21 ● AMELIORATE

96.4K 3.2K 57
                                    

"Rosana, buka pintunya, kita bicara sebentar-"

Alex berseru dari depan pintu kamar sang istri. Ia berharap Rosa sudah lebih tenang dan mau kembali bicara setelah beberapa hari menghindar.

Harapan Alex tak sia-sia. Ia lantas mendengar bunyi kunci diputar dan terbukalah pintu yang sedari tadi ia ketuk. Sedetik kemudian ia melihat wajah cantik istrinya muncul. Gadis itu balas meliriknya ragu-ragu.

Alex memindai sosok yang berada di depannya dengan tatapan ganjil. Ia termenung sesaat lalu memajukan langkahnya untuk mendekat. Ia mengulurkan tangan untuk menyibak rambut panjang hitam yang menutupi leher dan dada istrinya itu.

Rosa yang tercengang melihat jari Alex mengelus bagian atas dadanya hanya bisa terdiam. Suaminya itu tengah menelusur gurat-gurat kissmark yang masih membekas samar di kulit putihnya.

Dalam hening, Alex berupaya untuk mengatur nafas. Perasaannya campur aduk ketika melihat tanda yang ia berikan pada Rosa tempo hari. Ia jadi menyadari telah menyerang gadis itu berlebihan.

"Kita ngobrol di sofa ya" Pinta Alex tanpa ada sedikitpun paksaan. Ia mencoba memperlakukan Rosa dengan lebih lembut lantaran terakhir kali sikapnya yang main terjang langsung membuat gadis itu kabur dan mengurung diri. Alex jelas tak ingin melakukan kesalahan yang sama. Ia tampaknya memang harus bersabar demi menghadapi istrinya yang masih remaja.

Rosa menjawab dengan satu anggukan.

*

Malam itu keduanya telah saling berhadapan di sofa ruang tengah penthouse. Alex berdiri menelisik sedangkan Rosa terduduk dan terus saja menunduk memainkan jemarinya karena gugup.

"Kamu baik-baik aja?" Tanya Alex penuh kekhawatiran.

Rosa menjawab lirih. "Baik" Ia lalu mengerling sekilas pada Alex.

"Terus waktu itu kenapa kamu lari? Kamu marah sama saya?" Tanya Alex sambil menatap Rosa lekat. Ia ingin meminta penjelasan mengapa Rosa menjauhinya agar ia tau dan bisa memperbaiki hubungan dengan gadis itu.

"Nggak... Rosa gak marah" jawab Rosa jujur.

"Takut?" Tanya ALex lagi. 

Rosa menggeleng.

"Terus?"

Rosa agak ragu untuk menjawab. Tapi ia lalu teringat nasehat Freya untuk menuntaskan kesalahpahamannya dengan Alex. "Rosa cuma malu... Rosa pikir Mas jijik sama Rosa" katanya terlalu berterus terang.

Lama Alex terdiam sebelum ia menanggapi. Ia kemudian menghela nafas singkat lalu berjalan menghampiri Rosa yang terduduk di sofa.

Alex berjongkok demi mensejajarkan tubuhnya dengan Rosa yang tengah terduduk. "Aku yang salah karna terlalu terburu-buru..." Alex mengungkapkan penyesalannya. Satu tangannya kemudian meraih pelan surai Rosa yang jatuh tergerai ke depan. Dengan sangat hati-hati ia menempatkan kembali ke belakang bahu gadis itu.

Alex menatap Rosa dalam-dalam sembari memberikan penjelasan pada sang istri kalau yang mereka lakukan kemarin justru indah dan gadis itu telah membuatnya ketagihan. "Rosana... tebakanmu itu sangat salah, justru sebaliknya, itu sangat nikmat, sayang. It's so intoxicating and you've made me only wanting you more and more" ucap Alex lambat-lambat sembari mengunci tatapan pada istrinya itu.

Rosa menahan nafas ketika Alex membisikkan kata-kata tersebut penuh kesungguhan.

"buang jauh-jauh keraguan kamu, okay?" Pinta Alex pada sang istri yang masih belia dan masih jauh dari kata matang. Manik matanya lantas bergerak-gerak memindai wajah Rosa yang jelita.

Rosa menghirup oksigen banyak-banyak dan menghembuskannya perlahan. Ia balas memandang Alex kemudian mengangguk tanda paham. Alex pun akhirnya tersenyum dan bisa bernafas lega karena kesalahpahaman diantara mereka bisa teratasi dengan baik.

*

Alex masih mempunyai kewajiban menyampaikan perihal pesta yang harus ia dan Rosa hadiri. Karena kebekuan di antara keduanya telah mencair, ia pun segera mengutarakan berita tersebut pada Rosa. Alex kembali berdiri untuk mengambil undangan di atas meja. "Sebenarnya ada satu hal yang mau aku sampaikan sama kamu-" Alex berucap.

"Apa ini Mas?" Tanya Rosa ketika sang suami mengulurkan sebuah undangan tebal berwarna putih padanya. Ia menerima dengan satu tangan.

"Coba kamu baca" pinta Alex. Rosa kemudian membuka perlahan lalu menelaah baik-baik isi tulisan yang ada di kertas itu.

"Besok sabtu ikut aku ya... temen aku ada bikin acara buat kita" terang Alex membantu Rosa mencerna maksud invitasi tersebut. Rosa termangu sesaat, kemudian ia membaca lebih teliti dan akhirnya paham apa yang dimaksud suaminya.

Angan Rosa sempat berkelana. Pesta kecil itu adalah acara yang di inisiatif teman-teman Alex yang pasti berasal dari kalangan kelas atas. Rosa membatin cemas. Apa mungkin ia sanggup berbaur dan bergaul dengan mereka yang mempunyai latar belakang jauh berbeda darinya? Membayangkan hal itu saja membuat Rosa seperti sudah diselimuti keraguan. Namun ia tak mungkin tak menuruti permintaan sang suami.

"Iya Mas" jawabnya pasrah pada ajakan Alex.

Alex kemudian kembali melangkah mendekati Rosa. "Ada apa lagi Rosana? Kamu kepikiran apa?" Tanya Alex sedikit peka melihat roman wajah istrinya yang gelisah.

"Mmmm..." Rosa nampaknya ingin mengutarakan sesuatu tapi ia memilih menarik tekadnya. Ia tak ingin menunjukkan pada Alex ketidakpercaya-diriannya. "Engga... gak ada apa-apa kok" ucap Rosa sembari membalas tatapan Alex.

Alex kembali berjongkok. Ia lalu mengulurkan kedua tangannya untuk menangkup sisi wajah Rosa dan memposisikan kepalanya agar setara dengan gadis itu.

"Aku gak ingin memaksa, tapi... sekarang ada aku sebagai suami kamu. Kalau ada sesuatu yang mengganggu pikiran kamu... kamu bisa bilang sama aku" Alex menjanjikan kehadirannya untuk sang istri. Pria itu jadi menyadari bahwa dirinya telah menjadi sosok penting di kehidupan Rosa. Gadis itu bahkan hampir tak punya siapa-siapa untuk bergantung selain dirinya.

Rosa masih setengah percaya mendapati sikap Alex yang begitu lembut. Namun perlahan tapi pasti hatinya mulai tergerak dan meyakini bahwa sang suami benar-benar tulus. Ia masih muda dan memang belum bisa memahami sepenuhnya apa arti sebuah pernikahan. .

Namun, setelah mendengar pernyataan Alex barusan, Rosa jadi tersadar bahwa mereka telah terikat satu sama lain. Lama kelamaan keduanya akan saling terbuka dan... ia perlahan bisa melihat sisi hangat Alex yang selama ini tertutupi dengan citra dingin dan suka mengatur.

"Rosa tau... Kalau ada apa-apa Rosa pasti akan cerita... tapi sekarang Rosa bener baik-baik aja. Mas gak perlu khawatir" ucap Rosa berupaya setenang mungkin agar Alex bisa merasa lega.

Alex memandang Rosa dengan tatapan memuja. Sepertinya ia benar-benar telah tergila-gila dengan istrinya itu. "Aku akan bikin pernikahan kita ini berhasil... I promise" janji Alex pada Rosa. Rosa menanggapi dengan mengangguk mantap tanda ia mulai percaya pada suaminya itu.

Alex yang bahagia mendapati Rosa yakin padanya tak bisa lagi untuk tak memberikan tanda cinta pada gadis itu. Tanpa meminta permisi, ia kemudian mendaratkan bibirnya di atas bibir istrinya dengan penuh kelembutan. Ia memagut bibir halus nan manis tersebut selama beberapa saat sebelum melepaskannya perlahan. 

Alex pun terus memandangi Rosa yang juga tampak cerah. Sungguh ia tak pernah bosan bahkan ingin selalu memandang paras jelita sang istri. Alex menggenggam tangan Rosa dan mengecupinya singkat-singkat sambil tak melepaskan pandangannya. Rosa balas menatap sang suami dengan senyuman lebar.

**

Sementara itu di lain tempat...

" Let's see who's gonna win this battle... Kebahagiaan lo gak akan bertahan lama, Ro-sa-na.... "
seorang wanita terdengar menggumam geram sembari meremas secarik undangan putih di tangannya. Ia lalu menyunggingkan seringai licik yang membuat wajah cantiknya terlihat menakutkan.

*****

MARITAREWhere stories live. Discover now