lalu dimintai penjelasan.

"Gue gak yakin kalau David akan kemari," Bisik Bagas pelan kepada dua orang yang ada disebelahnya.

Frans mengangguk setuju, "Entah gimana nasibnya kalau Kak David datang,"

"Guys," Seru Becca sembari berbisik. "Speak english, Please! I can't understand what do you say it," Bisik Becca lagi dengan nada penakanan dan protes.

Bagas dan Frans sontak menoleh kearah Becca, dua pria itu menyengir tak berdosa.

"Kids, I can hear you."

Sontak suara itu membuat mereka bertiga menatap depan. Ya, Hans yang berbicara tadi. Alhasil mereka bertiga dengan kompak mengeluarkan cengiran andalan. Maya hanya mengelenh-gelengkan kepala melihat perilaku mereka, pandangan wanita paruh baya itu beralih ke pintu utama mansion yang terbuka, munculah Alex dan Marco, serta dua orang lainnya yang sudah ditunggu-tunggu kehadirannya.

"David,"

Suara Maya membuat semua orang yang berada disana menoleh ke ambang pintu utama mansion. Hans dengan cepat bangkit dari duduknya, disusul juga oleh Maya.

David menggenggam erat tangan Yasmin yang ada disampingnya. Sedangkan Yasmin, wanita itu agak menunduk. David dan Yasmin melangkah menghampiri Hans dan Maya berada. David tahu jika Hans marah besar kepadanya, terlihat dari sorot mata pria paruh baya itu.

Hans menatap David dan Yasmin secara bergantian dengan sorot mata tajam. Hans tidak terkejut dengan kehadiran Yasmin yang ada disisi puteranya, karna ia sudah tahu semuanya dari Frans, Bagas dan Becca.

David menatap takut Hans. Pria paruh baya itu hanya diri dihadapannya dengan terdiam, tetapi matanya tajam. David tahu apa yang harus dia lakukan, Hans meminta penjelasan.

"Maafkan aku," David berbuka suara. "Karna aku pergi dari acara pertunangan tanpa alasan yang jelas. Dan sekarang, aku akan menjelaskan dengan jelas."

Hans masih terdiam, mata pria paruhbaya utu masih menatap putra sulungnya.

David berdengus, "Kau pernah bilang kepadaku, kejarlah keinginanmu, jangan perdulikan apa kata orang, jangan perdulikan jika orang menentang, gapailah. Aku melakukannya, aku melakukan sesuai yang kau katakan padaku."

David menarik tangan Yasmin agar mendekat pada dirinya, "Dia, dia yang aku inginkan. Hanya dia, bukan yang lain," David melirik Yasmin sesaat. "Aku akan mengejarnya sampai aku mendapatkannya, dan sekarang aku telah mendapatkannya. Tak perduli apa kata orang, tak perduli jika Papa menentang," David menatap Hans, mata ayah dan anak itu beradu.

Hans melangkah mendekat, aura paruhbaya itu sangat mencekam. David menggenggam tangan Yasmin erat, tangan pria itu keluar keringat dingin, Yasmin merasakannya.

Hans menghela nafas sesaat, "Kau tahu apa yang harus dilakukan ,kan?" Suara pria paruhbaya itu dingin.

David menunduk, ia tahu pasti Hans akan menghukum dirinya karna telah memalukan nama keluarga. David kembali menatap Hans.

Mr. CEO & Ms. DoctorDove le storie prendono vita. Scoprilo ora