3 | Her side story; Him

692 113 6
                                    

Beberapa hari ini Seulgi bisa dikatakan hampir tidak menyentuh laptopnya. Kedua jarinya yang tergores masih terasa perih tiap kali menyentuh keyboard, dan itu sangat menyulitkannya untuk melanjutkan bukunya. Hal itu menyebabkan Seulgi yang biasanya selalu keluar atau hanya mengurung diri di kamar untuk menyelesaikan bukunya, kini malah sering bersantai di ruang tv. Seokjin yang beberapa hari ini membaca gerak-gerik adiknya yang tak biasa, akhirnya memilih untuk bertanya.

"Kau sudah menyelesaikan bukumu?" Seokjin duduk di sebelah Seulgi yang sedang menonton.

"Belum." Jawab Seulgi sekenanya, matanya sibuk memperhatikan layar tv yang menampilkan acara makan-makan, sedangkan tangannya sibuk memasukkan camilan ke dalam mulut.

"Dua hari ini kau terlihat santai." Ucap Seokjin. "Kehabisan ide atau ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?"

Seulgi hanya menggeleng.

"Lalu?"

"Hanya sedang istirahat saja."

Mendengar itu, Seokjin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Kemudian laki-laki itu memperhatikan adiknya dengan seksama, hingga akhirnya menyadari cara Seulgi memasukkan camilan ke dalam mulutnya terlihat aneh, adiknya itu hanya menggunakan tiga jari saja, sedangkan jari telunjuk dan tengah dibiarkan berdiri.

"Kenapa tanganmu?" Seokjin langsung menahan pergelangan tangan Seulgi, memperhatikan kedua jari itu diplaster. "Kau terluka?!"

"Hanya luka gores biasa." Seulgi mencoba menarik tangannya, namun cengramam Seokjin terlalu kuat. "Oppa, sakit."

"Kapan kau mendapatkan luka ini?" Seokjin menatap Seulgi lekat-lekat. "Jawab aku."

"D-dua hari yang lalu."

Kening Seokjin mengerut. "Dua hari yang lalu bukannya kau bersama Taehyung?"

Seulgi hanya mengangguk patah-patah. Seokjin berdecak sebal, lantas bangkit dari duduknya sambil mengeluarkan ponsel.

"Oppa mau kemana?" Tanya Seulgi was-was.

"Menelepon Taehyung." Seokjin meletakkan ponselnya dekat telinga setelah menekan dial pada nomor Taehyung. "Anak itu tak bisa memegang kata-katanya."

"Oppa.." Seulgi menahan tangan Seokjin. "Ini hanya tergores sedikit. Lagi pula ini salahku sendiri, tidak ada hubungannya dengan Taehyung."

"Kau benar, itu hanya goresan kecil. Tapi kau tak bisa melanjutkan bukumu karena itu." Seokjin menakan omongannya. "Kenapa sih kau selalu mencoba melindunginya?!"

"Kau tahu kan, tanganmu itu sangat berharga? Kau tahu kan, dari ujung rambut sampai ujung kakimu sangat berharga?" Seokjin menatap Seulgi lekat, sorotan matanya terlihat tegas. "Kau tahu kan, kau sangat berharga, Kang Seulgi?"

"Oppa, ini hanya luka gores."

Seokjin berdecak. "Benar. Ini hanya luka gores, tapi kau mendapatkannya saat bersama Taehyung."

"Tak peduli aku terluka saat bersama siapa, tapi ini benar-benar hanya luka kecil."

"Mungkin saat ini hanya luka kecil," ucap Seokjin. "Tapi aku bisa membayangkan apa yang akan terjadi padamu kalau kami sampai melepaskanmu untuknya."

Seulgi terdiam.

"Ah, sial! Kenapa anak itu tidak menjawab teleponnya?!" Seokjin langsung menyudahi panggilan itu dan menyimpan kembali ponselnya ke dalam saku.

"Jangan sampai Appa menyadari lukamu." Seokjin meraih tangan Seulgi. "Malam ini kita ada acara makan malam dengan rekan kerjanya."

Mata Seulgi melotot. "Kenapa tiba-tiba? Biasanya Appa selalu memberitahuku beberapa hari sebelumnya."

Disapproval Marriage Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang