11 ● STAY

74.1K 3.5K 98
                                    

Waktu sudah berganti malam. Lampu-lampu jalan, gedung pencakar langit, dan rumah-rumah penduduk menyala terang di bawah langit mendung ibukota. Alex sudah pamit dari rumah sakit karena Tante Deta akhirnya datang dan menggantikannya menunggui kakek Marwan. Lagipula ia juga butuh beristirahat.

Alex membawa Rosa bersamanya pulang ke apartemen untuk menginap. Gadis itu mengira ia akan dibawa menuju sebuah rumah besar seperti yang pernah di ceritakan tante Lastri, namun kenyataannya Alex justru membawanya ke sebuah bangunan gedung yang menjulang tinggi.

Ia dan Alex mulai menyusuri parkiran basement untuk menuju sebuah private lift. Begitu mereka sudah berada di dalam lift, Alex langsung memencet tombol angka 58.

Apartemen Alex merupakan salah satu apartemen termewah di pusat kota, berada di area central business district atau CBD dengan tipe penthouse. Alex harus menggelontorkan puluhan milyar untuk menjadi pemilik properti tersebut.

Setelah sampai di lantai lima puluh delapan, pintu lift pun terbuka. Dengan menenteng tiga shopping bag besar, Rosa mengikuti Alex dari belakang. Tadi Rosa hampir saja mati ketakutan kalau lelaki itu akan marah melihat struk belanjanya yang mencapai puluhan juta. Namun ternyata Alex justru tak menghiraukan sedikitpun kertas tersebut dan langsung membuangnya ke tempat sampah. Ia hanya mengambil credit card yang di kembalikan oleh Rosa tanpa bertanya apapun.

Hanya terdapat satu pintu di lantai lima puluh delapan tower tersebut dan pintu itu lah yang menuju tempat tinggal Alex di griya tawang. Alex memencet 6 digit angka di door knop lalu menyentuhkan jempolnya untuk mencocokkan sidik jari. Setelah terdengar bunyi klik barulah pintu terbuka kemudian ia dan Rosa masuk ke dalam.

Mata Rosa serasa tak bisa berkedip begitu kakinya sudah menginjakkan kaki di griya tawang yang Alex tempati. Ruangan tersebut begitu mewah dan bahkan cukup luas untuk ukuran apartemen. Rosa bisa melihat di depannya sebuah ruang santai dengan sofa-sofa nyaman, TV led dengan layar yang super besar dan lampu yang otomatis menyala terang begitu mereka masuk.

Di seberang ruangan yang lain terdapat dapur dengan kitchen set yang lengkap, kitchen island dan minibar. Terlihat juga beberapa pintu untuk menuju kamar yang tentu saja belum pernah Rosa kunjungi.

Bibir Rosa masih terbuka lebar ketika ia masuk lebih jauh ke dalam griya tawang. Namun ia berusaha menahan kekagumannya karena Alex mulai berbicara.

"Malam ini kamu stay disini. Disini ada kamar untuk tamu, kamu bisa tidur disana" ucap Alex sembari membalikkan badannya untuk berbicara dengan Rosa. Rosa yang masih ternganga langsung mengatupkan bibir nya.

"Iya Om" jawab gadis itu lirih.

Rosa kembali melihat sekeliling dan kemudian tampak berpikir keras.

"Oo-om tinggal sendiri di sini?" Tanyanya ragu ragu sambil melirikkan bola mata ke atas untuk mencuri pandang wajah Alex. Ia merasa sungkan seolah mengajukan pertanyaan yang aneh.

"Iya. Memang kenapa?" Balas Alex cepat sembari memandang tajam pada Rosa.

"Ah gapapa ko, cuma tanya aja" jawab Rosa buru-buru. Ia tak ingin pertanyaannya mengusik tuan rumah dan membuatnya di usir.

Selang beberapa detik kemudian Alex justru terkekeh kecil. Dengan tangan yang ia masukkan ke dalam saku, lelaki itu memandang gadis yang ada di depannya dengan tatapan iseng. Matanya menelanjangi Rosa dari bawah ke atas. Setelah bungkam sesaat, Alex kemudian menyunggingkan senyum miring lalu menegaskan satu hal pada gadis itu.

"Perlu kamu tau, saya gak tertarik sama anak kecil..."

"Jadi buang jauh-jauh pikiran negatif kamu itu, saya gak bakal macem-macemin kamu" ucap Alex penuh percaya diri dan jumawa.

MARITARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang