05 ● ADDRESSING WILL

78.7K 3.2K 10
                                    


Alex dan Rosa sudah duduk berhadapan di sebuah cafe yang sepi. Mereka belum saling bicara.
Jika Rosa tampak mengaduk asal hazelnut latte-nya, Alex justru sibuk bertelfon ria dan mengacuhkan gadis itu.

Sebenarnya Rosa sudah tak sabar untuk mendengar maksud dan tujuan Alex mencarinya. Bagaimanapun juga ia harus segera pulang dan mengerjakan pekerjaan rumah lalu membantu bibinya yang mempunyai usaha laundry. Bibinya sangat tidak suka jika Rosa pulang terlambat. Ia memang suka mengekang sang keponakan.

Sudah lebih dari lima belas menit Alex menerima panggilan-panggilan tersebut. Begitu satu selesai, beberapa detik berikutnya ponselnya kembali bergetar karena panggilan lain. Walaupun terkadang bicara dalam bahasa asing, Rosa tau percakapan pria itu berkaitan dengan pekerjaannya.

Alex terlihat serius tapi juga fokus. Rosa merasa bahkan pria itu hanya punya sedikit waktu untuk dirinya sendiri. Jika ia sampai menyempatkan waktunya yang berharga untuk pergi jauh menemuinya, berarti apa yang ingin Alex sampaikan pastilah sesuatu yang sangat penting.

Beberapa kali Rosa mengerling pada Alex yang terkadang walaupun sibuk bercakap dengan seseorang di seberang, juga balas meliriknya. Ia memperhatikan sosok di depannya tersebut.

Jelas Alex adalah seorang pria dewasa, matang, presentable dengan pakaian dan atribut yang dikenakan terlihat mewah. Aroma segar menguar dari tubuhnya yang tegap.

Semua fitur di wajahnya juga sempurna. Alis tebal, hidung lancip, bibir tipis, rahang tegas, semua menjadi satu kesatuan yang pas. Rambutnya lurus tertata rapi. Untuk ukuran seorang laki-laki, kulit Alex tergolong terang namun tidak pucat. Dan yang paling menarik perhatian adalah sepasang mata elang yang dimiliki pria itu. Alex mempunyai tatapan yang tergolong mengintimidasi. Bahkan Rosa merasa selama dalam perjalan menuju cafe tadi, pria itu selalu menatapnya tajam.

Selama menunggu Alex selesai bicara, diam-diam Rosa sudah mempunyai satu dugaan atas apa yang ingin disampaikan oleh pria itu.

"Jadi..." akhirnya Alex kembali fokus pada tujuan awal menemui Rosa. Ia telah meletakkan ponsel di atas meja dan kini menatap gadis di depannya lekat-lekat.

"Alasan saya menemui kamu..." Sebenarnya Alex bukan orang yang suka bertele-tele. Namun bicara pada Rosa yang masih remaja dan baru ia kenal memang membutuhkan pendekatan tertentu.

"untuk membicarakan rencana kakek..." jeda sesaat sebelum Alex melanjutkan.

"Kamu sudah tau kan kalau kita mau dijodohkan? dijodohkan dalam arti sebenarnya. Kakek mau saya menikahi kamu, sudah tau?" tanya Alex langsung pada inti masalah. 

Rosa merespon dengan mengangguk kecil. 

"Asal kamu tau, saya tidak akan pernah menyetujui-" ucap Alex dengan terburu. Akan tetapi sesaat kemudian ia justru nampak ragu dan terdiam. 

Rosa yang baru saja menyeruput latte-nya bergeming. Ia memandang Alex selama beberapa detik sebelum akhirnya mencari obyek lain untuk dilihat.

Alex membuka mulut untuk menghirup oksigen. Ia kemudian mengerat bibir bawahnya dengan kuat sebelum kembali bicara pada Rosa.

Alex mengawasi Rosa dengan tajam. Ia meyakinkan diri untuk tak terpengaruh dengan pesona gadis yang ada di hadapannya sekarang. Maka ia pun melanjutkan dan menyampaikan apa yang sudah menjadi keputusannya. 

"Saya bukan anak kecil. Tidak ada di kamus saya seseorang menentukan rencana hidup saya kecuali diri saya sediri. Semua ini sangat tidak masuk akal. Kamu juga masih sangat muda-" 

"makanya..." Alex menjeda lagi. Ia terus saja memindai roman wajah sang lawan bicara. Rosa nampak gelisah namun sesekali balas menatapnya. Entah kenapa ada kegamangan di hati Alex saat ia hendak meminta Rosa untuk turut tidak mendukung perjodohan tersebut.

MARITAREWhere stories live. Discover now