FALSELY

6.9K 593 544
                                    

Noted : warning— ehe kaga ada, mau warning aja😏

••••

Hembusan nafasnya memburu.

Ia harus bisa pergi dari sini. Harus bisa. Tapi sebelumnya ia harus mencari yg lainnya dulu. Tapi bagaimana? Di ujung gang sudah penuh oleh makhluk tersebut. Dan satu-satunya jalan adalah memanjat dinding di belakangnya ini.

Namun jika ia memanjat dinding, maka ia akan melewati jalan memutar untuk kembali ke teman-temannya. Dan belum tentu makhluk-makhluk tersebut tidak ada disana. Karena sekarang ini matahari sudah terbenam dan udara sudah menurun dengan drastis. Jelas makhluk tersebut akan mulai berkeliaran mencari mangsa.

Jaemin mengumpat dalam hati. Mengapa pula ia harus terpisah dari teman-temannya yg lain. Dan Jaemin tahu, sangat tahu, bahwa saat ini teman-temannya tengah khawatir mencari dirinya. Terlebih dia, pemuda mungil yg sudah memenuhi hatinya dan bersarang disana. Pun orang tersebut tak tahu tentang perasaan Jaemin.

Bukan secara cuma-cuma sebenarnya, Na Jaemin memisahkan diri dari teman-temannya. Ia tentu memiliki alasan logis. Ah... Atau lebih tepatnya alasan yg menyangkut hati. Semalam, Huang Renjun—pemuda mungil yg mengisi hatinya—mendadak ingin makan hotpot buatan rumah, sekedar mengenang masa lalu, setelah sekian lama mereka bertahan dengan ramen cup selama berbulan-bulan.

Dan Na Jaemin, dengan tingkat kebucinan yg sudah melebihi luar biasa akut, bersumpah dalam hatinya bahwa, saat mereka keluar untuk mencari bahan-bahan hari ini, akan menyelipkan beberapa bahan yg mampu memasak hotpot. Meskipun misinya ini sama saja dengan misi bunuh diri.

Bucin bisa apa. Iya, kan?

Jaemin merasakan walkie-talkie yg tergantung di pinggangnya, terus mengeluarkan bunyi desis dan jika kita menajamkan telinga, maka akan terdengar suara panik 'jaemin-ah, ganti! Jaemin-ah jawab, ganti!' namun jangankan untuk menjawab, menggapai pun Jaemin tak cukup waktu. Karena detik berikutnya ia kembali memacu kedua tungkai jenjangnya dan mulai memanjat dinding beton di belakangnya. Pada akhirnya ia memang memilih memanjat.

Jaemin berterima kasih terhadap masa ototnya yg sudah bertambah dan ketangkasannya dalam bergerak cepat karena ia bisa melompati dinding tersebut dengan mudah. Jaemin menoleh ke belakang dan makhluk-makhluk tersebut masih bergerak lambat dengan terseok mencoba untuk mengejarnya.

Jaemin menyeringai dan menjulurkan lidahnya, mengejek segerombolan makhluk yg bahkan tak mengerti lagi apa yg Jaemin lakukan. Lalu ia melambai dan berteriak,

"Bye bye, fuckers!"

Lalu melompat turun dari dinding dan terkekeh senang. Jaemin kembali melangkahkan kakinya, namun kali ini ia secara perlahan dan mengendap-endap. Ia pun merayap di sekitar dinding beton tersebut dan mengkalkulasi keadaan.

Hening.

Namun biasanya, hening adalah hal yg buruk menurut pengalaman Jaemin selama ini. Maka, Jaemin mengambil senternya di saku dan mulai menerangi sisi gang dengan waspada. Ya meskipun makhluk tersebut terkesan bodoh dan hanya berfikir dengan perut yg lapar, namun nyatanya makhluk tak berjiwa tersebut cukup pintar dalam menjebak mangsanya.

Jaemin tetap harus waspada dan mengikuti insting, karena bagaimana pun, nyawanya menjadi taruhan.

Jaemin masih mengabaikan bunyi desisan serta panggilan yg tak berhenti berbunyi di pinggangnya tersebut. Jaemin mengintip dari balik dinding gang, dan senternya ia arahkan ke segala arah. Yah, sebenarnya senter kecil seperti itu sama sekali tak membantu di tempat yg dominasinya adalah kegelapan ini.

PATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang