02 ● FIND OUT

142K 3.7K 62
                                    


Di dalam ruangan salah satu gedung pencakar langit, Alex terduduk tegak di kursi kerjanya. Ia dengan serius meneliti satu per satu dokumen yang telah disusun rapi oleh sang sekretaris di atas meja. Dahinya mengernyit sebagai respon saat membaca dokumen-dokumen penting tersebut. Setelah mencoret-coret bagian yang perlu di revisi, Alex mulai membubuhkan tanda tangannya yang berharga sebagai CEO perusahaan.

Semua dokumen telah selesai ia periksa. Alex menyandarkan punggung pada kursi kerja untuk beristirahat sejenak. Ia kemudian teringat akan suatu hal, dengan segera Alex memencet tiga digit nomor pada telfon pabx.

"Adel, suruh Hilman kesini!" perintahnya langsung pada sang junior secretary begitu telfon di angkat.

"Baik Pak" Adel yang berada di seberang menjawab singkat.

Tak lama kemudian, pintu ruang kerja Alex diketuk dari luar. Alex mempersilahkan masuk dan Pak Hilman pun muncul.

"Pak Alex cari saya?" Tanya Pak Hilman sambil menundukkan kepala.

Sebagai pimpinan perusahaan, semua karyawan memang memanggil Alex dengan sebutan Pak atau Bapak walaupun usianya masih terbilang cukup muda untuk ukuran CEO, yaitu mendekati 31 tahun.

Alex yang sedang melihat gadget kemudian mengalihkan pandangan pada supir pribadinya itu.

"Kemarin jadi? pergi sama Kakek?" Tanyanya.

"Iya, jadi Pak" jawab Pak Hilman. 

"Kamu tau ada urusan apa kakek kesana? ceritain sama saya!"

Batin Pak Hilman langsung bergejolak begitu mendengar perintah Alex. Ia lalu teringat pesan  kakek Marwan.

Waktu itu Pak Hilman tengah mengemudi dalam perjalanan pulang, ia mendengar kakek Marwan berpesan dari kursi belakang mobil.

"Man, kamu jangan bilang siapa-siapa ya, apalagi Alex. Jangan bilang kalau aku mau jodohin dia sama cucunya Darsono" Kakek Marwan memperingatkan.

"Baik Pak Marwan, siap Pak" jawab Pak Hilman patuh sekaligus berjanji.

Alex menangkap kegelisahan yang seketika timbul pada raut wajah Pak Hilman. Laki-laki itu kemudian beranjak dari kursi sembari menyilangkan kedua tangan di dada.

"Kenapa diam aja?" Tanyanya dengan tatapan tajam. 

"Apa ada yang kakek tutup-tutupi dari aku, Man?"

Pak Hilman menelan salivanya diam-diam. Dia bingung harus mengarang cerita apa untuk menutupi rencana perjodohan itu.

'Aduh gawat! Gimana ini caranya ngomong sama big boss' batin pak Hilman terus berkecamuk.

"Sebenarnya tidak ada apa-apa kok Pak Alex. Waktu itu hanya kunjungan biasa ke temannya pak Marwan" ujar Pak Hilman berusaha menutupi rasa gugupnya.

"Kalau kamu masih mau kerja sama saya, jangan bohong! Kalau ternyata ada apa-apa, cepat atau lambat saya juga bakal tau!"

Keringat dingin Pak Hilman langsung menetes mendengar ancaman boss-nya itu.

"Nanti aku kasih bonus dua kali gaji kalau kamu mau jujur, jadi cepat cerita! Aku gak punya banyak waktu Man!" 

Alex bisa berucap demikian karena ia yakin supirnya telah mengetahui sesuatu tapi berusaha menyembunyikan. Pak Hilman bukan tipe orang yang pandai berbohong. Apalagi pada Alex yang merupakan atasan dan sudah lama mempekerjakannya.

MARITAREWhere stories live. Discover now