FIND A WAY TO HOME

8K 652 199
                                    

"Breaking News! Dua hybrid yg diteliti dan dikembang-biakkan di laboratoriun Neo City, ditemukan menghilang tanpa jejak. Para ilmuwan dan serta petugas kepolisian sudah mencari dan melacak hybrid tersebut agar tidak menimbulkan keresahan bagi warga Neo City. Kepolisian sudah menyebarkan gambar dari hybrid ini dan warga Neo City mana pun yg pernah melihat atau merasa seseorang mirip dengan mereka, diharapkan agar segera menghubungi laboratorium. Karena para ilmuwan masih meneliti apa yg bisa hybrid ini lakukan. Dimohon warga agar..."

'Cih, meresahkan warga? Kita ini juga makhluk hidup!' Seekor kucing jenis bengal berwarna putih keperakan dengan corak seperti macan tutul kecokelatan mendesis menatap berita di televisi yg terpasang di etalase toko penjualan elektronik.

'Sudahlah, Injunnie, mereka memang begitu.' Kucing jenis savannah yg lebih besar mengelus pelan kepala kucing yg lebih kecil dengan pundaknya.

'Aku tidak mengerti kenapa mereka harus menyebut kita seperti kita ini sebuah barang. Aku bersumpah, jika wujud manusia kita sedang dicari, aku sudah akan bertransformasi dan membakar gedung ilmuwan bodoh itu!'

Mata hijaunya berkilat marah. Kuku-kuku cakarnya memanjang, siap untuk merobek kulit siapa pun yg berani mendekat. Kucing yg lebih besar hanya bisa terkikik geli. Dia gemas karena saat marah, kucing yg lebih kecil terkadang bisa menakuti seekor husky.

'Sudahlah, kau tak perlu marah-marah begitu lagi, kita sudah bebas. Nanti bulumu rontok.'

Kucing bengal tersebut menoleh ngeri. 'Yg benar saja, Nana?! Buluku rontok?? Tidak mungkin!' Ia mengecek bulu di punggung dan di perutnya sambil misuh-misuh. Kalau manusia yg melihat, pemandangan itu sungguh lucu. Seekor bengal yg terus mengeong ribut dengan seekor savannah yg hanya memerhatikan dalam diam.

'Aku hanya bercanda, Injunnie. Makanya berhenti khawatir karena kita sudah bebas dan orang-orang itu tidak akan bisa lagi mengurung kita, atau melakukan apa pun terhadap kita.'

Sebuah geraman lolos di kerongkongan kucing yg lebih besar. Marah, kesal dan benci berkumpul menjadi satu di dadanya. Dia sudah cukup muak dan ingin segera terbebas dari gedung ilmuwan tersebut. Dan dia bersyukur setelah beberapa kali mencoba, ia dan kucil yg lebih kecil darinya itu mampu untuk menyusup dan keluar.
.
.
.
Pemuda tampan itu membuka matanya dan netranya yg berwarna kekuningan tersebut berpendar menjadi cahaya di gelapnya ruangan. Ekornya menggeser dan menarik selimutnya, lalu telinganya mencuat tinggi di atas kelapa mencari-cari sinyal dan mencoba untuk mendengar jika para ilmuwan itu sudah kembali.

Dia berjalan mengendap dan hidungnya mencium aroma daging— ah, ia lupa kalau ia belum makan malam. Lalu ia mengambil sepiring daging panggang tersebut lalu kembali mengendap-endap menuju tempat tidur di seberang ruangan.

Sepatunya sedikit berdecit, namun ia mengabaikannya. Dan saat ia sampai di depan tempat tidur, tiba-tiba gorden yg sedari tadi menghalangi tiba-tiba terbuka lebar, dan seorang pemuda lainnya berdiri disana.

"Shhh, Injunnie, kau heboh sekali!" Pemuda yg lebih tinggi menempelkan jari telunjuknya di bibirnya. Ekornya berdiri di belakangnya karena kaget. Penuda yg lebih mungil memasang ekspresi menyesal. Kedua telinganya turun di atas rambutnya coklat—pirangnya, begitu juga ekornya.

"Kau menggemaskan sekali!"

Yg lebih tinggi mencubit pipi gembil pemuda yg lebih pendek. Dan kuku cakar yg lebih pendek teracung mengancam, tidak segan-segan mencakarnya dan melukainya jika perlu. Yg lebih tinggi menyingkir ngeri, namun senyumnya tidak menghilang.

"Ayo, kita harus cepat!"

Pemuda yg lebih pendek kemudian menariknya dan mereka mengendap-endap menuju sudut ruangan. Ekor mereka bersentuhan dan saling melilit, menunjukkan ikatan mereka yg begitu dalam setelah melewati segalanya bersama.

PATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang