"Let's Just Go Home, Babe."

7K 584 68
                                    

Noted; disentil ide sama sih Hebe00_
Jadi kemungkinan ini pendek banget dan absurd tapi gatel pengen ketik. Yaudah, enjoy~

••••

Lee Donghyuck menghentakkan kakinya kesal.

Minggu ini kesialan selalu datang bertubi-tubi dan ia sudah benar-benar habis kesabaran—meskipun ia tak tahu harus menyalahkan siapa—karena keadaan bukannya bertambah baik saat penghujung minggu semakin dekat, malah semakin memburuk.

Dosennya memberinya detensi karena ia kerap kali terlambat masuk ke kelas, lalu bosnya di tempat ia bekerja paruh waktu pun terus memelototinya karena ia juga kerap kali salah memberikan pesanan pada pelanggan. Juga tesnya beberapa hari lalu yg harusnya ia bisa mendapatkan oustanding seperti biasanya, ia malah hanya mendapatkan cukup.

Sungguh ia merasa lelah untuk minggu ini. Ia merasa tak ada hal yg baik yg ia lakukan. Seolah semuanya berjalan tak sesuai keinginan dan rencananya dan berkelok menjadi buruk.

Begitu pula Renjun.

Renjun juga merasa ia mendapatkan minggu yg berat dan buruk. Sebagai asisten dosen, ia jelas terbiasa menggantikan dosennya saat mengajar jikalau sang dosen tak mampu hadir, namun ini sudah keterlaluan. Beberapa kali dosennya mengatakan untuk menggantikannya di menit terakhir hingga ia harus melewati kelasnya sendiri.

Belum lagi ia yg baru saja bertengkar dengan ibunya karena lagi-lagi ibunya pergi ke kencan buta dan pulang bersama pria tak dikenal—Renjun memang tak punya ayah. Lalu terakhir laptopnya yg mendadak rusak hingga ia meraung kepada Na Jaemin—kekasihnya—karena semua tugas dan materinya ada disana.

Jadi disinilah mereka berdua.

Di sebuah klub pinggiran kota setelah berjanji sebelumnya untuk mabuk bersama karena menghadapi minggu yg berat.

Renjun baru meminum satu gelas vodka mix fruit punch dan sedangkan Donghyuck sudah menenggak bir dinginnya langsung dari mulut botol. Mereka berdua duduk di depan bar bersisian dan mengabaikan tatapan perempuan serta laki-laki yg melirik mereka.

Ya, bagaimana tidak. Kalau sejak datang kedua wajah rupawan itu sudah menginvasi seisi klub.

"Sungguh, Renjun-ah, aku benci minggu ini," mulai Donghyuck setelah meminum lagi bir dinginnya. Renjun mengangguk dan menyesap gelas mininya. "Tell me about it." Renjun menggumam pelan, kepalanya sedikit berputar namun ia belum mabuk.

"Right?" Donghyuck menyibak jaket kulitnya karena mendadak udara terasa panas. Yah, karena efek minuman alkohol yg diminumnya juga sih. "Seolah semuanya berjalan tak sesuai rencana dan berbalik menyerang," tambah Donghyuck lalu kembali menenggak birnya yg tinggal seperempat.

Renjun mengangguk dan ikut meminum bir ditangan Donghyuck, menghabiskan isinya. "Dosen sialan, laptop sialan, Jaemin sialan—"

"Kenapa dengan Jaemin?" Donghyuck bertanya setelah ia kembali memesan bir(kali ini dua botol, sekalian untuk Renjun)dan menoleh menatap Renjun. Renjun meminum birnya dan mengerjap sebentar. Tubuhnya sudah merasa melayang.

"Jaemin... Dia bodoh..." Renjun meminum lagi birnya lalu kembali menatap Donghyuck. "Ia bahkan tak mencoba untuk... Untuk menolongku." Donghyuck mengangguk-angguk kelewat bersemangat.

"Oh! Oh! Benar! Sama! Jeno juga idiot! Dia... Dia juga tidak membantuku...!" lalu alisnya menukik kesal dan ia kembali minum botol birnya. "Sungguh, kekasih seperti apa mereka....!" tambahnya.

PATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang