23 ● COCKTAILS AND TEARS

93.2K 2.9K 86
                                    

Saat itu Shely dan Dreisa sedang berbincang di toilet. Mereka tidak ada kepentingan lain pergi ke tempat tersebut selain untuk mendiskusikan rencana yang telah disusun matang keduanya.

"Daniel udah nge-warning kayak gitu Shel, kita tetap jalan?" Tanya Dreisa sambil bersandar pada wastafel dan memandang manik mata sahabatnya.

"Sesuai planning awal Dre, lagian kita buat ini keliatan gak disengaja kan?" Jawab Shely.

Dreisa mengangguk."Iya sih"

"Gue mohon bantuan lo, Dre. Kalau gue lihat, Alex sama itu cewek belum terlalu deket. Bahkan gue yakin dia belum di apa-apain sama Alex. Gue kenal Alex lama, dia gak akan macem-macem kalau enggak ada rasa"

"Dia masih cinta sama lo kali Shel?"

Shely menghela nafas pendek. Dalam hati ia sangat berharap dugaan Dreisa benar.

"Anyway, lo bantuin gue dapetin Alex balik ya? Gue bener-bener gak bisa hidup tanpa dia. Dan gue juga gak bisa ngelakuin ini semua sendirian. Lo sahabat terbaik gue Dre... Please"

Dreisa menganggukan kepalanya beberapa kali. Selain karena Shely sahabatnya, ia mau membantu wanita itu juga karena rasa cemburu yang tiba-tiba muncul terhadap Rosa. Dreisa langsung tak menyukai gadis itu karena melihat Harvey seakan sangat tertarik padanya.
Dreisa memang sudah sejak lama menaruh rasa pada pria itu. Namun Harvey seolah tak pernah meliriknya sedikitpun. Makanya saat itu Dreisa pun menyetujui ajakan Shely untuk merencanakan satu hal jahat pada Rosa.

***

Suara dentuman musik EDM terdengar bergemuruh di dalam area bar. Kala itu para tamu pesta tengah bersantai menikmati cocktails dan snacks selepas acara sambutan usai. Beberapa tamu undangan terlihat asyik menari di dance floor. Ada juga yang duduk di kursi bar atau bercengkerama di meja.

Alex sendiri walaupun terkadang meninggalkan Rosa terduduk di sofa, tak pernah melepaskan pandangan pada gadis itu. Ia yang harus beramah-tamah pada teman-temannya yang lain, tak bisa selalu berada di sisi sang istri.

"Alex, gue pinjem bini lo ya? Mau gue ajak ngobrol di balkon. Kasihan tuh cuma duduk sendirian. Boleh kan?" pinta Dreisa pada Alex saat pria itu tengah mengobrol dengan Daniel, Adam dan Harvey di depan meja bar.

Alex nampak ragu sesaat. Namun kemudian ia mengiyakan. "Oke" jawabnya tak keberatan. Toh ia senang akhirnya ada seseorang yang bersedia mengakrabkan diri pada istrinya yang tampak kesepian malam itu.

Setelah Dreisa berlalu, keempat pria tersebut pun kembali mengobrol santai.

"Kenapa Niel? segitunya lo ngeliatin Dreisa..." Tanya Adam ketika menyadari Daniel masih saja melihat punggung Dreisa yang berlalu pergi.

"Enggak sih. Gue cuma khawatirin bini Alex aja-" ucap Daniel melempar jawaban tak terduga.

Alex lalu bertanya heran menerka maksud sang sahabat. "Bini gue? Kenapa?"

Daniel pun memberikan penjelasan "Ck... gimana ya... feeling gue gak enak nih. Cewek-cewek biasanya suka sirik kalo sama cewek cantik. Apa lagi yang baru mereka kenal kayak bini lo" terang Daniel mengutarakan pendapatnya. Ia kurang lebih tau watak para teman wanitanya yang memang suka kelewatan mengintimidasi.

"Aelah Niel, berasa jadi ibu peri lo? Kebanyakan nonton drama lo ya. Malaikat pelindung Rosa tu Alex! Gak usah sok perhatian " Adam malah berceletuk sinis.

Dahi Alex sedikit berkerut. Sejujurnya ia agak setuju dengan Daniel. Bahkan ia pun merasakan perasaan yang sama ketika melihat teman-teman wanitanya tadi memandang istrinya dengan angkuh.

MARITAREWhere stories live. Discover now