06 ● DINNER

76.8K 3.4K 15
                                    

Dengan enggan, Rosa memoleskan lip-tint di bibirnya untuk mendapatkan warna merah cherry. Ia juga telah menyapukan bedak dan blush on tipis pada wajahnya yang putih mulus. Walaupun kakek Marwan telah membelikan paket make-up lengkap, gadis itu merasa hanya perlu menambahkan ketiga hal tersebut agar terlihat lebih segar. Sore itu Rosa tengah bersiap menghadiri makan malam dengan keluarga pria yang akan dijodohkan dengannya.

Rosa beranjak dari kursi, merapikan gaun cantik pemberian kakek Marwan yang telah ia kenakan. Ruffled dress selutut dengan warna biru-kuning pastel dan bermotif floral terlihat begitu pas membalut tubuh mungilnya.

Selanjutnya, Rosa mendudukan diri di atas tempat tidur. Ia lalu meraih perhiasan yang diberikan Alex tempo hari. Ia memandang benda itu dengan sayu diikuti helaan nafas berat. Ia menatap kosong kedepan. Tante Lastri seharian tak henti mewanti-wanti dirinya untuk menerima perjodohan tersebut. Ancaman demi ancaman dilontarkan oleh sang tante jika ia berani berkata tidak.

"Aku harus gimana...." gumam Rosa putus asa sambil memegang kepalanya yang terasa berat. Ia menggeleng-geleng keras tanda frustrasi.
Seandainya Rosa punya pilihan untuk menghindar ia pasti sudah melarikan diri dari rumah. Namun apa daya, perjamuan malam itu mau tak mau harus ia hadiri. Ia sudah berjanji pada Alex untuk menolak. Ia bahkan telah menerima kalung ratusan juta pemberian pria itu sebagai tanda kesepakatan.

Mungkin kalau aku kasih kalung ini, tante gak bakal jadi marah.

Rosa membatin sembari memandang gamang kalung yang ada di genggamannya.

***

Selama perjalanan menuju restoran, Rosa terlihat lebih banyak diam. Ia terus menerus menghembuskan nafas  kasar sembari meremas jari-jari tangannya yang terasa sedingin es. Rosa merasa sangat gelisah menuju detik detik pertemuan mereka malam itu.

Kegugupan Rosa justru berbanding terbalik dengan apa yang dirasakan oleh Om Sigit dan Tante Lastri. Paman dan Bibi Rosa sibuk mengobrol dengan Pak Hilman sambil tertawa-tawa senang. Bagaimana tidak, kedua nya pasti sudah membayangkan jika menjadi bagian dari keluarga konglomerat seperti kakek Marwan.

***

Alex dan Kakek Marwan sudah menunggu di ruang VVIP sebuah restoran mewah di tengah kota.
Mereka bersiap menyambut kedatangan tiga tamu undangannya.

Beberapa menit kemudian, rombongan keluarga Rosa telah datang. Paman dan Bibi gadis itu berjalan memimpin di depan. Sementara Rosa melangkah gontai membuntut dari belakang.

"Selamat malam Pak Marwan, bagaimana kabarnya?" Sapa Om Sigit begitu ramah dengan senyumn yang sangat ceria. Tinggal selangkah lagi ia menjadi OKB yang selama ini di-impikan-impikan.

"Baik. Bapak sendiri bagaimana?" Kakek Marwan membalas bertanya.

"Sangat baik Pak. Saya bersyukur sekali masih diberi kesehatan dan bisa bertemu Pak Marwan malam ini" Om Sigit tak kuasa melanjutkan kalimatnya karena terpaku pada sosok pria disamping Kakek Marwan yang tak lain adalah Alex.

"Ini..."

"Perkenalkan, ini Alex, cucu saya" seolah tau, Kakek Marwan langsung memperkenalkan sang cucu.

"Oooohhh... jadi ini yang namanya Mas Alex, waduh ganteng sekali yaa" Om Sigit terlihat bungah sembari menjabat tangan Alex erat dengan kedua tangannya. Alex membalas dengan senyum enggan.

Tante Lastri juga tak kalah senang dan takjub ketika berjabat tangan dengan Alex. Bagaimana tidak ternyata bayangannya selama ini salah. Ia pikir sosok yang akan dijodohkan dengan Rosa pastilah pemuda buruk rupa atau gila. Nyatanya justru sebaliknya. Alex berdiri disana dengan gagah; memakai jas lengkap rapi, tampan, wangi, bersih tanpa cela.

MARITAREWhere stories live. Discover now