26 ● REMEDY

88.6K 3.1K 77
                                    

Sudah beberapa hari belakangan Rosa merasa hari-harinya begitu kelabu. Semenjak pertengkaran hebatnya dengan Alex malam itu, hubungan keduanya kian memburuk. Perang dingin di antara mereka belum juga usai. Dan entah kapan akan berakhir atau mungkin tidak akan pernah berakhir. Rosa bahkan sempat berpikir jangan-jangan ia akan diusir dan diceraikan segera oleh sang suami karena sikapnya yang kelewat lancang.

Walau tinggal dalam satu atap, Rosa dan Alex bahkan sudah tak pernah bertegur sapa. Jangankan bicara, bertemu muka pun menjadi satu hal yang langka. Alex berubah menjadi seperti hantu, datang lalu menghilang dan hanya menampakkan diri sesaat di depan mata Rosa.

Walau begitu, Rosa kadang masih diam-diam mengawasi gerak gerik suaminya itu. Ia menyadari wajah Alex yang terkesan dingin sekarang bertambah beku. Lelaki itu bahkan selalu memasang ekspresi jengah ketika tak sengaja berpapasan dengannya. Tiap malam Alex sering pulang larut, bahkan sampai subuh. Dan pernah  juga Rosa memergoki Alex merokok di balkon, sebuah kegiatan yang tidak pernah dilakukan Alex selama ini.

Seiring berjalannya waktu, sebenarnya perasaan Rosa berangsur membaik. Gadis itu memang masih muda, belum mahir mengendalikan emosinya yang kadang meledak-ledak. Tapi kini pikiran sempitnya mulai melapang. Ia masih marah, curiga dan kesal, bahkan kadang menangis saat teringat bayangan Alex yang bermesraan dengan Shely. Tapi di satu sisi,  hatinya mulai mendingin dan memikirkan kembali sisi baik Alex yang pernah ditunjukkan selama ini.

Rosa memandang rintik hujan yang menetes di dinding kaca penthouse. Sikunya bertumpu pada meja makan sementara telapak tangannya menyangga dagu. Ia melamun. Dadanya terasa berat. Ia merasa kesepian. Ada kalanya ia pun merasa menyesal pada apa yang terjadi. Ia sedikit merindukan hubungannya yang terjalin cukup baik dengan Alex. Namun apa daya, mereka sudah tak mungkin lagi mencampuri urusan satu sama lain.

Rosa menghela nafas pelan.
"Sampai kapan mau begini...?" Gumamnya pesimis.

***

"Lo cinta mati ya sama cowok lo itu? Siapa namanya? Alex?" Tanya Freya disela-sela waktunya membereskan buku-buku pelajaran ketika bel pulang baru saja berbunyi.

"Maksudnya?" Kerling Rosa pada sang sahabat.

"Yah, semenjak lo putus, lo jadi keliatan murung terus, Sa. Udah gak bisa senyum sama sekali, gak mau makan, makin kurus lo tuh-" cerocos Freya yang juga sedikit mengkhawatirkan kondisi fisik sang sahabat.

Freya mengira Rosa yang berubah suasana hati telah putus dengan sang kekasih. Rosa sendiri hanya bisa mengiyakan karena memang kenyataannya ia seperti remaja yang baru saja putus cinta.

"Apa perlu gue bikin pengumuman kalau lo sekarang jomblo? Pasti ada kok yang mau daftar buat jadi pacar lo"

"Jangan Freya! Jangan! ..gue gak bener-bener putus kok, ccuma lagi break" Rosa segera menolak usulan Freya dan tergugup sendiri. Bisa gawat jika Freya mengumumkan berita dirinya single. Jika hal tersebut sampai ke telinga sang suami, Alex pasti akan semakin mengamuk.

Freya hanya mencebik pasrah.
"Ya udah, serah lo deh Sa" katanya lalu menutup resleting tas.

"Yuk" ajak Freya pada Rosa yang masih terduduk. Ia mengajak sahabatnya untuk segera meninggalkan kelas dan pulang ke rumah masing-masing.

*

"Neng Rosa..."

"Iya pak"

"Ada yang nyari tuh-" seru satpam sekolah Rosa ketika gadis itu telah sampai di gerbang depan.

"Siapa?"

"Itu yang pakai mobil putih! nah itu masnya yang pakai kaos item" 

Rosa melihat kesebarang jalan yang ditunjuk oleh satpam sekolahnya. Ia menyipitkan mata dan melihat seorang pria sedang bersandar disisi sebuah mobil sport sambil bermain ponsel. Rosa terhenyak ketika menyadari sosok tersebut adalah Harvey.

MARITARETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang