THE ONE WHERE HE FINDS OUT

7.1K 559 165
                                    

Noted: aku tahu. AKU TAHU HARUSNYA UPDATE PARTNERS TAPI AKU WRITERS BLOCK HIKS. JADI AKU POSTING YG INI DULU OKE?! maaf ga maksud ngegas :"

Oh, iya. Chapter ini emang terinspirasi dari fanart di multimedia, uwu.

••••

"Aku tidak percaya bahwa mereka akan tinggal bersama."

Renjun menghantam kaleng bir yg diremasnya setelah menenggak dengan habis dalam sekali teguk. Ia melempar kaleng bir tersebut ke tong sampah depan kakinya dengan bunyi 'klang!' keras—masuk dengan sempurna.

"Mereka bilang sih, uangnya bisa dipakai untuk menabung biaya kuliah mereka. Jeno bilang bahwa ayah Jaemin masih sedikit sulit untuk mengatur keuangan setelah ibunya pergi," Donghyuck mencoba menjelaskan agar setidaknya bisa menenangkan Renjun. "Maksudku, mereka juga akan berada di universitas yg sama. Itu bukan masalah yg besar."

"Oh, ya, tentu. Aku yakin itu adalah satu-satunya alasan mereka melakukan itu," Renjun mendengus dengan nada penuh sarkasme, dan jangan lupa putaran bola matanya. "Dan kau tahu, Jeno juga akan berkuliah disana. Jika Jaemin memang sebegitu inginnya menyimpan uang, dia bisa tinggal bersama Jeno dan menabung. Dan oh! Jangan lupakan bahwa Jeno itu adalah sahabat seperpopokan-nya."

Donghyuck menatap Renjun iba. Tatapan yg sebenarnya membuat darah Renjun mendidih seketika. Bibirnya terasa kering dan mulutnya seketika menginginkan untuk menenggak lagi cairan alkohol kalengan. Jadi, itulah yg ia lakukan. Merangkak pelan dan sedikit terhuyung—karena Renjun sudah sedikit mabuk—dan menggapai kembali sekaleng bir diatas meja.

"Dan aku bertaruh, bahwa mereka memutuskan untuk tinggal bersama bukan karena sesuatu hal yg menyangkut dalam dunia kedewasaan yg merupakan akses untuk menyentuh tubuh satu sama lain," tambah Renjun setelah membuka kaleng bir dengan kasar dan menenggak setengah isinya. Ia menghantam kaleng bir tersebut di atas meja hingga cairan isinya menyembur keluar. Donghyuck menghela nafas menatap ekspresi Renjun. Wajahnya sudah merah tanda ia mabuk, namun ia mabuk dan marah— oh, bukan. Renjun murka.

"Injunnie, itu adalah hal yg sewajarnya bukan? Melakukan hubungan seks maksudku. Mereka adalah sepasang kekasih," Donghyuck berkata lamat dan sarat akan pengertian. Ia tahu Renjun sedang murka dan mabuk. Kombinasi terburuk dari Huang Renjun. "Mungkin sudah saatnya kau mencoba untuk melupakan Jaemin." Sebenarnya ini adalah kalimat ke entah berapa ratus kali Donghyuck utarakan kepada Renjun. Yah, meskipun selalu gagal.

Renjun menatap Donghyuck tajam. "Kau fikir aku tidak pernah mencoba?"

Donghyuck mengangkat bahunya. "Mungkin kau harus berusaha lebih keras lagi?" Renjun memutar bolamatanya, Donghyuck harus bersyukur karena Renjun sudah mabuk, atau sedari tadi ia pasti sudah lebam dipukuli Renjun. "Mudah dirimu berkata begitu karena perasaanmu berbalas," desis Renjun, dan kembali menenggak sisa isi di kaleng birnya.

"Injunnie, kau menyukai Jaemin sudah sangat lama dan mungkin," Donghyuck menjeda untuk mencari kata yg tepat. "Mungkin memang sekarang bukanlah waktu yg tepat untukmu dan Jaemin untuk bersama." Namun Donghyuck meringis saat melihat airmata Renjun sudah menggenang. Renjun sudah cukup banyak menderita dan Donghyuck tahu benar. Ia merangkul Renjun dan memeluknya.

Renjun mengambil bir lain di dalam lemari dan kembali meminumnya dengan tergesa, membuatnya terbatuk dan dadanya terasa sesak. Renjun sadar ia sudah mabuk. Ruangan tengah apartemennya sudah bergoyang layaknya seperti gempa bumi. Dan ia yakin ia bisa jatuh kapan saja jika bukan karena Donghyuck yg masih memeganginya.

"Kau harus melupakannya, Injunnie."

"How am I supposed to do that?" Renjun menoleh perlahan menatap Donghyuck dengan kalimat yg sedikit terbata. Donghyuck mengerjap. "Aku— aku juga tak tahu sebenarnya," jawab Donghyuck. Membuat Renjun terbahak sarkatis dan menyandarkan kepalanya di bahu Donghyuck. Huh, Renjun benar-benar mabuk. Ia menumpukan seluruh badannya pada Donghyuck karena ia merasa dunia berputar.

PATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang