17| Goodbye

622 114 14
                                    

Sudah dua hari setelah insiden itu, dan Seulgi tak pernah absen untuk mengunjungi dan menemani Taehyung yang masih terbaring lemas tak sadarkan diri di atas kasur rumah sakit dengan peralatan medis yang menunjangnya. Dengan sebuket bunga matahari di dekapannya, Seulgi mendakati Taehyung sambil tersenyum lembut memperhatikan wajah teduh laki-laki itu yang tertidur pulas.

"Hai, aku datang lagi, Taehyung-ah." Seulgi mengelus lembut pipi Taehyung dengan punggung tangannya. "Kau masih belum bangun, ya? Padahal banyak yang ingin aku bicarakan denganmu."

"Aku bawakan kau bunga matahari." Seulgi meletakkan buket bunga itu di atas meja, kemudian menarik kursi untuk duduk di dekat Taehyung. "Katanya bunga matahari paling populer untuk dibawa ketika membesuk, sebagai ucapan dan harapan cepat sembuh."

"Taehyung-ah.." Seulgi menghela napas berat. "Ada hal yang ingin aku ceritakan."

"Kau pasti tak akan mempercayai ini, Seokjin oppa akan segera menikah." Seulas senyum tipis terbit di bibir Seulgi, tatapan mata perempuan itu tidak lepas dari sosok laki-laki yang tak kunjung membalas ucapannya atau sekedar membuka mata. "Seharusnya itu kabar gembira, iya kan?"

"Aku tidak tahu siapa mempelai wanitanya, tapi oppa terlihat sangat bahagia saat menceritakan tentang dirinya yang melamar wanita itu." Seulgi menggigit bibir bawahnya yang bergetar samar. "Mereka pasti saling mencintai, iya kan?"

"Aku penasaran bagaimana rasanya mendapat restu dari appa." Seulgi mengusap matanya yang mulai berair. "Pasti oppa sangat bahagia, iya kan?"

"Oh, astaga, Kang Seulgi." Seulgi tertawa perih sembari menghapus air matanya yang terus mengalir. "Kau tak seharusnya menangis di atas kebahagiaan kakakmu sendiri."

"Apa menurutmu aku egois, Taehyung-ah? Aku iri dengan oppa, dan merasa bahwa hal ini tidak adil. Dia bisa menikahi perempuan yang dia cintai, sedangkan aku harus tersiksa di dalam perjodohan yang appa atur."

"Apa aku salah kalau bersikap egois di saat-saat seperti ini?"

"Oppa bilang, semua ini dilakukan karena appa menyayangiku dan aku sangat berharga untuknya. Tapi aku tidak merasa begitu."

"Ini menyiksaku."

Seulgi menangis di dalam diam. Dia tidak peduli jika Taehyung tidak bisa mendengarnya, dia hanya ingin bercerita.

"Apa yang bisa aku lakukan, selain meminta maaf padamu, Taehyung-ah? Aku sudah membuatmu berakhir seperti ini karena aku adalah orang yang salah untuk kau cintai."

"Sekarang kita harus bagaimana?"

"Aku harus bagaimana, Tae?"

Seulgi menggenggam tangan Taehyung yang tertusuk selang infus, dibawanya tangan itu sampai menyentuh kulit pipinya yang basah. "Aku ingin ikut denganmu. Aku juga ingin pergi dari sini."

"Kalau kau pergi, aku akan menyusulmu." Seulgi berucap parau. "Kau tak akan sendirian, aku akan selalu menemanimu."

"Seulgi-ssi."

Buru-buru Seulgi menghapus air matanya, kemudian melepaskan tangan Taehyung dan memutar kepalanya ke asal suara sambil memaksanya senyum tipis. "Hari ini kau yang menemani Taehyung, Namjoon-ssi?"

Namjoon mengangguk sambil berjalan ke dekat meja yang terletak di tengah ruangan untuk meletakkan tas sandangnya.

"Kau sebaiknya pulang, Penulis Kang." Namjoon duduk di tepian ranjang Taehyung, memperhatikan Seulgi yang menatap wajah laki-laki yang terbaring lemas di ranjang itu. "Kau terlihat lelah."

"Pipimu.." Namjoon menangkap sesuatu yang menempel di tulang pipi perempuan itu. Seulgi langsung menutupinya, namun Namjoon sudah lebih dulu mengetahui apa itu. "Aku sudah melihatnya dari kemarin. Kau terluka saat ditampari Ibunya Taehyung?"

Disapproval Marriage Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt