SUPERHUMAN - 04

5K 593 242
                                    

Renjun membuka matanya, dan segera kembali menutupnya. Silau cahaya lampu di atasnya membuat matanya mengerjap beberapa kali untuk beradaptasi.

"Kau sudah bangun rupanya."

Renjun menoleh dan melihat Ten yg menaruh bukunya dan melepaskan kacamatanya lalu menatap Renjun. Renjun mengernyit, apa ini? Kenapa ekspresi Ten seperti itu? Terakhir yg ia ingat Jaemin dan Jisung—

Renjun membelalak dan segera duduk tegak namun mengerang keras saat merasakan kepalanya berdenyut sangat kuat.

"Hei, hei, tenang tak perlu terburu-buru. Minum ini," Ten menyodorkan segelas air putih dan Renjun menenggaknya dalam sekali minum.

"Ge, Jisung dan Jaemin, Donghyuck—"

"Tenang, mereka tidak apa-apa," Ten menyandarkan tubuh Renjun kembali ke sandaran tempat tidur dan kembali menyelimutinya. "Jaemin?" Tanya Renjun lagi.

"Dia baik-baik saja. Anak itu bahkan sudah seperti sedia kala seperti tak pernah terjadi apa-apa," kekeh Ten pelan. Namun entah kenapa kekehannya terdengar pedih di telinga Renjun. "Donghyuck baik-baik saja. Kakinya memang terkena tembakan, tapi ia tidak apa-apa sekarang." Sambar Ten sebelum Renjun mampu membuka mulutnya.

Renjun menunggu, namun Ten tak mengatakan apa-apa lagi. Ketakutan menggerogoti Renjun. "Ge, bagaimana dengan Jisung...?"

Ten memaksakan senyum namun gagal. "Ia... ia tertangkap, Renjun-ah. Jisung ditangkap."

Renjun segera berlari keluar ruangan tanpa memedulikan teriakan Ten, dan juga mengabaikan kepalanya yg berdenyut. Jisung, ia hanya memikirkan Jisung. Anak itu tidak pantas menerima semua ini, ia harus menolongnya secepatnya.

Brak!

Renjun menendang keras pintu dapur dan benar saja, semuanya berada disana dan nampaknya sedang terjadi perdebatan panas diantara mereka.

"Injunnie..." Donghyuck berjalan pincang menuju Renjun. Renjun menatap nanar paha Donghyuck yg dibebat perban. "Hei, aku tidak apa-apa. Kepalamu lah yg harus kau khawatirkan," Donghyuck menyentuh pelan pelipisnya.

Seolah baru tersadar, Renjun menyentuh kepalanya dan merasakan tekstur kasar perban yg melilit sekujur kepalanya. Ah, tapi ini tidak penting.

"Renjun, kau bisa duduk dan bergabung," Renjun menuruti perintah Kun. Ten juga ikut bergabung dan obrolan kembali dimulai.

"Jadi, sudah sepakat bahwa kita akan menyelinap masuk ke dalam gedung Mutant Sanctuary untuk menyelamatkan Jisung. Dan tim utama yg akan melepaskan Jisung adalah Jaemin, Jeno, Chenle, Doyoung, aku, Yangyang serta Yuta. Kun dan Donghyuck memantau dari rumah, yg lainnya akan menjadi pengalih perhatian," Taeyong berujar. "Ah, lalu Renjun juga bersama Kun dan Donghyuck disini," tambahnya.

Renjun mengernyit. "Aku ikut," putusnya.

"Injunnie..." Donghyuck menatap Renjun khawatir. Renjun tahu ia terluka, tapi itu bukanlah hal yg penting. Hal terpenting sekarang adalah bagaimana ia mengeluarkan Jisung dari jeruji neraka tersebut.

"Aku ikut, Hyuck," nada Renjun tak ingin dibantah.

"Renjun-ah, kau terluka. Jangan bodoh," Jaemin menyahut. Namun Renjun bisa sangat keras jika ia inginkan. "Aku tidak peduli, aku ikut menyelamatkan Jisung," Renjun tetap bersikeras. Jaemin nampak menahan amarahnya. "Injun-ah... kumohon, kau tidak usah ikut," mohon Jaemin. Namun nada itu justru membuat amarah Renjun mendidih. Dia tidak suka diperintah.

"Kubilang, aku ikut," tukasnya dingin. Lalu tiba-tiba peralatan makan di atas meja bergetar dan sedikit terangkat dari meja dan lampu dapur berkelip.

PATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang