08 ● HARDSHIP

70.1K 3.3K 60
                                    

"Sini kamu!"

Suara lantang tante Lastri meraung-raung di telinga Rosa.

"Sss sakit tante... tolong lepass-in..."

Gadis itu mengaduh dan memohon karena sang tante berjalan cepat sambil menjambak rambutnya begitu kuat. Membuatnya berjalan terseok-seok dan merasakan pedih luar biasa pada kepalanya.

"Diem!" Bentakan terlontar dari bibir sang bibi. Sementara om sigit mengekor dari belakang tanpa berbuat apapun ketika melihat istrinya menyeret sang keponakan masuk ke dalam kamar.

Sesampainya di kamar milik Rosa, tante Lastri langsung mendorong gadis itu dengan keras hingga kepalanya terantuk meja belajar.

Dugh

"Aahhh" Rosa memekik kaget dan kesakitan. Ia tersungkur di lantai dan memegangi kepalanya yang seketika terasa pening.

"Dasar anak setan! Sengaja mau mempermalukan om sama tante-mu hah?!"

"Anak gak tau diuntung!!" Giliran om sigit yang maju dan menyalurkan emosinya yang sedari tadi ia tahan.

"Sini!" Teriak paman Rosa itu seraya mencengkeram lengan sang keponakan dan memaksanya berdiri. Rosa berdiri dengan limbung karena kepalanya masih sakit.

PLAKK

satu tamparan keras mendarat di pipi gadis itu.

"Anak kurang ajar!"

PLAAKKK

Untuk kedua kalinya tamparan itu mendarat, mengakibatkan sudut bibir Rosa ikut berdarah dan rambutnya bertambah kacau berantakan.

"Goblok! Otak kamu itu ditaruh mana?" Om Sigit kembali berteriak, mengatai Rosa yang tengah memegang pipinya yang serasa terbakar, sementara darah meluncur turun dari dahinya.

Airmata Rosa jatuh mengalir. Inilah kenapa sedari tadi ia menahan tangis. Jauh dalam hatinya, ia tau hal seperti inilah yang akan terjadi ketika ia berani melawan sang paman dan bibi.

Selama perjalanan pulang, om sigit dan tante Lastri tak berani melampiaskan kemarahan mereka di mobil karena ada Pak Hilman. Namun begitu sampai dirumah, kedua orang itu langsung meluapkan emosinya pada Rosa seperti orang kesetanan.

"Apa maksud kamu ngomong kayak tadi hem? Om tantemu ini sudah bilang ke Pak Marwan kamu mau terima dijodohin. Kenapa tadi malah sok-sok an nolak? Gila kamu'"

Tante Lastri menoyor gemas kepala Rosa. Kemudian menapuk-napuknya dengan tangan. Setelah itu ia juga mencubit kuat lengan gadis itu.

"Ma..Ma..af tante..." Rosa terisak.

"Maaf maaf.. apa alasan kamu nolak cucu Pak Marwan itu? Pak Marwan itu orang kaya! Kesempatan emas kayak gini malah kamu sia-sia in. Sok banget kamu. Berasa hebat? Berasa cantik? Kamu pikir kamu itu siapa?" Tante Lastri tak henti mencerabih.

Rosa hanya bisa.diam. dan menangis.

"Mau ditaruh dimana muka-ku di depan pak Marwan? Mereka udah gak bakal mau ketemu kita lagi. Udah hilang kesempatan kita buat jadi orang kaya. Kacau semua rencana kita Bu" giliran om Sigit berseloroh dan mengeluh pada Tante Lastri.

"Kamu pikir biayain kamu itu murah? Tante kasih makan, kasih baju, sekolahin kamu... balesan kamu kayak gini? Kalau bukan karna gak enak sama tetangga udah tante buang kamu ke panti asuhan!!"

Rosa mengusap pipinya yang penuh dengan airmata,

"Ma..Maafin Ro..sa tante"

"Maaf maaf bisanya minta maaf"

MARITARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang