6 | Support System

667 99 13
                                    

Seulgi mengemas barangnya sambil menangis, hampir semua orang yang ada di dalam kafe itu memperhatikannya dengan iba meski tidak tahu apa penyebab gadis itu menangis. Seulgi menghapus air matanya, mencoba menahan tangisan saat ingin membayar bill di kasir.

"Anda tidak apa-apa, Nona?" Tanya Kasir itu khawatir.

Seulgi mengangguk sambil tersenyum. "Aku harus membayar berapa?"

"Biar aku yang bayar." Seseorang tiba-tiba mengulurkan sebuah kartu atm pada Kasir itu. Seulgi menolehkan kepalanya dan mendapati sosok Jaebum kini berdiri di sampingnya. "Bisa debit kan?"

Kasir itu mengangguk, kemudian mengambil kartu milik Jaebum.

"Hei.." Jaebum menatap Seulgi yang kini sedang menundukkan kepalanya. "Bukankah kau seharusnya mengucapkan terimakasih padaku?"

Seulgi masih menundukkan kepalanya, namun dia mengangguk sebagai respon dari ucapan Jaebum. Karena kepala Seulgi yang dihentak, Jaebum bisa melihat air mata gadis itu jatuh ke atas lantai. Jaebum menatap Seulgi dalam, tak seperti sebelumnya, kali ini Jaebum menarik tubuh Seulgi ke dalam pelukannya dengan lembut, membiarkan gadis itu memecahkan isakan yang tertahan di dalam pelukannya.

Masa bodoh dengan semua mata yang kini memperhatikan mereka, Jaebum hanya ingin memeluk Seulgi. Dan pandangan orang-orang itu tidak mampu membuat Jaebum ingin melepas pelukannya.

💍💍

"Jaebum, aku ingin pulang." Seulgi menoleh ke Jaebum yang saat ini sedang menyetir di sebelahnya. Seulgi tahu laki-laki itu tidak menjemputnya untuk memulangkannya karena Jaebum tidak mengambil jalan ke arah rumahnya.

Jaebum mengangguk "Kita sedang di jalan pulang."

"Ini bukan arah rumahku."

"Memang bukan." Ucap Jaebum. "Kita ke rumahku."

Seulgi langsung menggeleng. "Aku tidak mau. Aku mau menangis seharian di kamarku."

Jaebum terkekeh, lucu mendengar pengakuan polos dan sedikit bodoh dari Seulgi. "Aku tak akan membiarkan itu terjadi, tadi kau sudah cukup menangis."

"Aku mau pulang." Seulgi menekan kata-katanya. "Bukankah aneh kalau aku pergi ke rumah laki-laki lain bukannya menangis saat kekasihku terlibat skandal kencan dengan perempuan lain?"

Jaebum langsung menolehkan kepalanya ketika mobil berhenti karena lampu merah, Jabeum sedikit tidak suka dengan ucapan Seulgi barusan. Jaebum menatap Seulgi dengan tatapan yang kokoh, ingin rasanya dia mengatakan, "Aku ini calon suamimu." Namun berusaha dia tahan.

"Bukankah lebih aneh kalau kau menangisi laki-laki yang terlibat skandal kencan dengan perempuan lain?"

"Itu masih rumor." Suara Seulgi memelan, matanya jatuh menatap layar ponselnya sambil berharap ada kabar dari Taehyung. "Taehyung belum mengatakan apapun soal itu."

Jaebum berdecak kesal. "Apa yang kau tunggu? Dia tak akan menghubungimu lagi."

"Aku percaya Taehyung pasti akan mengatakan sesuatu."

"Agensinya sudah konfirmasi." Ucap Jaebum pelan, pandangannya kembali fokus ke jalanan karena lampu hijau sudah menyala dan juga karena dia tak mau melihat respon Seulgi. "Mereka benar berkencan."

"Tidak mungkin." Suara Seulgi bergetar. "Taehyung berkencan denganku. Aku yang kekasihnya, bukan perempuan itu."

Jaebum melirik Seulgi yang sudah bersiap ingin menangis lagi. "Aku akan menurunkanmu di sini kalau kau menangis lagi."

Disapproval Marriage Where stories live. Discover now