DESTINED

8.7K 674 247
                                    

"Renjun-ah, kau pernah mendengar tentang Red String of Fate?"

Renjun yg sedang mengunyah kimbapnya menoleh menatap Donghyuck yg memegang sebuah buku lusuh, nampaknya ia dapatkan dari perpustakaan kota tadi. Renjun menelan makanannya dan mengangguk. Tentu saja ia pernah, Renjun kan asalnya dari Cina, dan legenda itu asalnya juga dari Cina.

"Kalau begitu ceritakan padaku!"

Donghyuck sudah duduk di depan Renjun dan menopang dagunya, menunggu Renjun menjelaskan. Renjun menatapnya malas. "Maaf, Hyuckie, tapi kau sedang memegang bukunya, dan kau memiliki teknologi yg bernama ponsel. Kau bisa mencarinya di situs pencarian," Renjun kembali dengan kimbapnya. Ia benar-benar tidak suka diganggu jika ia sedang makan.

Donghyuck mengerucutkan bibirnya. "Tapi kan kau berasal dari Cina. Kau bisa menjelaskannya dengan bahasa yg bisa aku mengerti. Kalimat-kalimat di buku ini terlampau kuno, aku sulit membacanya." Renjun mengabaikannya. Donghyuck mendelik. "Renjun-ah, kumohon~ aku akan mentraktirmu besok!" Donghyuck sudah memasang aegyo terbaiknya, namun bukan itu yg membuat Renjun menjeda dari kegiatannya mengunyah kimbap. Donghyuck? Mentraktir makan? Fufufufufu~

"Baiklah."

Renjun menutup plastik kimbap dan menasukkannya kembali ke wadah bekal makanannya. Renjun menggapai botol minum, lalu meneguknya perlahan. Mata Donghyuck berkedut jengkel, namun ia tetap sabar. Atau Renjun tidak akan mau cerita.

Renjun berdeham. "Oke, jadi red string of fate atau benang merah takdir memang legenda asal cina. Menurut mitos yg kudengar, para dewa mengikatkan kedua ujung benang merah yg tak terlihat pada kedua kelingking orang-orang yg ditakdirkan bersama karena mereka adalah cinta sejati atau pasangan hidup. Tapi, entahlah. Karena ini jaman modern, sudah banyak yg tidak mempercayainya lagi. Tapi kakekku pernah mengatakan padaku bahwa legenda tersebut masih terjadi dan hanya orang-orang tertentu yg merasakannya. Bahkan, ada beberapa orang yg tidak sadar bahwa mereka adalah pasang hidup itu," Renjun menatap Donghyuck.

Ekspresi Donghyuck berbinar. Ia memang suka pada hal-hal begini, dan percaya pada mitos bahkan rela berjalan selama lima belas menit ke toko di ujung blok hanya untuk melihat peruntungannya pada fortune cookies. Renjun tidak habis pikir, ia yg merupakan asli Cina saja tidak terlalu percaya. Entahlah, manusia memang memiliki pola pikir yg berbeda.

"Akan sangat keren jika kita bisa melihat benang merah di kelingking kita, dan kita melihat benang merah kita terhubung dengan pasangan kita!" Donghyuck menggapai ponselnya dan mengetuk-ngetuk sesuatu.

"Hyuck, itu hanya mitos dan legenda, belum terbukti benar adanya," Renjun memutar bolamatanya. Donghyuck melirik sejenak. "Tapi kau bilang kakekmu pernah mengatakan padamu bahwa itu masih terjadi pada orang-orang."

"Well, yes. Tapi bukan berarti tetap bisa dipercaya, Hyuckie," Renjun mengangkat bahunya. Donghyuck mengabaikannya dan tetap mengetuk-ngetuk ponselnya. Entah apa yg ia lakukan. Kemungkinan hanya mencari asal-usul benang merah lebih dalam. Atau, karena ini adalah Lee Donghyuck, kemungkinan ia mencari toko kelontong Cina kuno untuk mencari adakah orang bodoh yg menjual benang merah atau hal-hal semacam itu.

"Hyuck, kau tidak—"

"EUREKA! Aku dapat tempatnya menjualnya, Injunnie kita harus kesana sekarang!"

Renjun menepuk jidatnya saat Donghyuck dengan tergesa membereskan barang-barangnya dan keluar dari kafe yg sedari tadi mereka singgahi. Renjun mendesah berat. Ia tidak akan bisa menghalangi Donghyuck. Dan yg paling buruknya, ia akan terseret dalam hal bodoh semacam ini.

Ah, sialan.

Renjun segera membereskan barang-barangnya dan berlari mengejar Donghyuck yg sudah menghilang di balik pintu.

PATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang